Semua Mata Menangis, Lihat Video Detik-detik Jenazah Syekh Ali Jaber Saat Mau Dikubur

Semua Mata Menangis, Lihat Video Detik-detik Jenazah Syekh Ali Jaber Saat Mau Dikubur

author photo
Semua Mata Menangis, Lihat Video Detik-detik Jenazah Syekh Ali Jaber Saat Mau Dikubur



Suasana duka mengiringi pemakaman jenazah ulama kharismatik Syekh Ali Jaber . Syekh Ali Jaber dimakamkan di Komplek Pesantren Daarul Qur'an , Cipondoh, Tangerang.


Berbagai tokoh, ulama dan masyarakat turut datang menghantarkan almarhum. Syekh Ali Jaber wafat di RS Yarsi Jakarta, Kamis (14/1) pagi.


Almarhum dikenal sebagai ulama yang dakwahnya menyejukkan dan menyatukan umat. 


Suasana duka mengiringi pemakaman jenazah ulama kharismatik Syekh Ali Jaber.


Lihat Video Detik-detik Jenazah Syekh Ali Jaber Diturunkan ke Pemakaman dibawah ini:




Kisah Hidup Syekh Ali Jaber


Fenomena bermunculannya Hafidz cilik di Indonesia tak lepas dari sosok warga keturunan Arab Saudi, Syekh Ali Jaber. 


Terlebih lagi sejak dirinya dipercaya menjadi juri lomba menghafal Al Qur’an di televisi dan juga menjadi pembicara dalam sejumlah kajian.


Namun tidak banyak yang mengetahui tentang kisah hidup dari dai bernama lengkap Syekh Ali Saleh Muhammad Ali Jaber tersebut. Karenanya kami coba menyuguhkan secara singkat tentang kehidupan Syekh Ali Jaber sejak kecil hingga seperti sekarang ini.


Syekh Ali Jaber lahir di Kota Madinah pada tanggal 3 Shafar 1396 H atau bertepatan dengan 3 Februari 1976.


Kehidupan masa kecil hingga ia dewasa dihabiskan di kota suci tersebut. Selain itu pendidikan formal maupun non formalnya pun tak lepas dari sejumlah ulama yang berada di sana.


Ketertarikannya kepada Al Qur’an dimulai dari sang ayah yang terus memotivasinya untuk bisa belajar Al Qur’an. Bahkan sang ayah terkesan keras ketika mendapati Syekh Ali Jaber kecil enggan untuk melaksanakan shalat.


Memang islam memperbolehkan seorang ayah untuk memukul anaknya yang telah berusia 7 tahun jika enggan melaksanakan shalat. Tentunya pukulan yang dilakukan bersifat mendidik dan tidak mengakibatkan luka.


Kehidupan keluarganya pun penuh dengan nilai islam. Selain menjadi seorang kepala keluarga, ayahnya juga menjadi seorang pendakwah di masjid besar yang mereka miliki. Karena hal itulah sang ayah mendidik Syekh Ali Jaber yang sebagai kakak pertama dari 12 bersaudara untuk bisa meneruskan perjuangan sang ayah.


Berawal dari keterpaksaan, didikan sang ayah kemudian mengubah cara pandangnya dan ia pun akhirnya menyadari kebutuhan akan ilmu Al Qur’an. Maka tidak heran jika di saat umurnya menginjak usia 11 tahun, Syekh Ali Jaber kecil sudah bisa menghafal 30 juz Al Qur’an.


Di saat itu pula ia menjadi seorang pendakwah ke berbagai masjid dan setelah menginjak usia dewasa, dirinya kemudian aktif menjadi pengajar Tahfidz Al Qur’an di Masjid Nabawi dan imam sholat di salah satu masjid yang berada di Kota Madinah.


Kedatangannya ke Indonesia tak hanya untuk melebarkan area dakwahnya, namun juga karena menikahi seorang gadis Lombok bernama Umi Nadia yang dahulu tinggal di Madinah.Di tahun yang sama, kebetulan Syekh Ali Jaber tengah melaksanakan shalat maghrib di Masjid Sunda Kelapa Jakarta dan di saat itu ia diminta oleh pengurus masjid untuk menjadi imam shalat tarawih, mengingat bulan Ramadhan akan tiba.


Sejak saat itulah ia mulai dikenal dan mendapatkan kepercayaan dari sejumlah pihak. Lantaran komunikasi menjadi sangat penting dalam berdakwah, Syekh Ali Jaber kemudian mempelajari bahasa Indonesia dengan sungguh-sungguh.


Bagi Syekh Ali Jaber, keaktifannya dalam menyampaikan ilmu Al Qur’an memang didorong oleh keinginannya untuk menjadi seorang pelayan Al Qur’an yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk mengajarkan Al Qur’an.


Menurutnya, menghafal Al Qur’an tidaklah sesulit seperti yang dibayangkan. Justru yang sulit adalah mengamalkan segala isi yang terkandung di dalamnya.


Keinginannya untuk berkhidmat dalam mengajarkan Al Qur’an mendapatkan kemudahan dengan menjadi pengajar Tahfidz Al Qur’an di Islamic Center Cakranegara, Lombok dan ikut berdakwah dengan Ustad Yusuf Mansur dalam berbagai acara yang ditayangkan di sejumlah televisi.


Selain itu, keinginannya untuk memasyarakatkan Al Qur’an pun membuat Syekh Ali Jaber mengundang sebelas adiknya untuk ikut mengajarkan cara menghafal Al Qur’an kepada generasi muda Indonesia.


Ia kemudian menyadari betapa didikan ayahnya dahulu benar-benar terasa manfaatnya saat ini.


Baca Juga:


“Saya merasa bersyukur atas pendidikan yang diberikan orangtua kepada saya,” pungkasnya yang merasa berterima kasih telah diterima di Indonesia di berbagai kalangan.


Next article Next Post
Previous article Previous Post