Kisah Mbah Surati, Tinggal di Rumah Reyot dan Jadi Pemulung di Usia Renta, Hanya Dapat Rp 17 Ribu Per Minggu

Kisah Mbah Surati, Tinggal di Rumah Reyot dan Jadi Pemulung di Usia Renta, Hanya Dapat Rp 17 Ribu Per Minggu

author photo
Kisah Mbah Surati, Tinggal di Rumah Reyot dan Jadi Pemulung di Usia Renta, Hanya Dapat Rp 17 Ribu Per Minggu


Di masa tua, biasanya banyak orang yang memimpikan kehidupan tenang dan sejahtera. Sayangnya, hal ini jauh berbeda dengan apa yang dialami oleh seorang nenek yang akrab disapa Mbah Surati.

Di usianya yang menginjak angka 74 tahun, beliau harus membanting tulang demi sesuap nasi.

Usia senjanya sama sekali nggak mematahkan niat beliau untuk semangat mencari nafkah meski harus berburu gelas dan botol plastik bekas.

Kisah Mbah Surati ini dibagikan oleh akun partners_in_goodness.

Dikutip dari akun itu, awalnya Mbah Surati bekerja sebagai tukang pijat. Tapi, usianya yang nggak lagi mudah membuat tenaganya semakin melemah sehingga makin jarang orang yang menggunakan jasanya lagi.

Kalaupun ada, hal itu juga nggak lebih dari sekadar iba. Upahnya pun juga jauh dari biaya pijat kebanyakan. Memang, Mbah Surati nggak mematok harga atas jasanya.

Kadang, beliau hanya diupah Rp. 5 ribu atau Rp. 10 ribu bila sedang bertemu dengan orang yang baik.

Saat ini, Mbah Surati lebih sering memulung botol plastik atau gelas daripada memijat.

Biasanya, beliau menjual hasil memulungnya ini seminggu sekali setelah terkumpul banyak.

Satu kilo gelas dan botol plastik dihargai seribu rupiah dan paling banyak Mbah Surati hanya mendapat Rp. 17 ribu per minggunya.

Upah yang sangat minim ini membuatnya kadang tak punya apapun untuk dimakan. Beruntung, masih ada tetangga baik yang suka memberi Mbah Surati makanan.

Mbah Surati sendiri tinggal di Dusun Kedok, Desa Ngadiarjo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Keadaan rumah beliau juga cukup memprihatinkan.

Pernah, sekali rumah Mbah Surati roboh akibat gunung meletus. Beruntung, beliau bisa selamat saat itu. Tapi musibah ini menyisakan keadaan rumah yang jauh berbeda dari sebelumnya.

Saat hujan datang, beliau akan basah meski berada di rumah. Selain itu karena nggak adanya kamar mandi, beliau setiap harinya terpaksa menumpang di rumah tetangga untuk kebutuhan MCK.

Selalu Bersyukur


Meski dalam keterbatasan ekonomi, Mbah Surati nggak pernah mengeluh bahkan berpikiran untuk meminta-minta.

Di setiap sujudnya, beliau hanya berharap bisa hidup dalam keberkahan dan meninggal dalam keadaan khusnul khotimah.

Bikin haru ya kisah perjuangan Mbah Surati ini. Semoga apa yang jadi keinginan beliau bisa terkabul ya dan Mbah Surati bisa hidup dengan lebih baik.
Next article Next Post
Previous article Previous Post