Belajarlah Menjadi Ayah Dari Seorang Hafidz Qur’an Yang Tunanetra Ini

Belajarlah Menjadi Ayah Dari Seorang Hafidz Qur’an Yang Tunanetra Ini

author photo
Siapapun yang melihat seorang ayah tunanetra bersama anaknya yang kecil ini pasti akan terenyuh. Pasalnya hampir setiap hari ia mengantarkan anaknya ke tempat penitipan anak menggunakan kereta api.

Ayah yang inspiratif tersebut bernama Muhammad Firdaus bin Hairi (29 tahun) dan menikahi seorang wanita yang tunanetra juga bernama Noor Hidayah bin Ibrahim. Dijelaskan bahwa alasan ia yang mengantarkan sang anak dikarenakan tempat penitipan anak lebih dekat dengan tempat kerjanya dibandingkan tempat kerja istri.

Belajarlah Menjadi Ayah Dari Seorang Hafidz Qur’an Yang Tunanetra Ini

Subhanallah, meskipun tak mampu melihat, Firdaus masih tetap berusaha memberikan nafkah kepada keluarganya. Selain itu meski lahir dari orangtua yang tunanetra, anaknya yang bernama Muhammad Razin Hamizan bin Muhammad Firdaus dikaruniai mata yang normal.

Diungkapkan oleh Firdaus bahwa kebutaan yang dialaminya merupakan akibat dari lampu yang terlalu terang saat ia masih bayi dan berada di rumah sakit. Alhasil syaraf matanya tidak mampu beradaptasi dengan banyaknya cahaya tersebut.

“Saat berada di ranjang bayi rumah sakit, mata saya tidak tertutup dengan sempurna sehingga saraf mata saya rusak,” ujarnya.

Pria kelahiran Selangor Malaysia tersebut merupakan seorang peraih gelar diploma di bidang Tahfidz dan Dakwah di Departemen Pengembangan Islam Darul Qur’an. Ia pun bekerja sebagai sekretaris di Yayasan Al Fitrah dan juga bertugas meneliti ejaan Qur’an edisi Braille.

“Ada sebuah perangkat lunak komputer bernama JAWS dan aplikasi Android bernama Talk Back yang lumayan memudahkan hidup saya,” jelasnya.

“Saya menggunakan kereta juga karena lebih mudah digunakan untuk difabel seperti saya dibandingkan dengan menggunakan bus yang menggunakan kode angka untuk jurusan dan lokasi.” Tambahnya.

Adapun pertemuannya dengan sang istri bermula saat keduanya sama-sama bersekolah di Port Klang Malaysia dan keduanya menjadi atlet lari yang mewakili sekolah.

“Istri saya adalah pelari 100 meter dan 200 meter, sedangkan saya adalah pelari 400 meter, 800 meter dan 1500 meter. Sebelum bertemu kembali, kami sempat berpisah selama 10 tahun paska kelulusan.”

Setelah menjalani kehidupan masing-masing, keduanya dipertemukan kembali dalam sebuah acara dimana Firdaus menjadi pembaca Al Qur’an. Setelah itu cinta pun bersemi hingga Firdaus mempersunting Noor dan kini dikaruniai seorang anak.

Firdaus pun berpesan agar manusia hendaknya mensyukuri nikmat kesempurnaan tubuh yang diberikan oleh Allah.

“Tubuh normal tersebut harus dimanfaatkan dengan baik untuk kebaikan umat.”

Masya Allah, jika ayah yang buta seperti Firdaus saja bisa menyayangi anaknya dan bertanggung jawab sebagai seorang kepala keluarga, maka sungguh tidak ada alasan bagi kita untuk menyerah dan berputus asa.

Baca Juga:



Next article Next Post
Previous article Previous Post