Mengucap Subhanallah atau Masya Allah Ketika Takjub Melihat Keindahan?

Mengucap Subhanallah atau Masya Allah Ketika Takjub Melihat Keindahan?

author photo
Assalamu ‘alaikum warahmatullah wabarakatuh

Nama saya Khoirul Anam. Saya mau bertanya tentang suatu hal. Dulu saya pernah menulis sebuah status di facebook yang intinya menyatakan keindahan dengan menulis "Subhanallah".

Lalu salah satu teman saya menegur, “Kok ‘Subhanallah?’ ‘Masya Allah’ dong, coba deh kamu search di Google.” Saya membalas komentar itu dengan bertahan pada pendirian saya. Kami pun akhirnya berdebat tentang masalah itu.

Pertanyaannya, Ketika kita sedang takjub melihat keindahan itu mengucapkan "Subhanallah" atau "Masya Allah?" Terima kasih.

Mengucap Subhanallah atau Masya Allah Ketika Takjub Melihat Keindahan?


Jawaban

Waalaikumsalam warahmatullah wabarakatuh

Penanya yang budiman, semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa menurunkan hidayah dan rahmat-Nya kepada kita semua.

Manusia adakalanya terpesona dan takjub oleh sesuatu pemandangan indah, peristiwa luar biasa, kabar baik, sesuatu yang mencengangkan, atau bahkan hal-hal yang tampak di luar nalar.

Ketika menyaksikan atau bahkan mengalami hal yang membuat kita terpesona atau takjub, kita dianjurkan untuk menyusulnya dengan kalimat atau bacaan dzikir yang telah diamalkan Rasulullah SAW dan para sahabatnya.

Lafadz tasbih pernah dipilih Rasulullah SAW ketika menyaksikan perilaku yang “tidak semestinya” dilakukan sahabatnya seperti riwayat Imam Bukhari dan Muslim berikut ini. Riwayat ini kami kutip dari kitab Al-Adzkar karya Imam An-Nawawi.

روينا في صحيحي البخارى ومسلم عن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم لقيه وهو جنبٌ فانسل فذهب فاغتسل فتفقده النبي فلما جاء قال أين كنت يا أبا هريرة فقال يا رسول الله لقيتني وأنا جنبٌ فكرهت أن أجالسك حتى أغتسل فقال سبحان الله إن المؤمن لا ينجس

Artinya, “Sebuah hadits diriwayatkan kepada kami di dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah RA bahwa suatu hari Nabi Muhammad SAW berpapasan dengannya (Abu Hurairah) saat masih junub di sebuah jalan di Madinah. Abu Hurairah lalu pergi diam-diam meninggalkan Rasulullah kemudian mandi bersuci. Rasulullah SAW sendiri mencari ke mana sahabatnya menghilang. ‘Kamu tadi ke mana Abu Hurairah?’ tanya Rasulullah SAW setelah Abu Hurairah datang. ‘Saat tadi kita bertemu, aku masih kondisi junub ya Rasul. Aku enggan duduk bersamamu sebelum aku mandi,’ jawab Abu Hurairah. ‘Subhanallah, orang beriman itu tidak najis,’ sambut Rasulullah SAW,” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar Al-Muntakhabah min Kalami Sayyidil Abrar Shallallahu Alaihi wa Sallama, Darul Hadits, Kairo, tahun 1424 H/2003 M, halaman 308).

Apakah ada ketentuan terkait pilihan lafadz dzikir ketika sedang takjub atau terpesona oleh sesuatu? SDahabat mulia Umar bin Khattab pernah melantunkan lafadz takbir di depan Rasulullah sebagai rasa terima kasih yang begitu besar karena tidak menceraikan istri-istrinya. Berikut ini kami kutip dari kitab Al-Futuhatur Rabbaniyyah alal Adzkarin Nawawiyyah.

باب التعجب بلفظ التسبيح والتهليل ونحوهما أى كالتكبير والحوقلة. وترجم البخارى باب التكبير والتسبيح عند التعجب، أخرج البخارى فى تعليقاته بصيغة الجزم عن ابن أبى ثور عن ابن عباس عن عمر قال قلت للنبى صلى الله عليه وسلم طلقت نسائك قال لا قلت الله أكبر

Artinya, “Bab takjub yang diekpresikan dengan lafadz tasbih, tahlil, dan lafal serupa keduanya antara lain seperti lafadz takbir, lâ hawla wa lâ quwwata illâ billâh (hawqalah). Imam Bukhari mendahului bab takbir dan tasbih ketika takjub oleh sesuatu. Ia meriwayatkan hadits dalam Ta‘liqat-nya dari Ibnu Abi Tsaur, dari Ibnu Abbas, dari Sayyidina Umar RA. ‘Aku bertanya, ‘Apakah benar ente ceraikan istri-istri ente?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Tidak.’ ‘Allâhu akbar,’ kujawab,’” (Lihat Muhammad bin Alan As-Shiddiqi, Al-Futuhatur Rabbaniyyah alal Adzkarin Nawawiyyah, Dar Ihya‘it Turatsil Arabi, Beirut, Libanon, juz 6 halaman 317).

Dari sini bisa diambil kesimpulan bahwa sejumlah lafadz zikir dapat digunakan untuk mengekspresikan ketakjuban karena melihat sebuah pemandangan indah atau kabar baik. Jadi, memang tidak ada lafal tertentu untuk kondisi tertentu. Dengan kata lain, kita boleh membaca tasbih seperti subhanallah, masya Allah, takbir, tahmid, tahlil, hawqalah dan semua lafadz dzikir lainnya.

Saran saya, jagalah hubungan pertemanan. Sebaiknya hindari perdebatan-perdebatan kusir tanpa dasar rujukan karya ulama yang jelas. Kalau pun terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama, baiknya kita saling menghormati pendapat satu sama lain.

Semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari para pembaca.

Wallahu A'lam.
Next article Next Post
Previous article Previous Post