Kisah Hidup Ibu Jokowi, Sudjiatmi - Falsafah Ojo Dumeh Selalu Ditanamkan Pada Anaknya

Kisah Hidup Ibu Jokowi, Sudjiatmi - Falsafah Ojo Dumeh Selalu Ditanamkan Pada Anaknya

author photo
Kisah Hidup Ibu Jokowi, Sudjiatmi - Falsafah Ojo Dumeh Selalu Ditanamkan Pada Anaknya


Kabar duka datang dari keluarga keluarga Presiden Jokowi, yakni Hajah Sudjiatmi, baru saja menutup usia pada Rabu (25/3) sore, di usia 77 tahun.

Ibu Sudjiatmi lahir di Boyolali, Jawa Tengah, pada 15 Februari 1943. Almarhumah merupakan putri dari pasangan Wirorejo dan Sani, seorang pengusaha kayu sederhana di Boyolali.

Sudjiatmi kemudian menikah dengan Widjiatno Notomihardjo asal Karanganyar.

Orang tua Jokowi adalah pengusaha kecil. Mereka berbisnis jual beli kayu di Surakarta, hasil warisan dari ayahnya Sudjiatmi.

Dari pernikahannya dengan Widjiatmo, pasangan ini dikarunia dua orang putra dan tiga putri. Jokowi merupakan putra sulung.

Kesederhanaan Jokowi selama ini, meskipun dia sebagai orang nomor satu di Indonesia, ternyata terbentuk dari sentuhan besar sang ibunda, Sudjiatmi.

Dalam sebuah buku berjudul “Saya Sujiatmi, Ibunda Jokowi”, yang ditulis Kristin Samah dan Fransisca Ria Susanti, menceritakan bagaimana Sudjiatmi menanamkan pendidikan budi pekerti, kesederhanaan hidup, kerendahan hati, hingga akhirnya membentuk karakter Jokowi seperti sekarang ini.

Salah satu falsafah (pandangan hidup) almarhumah yang selalu ditanamkan ke Jokowi ialah "Ojo Dumeh" atau artinya Jangan Mentang-mentang.

Sederhananya, Ojo Dumeh mengajarkan untuk tidak sombong, terutama saat menerima keberhasilan.

Belum diketahui penyebab meninggalnya ibu Noto, sapaan almarhumah.

Ibu Sujiatmi Notomiharjo lahir pada 15 Februari 1943.

Almarhumah meninggal pada usia 77 tahun di Rumah Sakit Slamet Riyadi, atau RST Slamet Riyadi (DKT) Solo, Jawa Tengah.

Presiden Joko Widodo adalah anak sulung dari Ibu Notomiharjo.


Kisah Hidup Sujiatmi


Sujiatmi Notomiharjo merupakan istri Widjiatno Notomihardjo,.

Keduanya merupakan pedagang kayu dari Solo.

Sudjiatmi ibu dari empat anak, yakni Joko Widodo anak sulung, disusul Iit Sriyantini, Titik Relawati, dan Ida Yati.

Ia adalah anak dari pasangan Wirorejo dan Sani, pedagang kayu dari Kelurahan Giriroto, Ngemplak, Boyolali.

Usaha perkayuan ini juga yang kemudian digeluti bersama suaminya, Widjiatno Notomihardjo, walaupun tidak terlalu sukses dan pasangan yang menikah muda ini hidup kesulitan di awal pernikahannya.

Seperti dilaporkan Tim Majalah Pendidikan Keluarga Kemendikbud, beberapa waktu lalu, pembawaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang kalem, sopan, santun, sederhana, dan pekerja keras itu rupanya tidak jauh-jauh dari sosok sang ibunda, Sujiatmi Notomiharjo.

”Yang penting, mendidik anak itu harus jujur di segala bidang. Ojo milik punya orang lain yang bukan hakmu.

Dari kecil, anak-anak saya didik yang bukan hakmu jangan kamu ambil. Jangan seneng punya orang lain,” kata Sujiatmi kepada Sahabat Keluarga, kala ditanya apa resepnya dalam mendidik anak-anak.

Rumahnya di kawasan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Solo.

Rumah yang bersahaja untuk ukuran kediaman orangtua Presiden.

Sambutan hangat menjadi terasa istimewa dalam pertemuan sekitar dua jam.

Menurut Sujiatmi, kejujuran dan ojo milik (tidak tergiur memiliki) menjadi yang utama yang ditekankan Ibu Sujiatmi dan almarhum Notomiharjo kepada anak-anaknya.

Dari pernikahan bahagia mereka, lahir Jokowi, anak sulung, dan adik-adiknya, Iit Sriyantini , Idayati, dan Titik Ritawati.

Pendidikan budi pekerti, kesederhanaan hidup, kerendahan hati, menjadi pembentuk karakter Jokowi dan adik-adiknya.

Kepada Jokowi, yang sama sekali tidak diduganya akan menjadi pejabat tinggi, Ibu Sujiatmi selalu berpesan untuk selalu amanah.

”Saya cuma mengingatkan saja. Kamu bukan hanya milik keluarga, sekarang sudah punya bangsa Indonesia,” katanya.

”Sepuluh tahun kok naik pangkat tiga kali. Kamu harus bersyukur jangan menggak-menggok (belak belok), lurus saja. Jangan aneh-aneh diberi amanah sama rakyat, sama Allah. Dijalankan dengan baik.”


Gadis Desa Bersahaja


Sujiatmi kecil memang lahir dari keluarga pedagang kayu di Dusun Gumukrejo, Desa Giriroto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali.

Sujiatmi adalah perempuan satu-satunya, dari tiga bersaudara putra dari Wirorejo dan Sani, yang dilahirkan pada 15 Februari 1943.

Meski ia satu-satunya anak perempuan, orangtuanya tak membeda-bedakan perlakuannya terhadap anak-anak mereka.

Saat kakak lelakinya bersekolah di SD Kismoyo, sekitar 5 kilometer dari rumah, Sujiatmi juga disekolahkan.

Kala itu, Sujiatmi kecil adalah satu-satunya siswa perempuan.

Teman-temannya di sekolah berasal dari tiga kampung di sekitar sekolah.

Jarak yang terbilang jauh itu ditempuh Sujiatmi dengan berjalan kaki, tapi tak jarang juga dengan bersepeda.

Seperti diungkapkan Sujiatmi dalam buku Saya Sujiatmi, Ibunda Jokowi (2014), karya Kristin Samah dan Fransisca Ria Susanti, Sujiatmi tidak ingat apakah ia bersekolah dengan bersepatu dan berseragam.

Yang ia ingat, rambut hitamnya selalu dikepang dua oleh ibunya.

Pelajaran berhitung adalah yang paling ia sukai. Ia selalu merindukan kehadiran gurunya.

Ia berusaha menjadi yang pertama mengacungkan jarinya untuk mengerjakan soal-soal hitungan di depan kelas.

Kelak, kemampuan berhitung ini menjadi kelebihan Sujiatmi dalam membantu suaminya membangun usaha.

Sang suami, Widjiatno, adalah kawan sepermainan Mulyono, kakak Sujiatmi, yang tiga tahun lebih tua darinya.

Ketika bertemu dengannya, Widjiatno di bangku SMA, sementara ia di SMP.

Widjiatno, yang ketika dewasa mengubah nama menjadi Notomiharjo, adalah pemuda yang berparas halus dan bertubuh gagah.

“Pak Noto itu ganteng sekali,” kata Sujiatmi.

Notomiharjo muda tinggal bersama kakek-neneknya di Dusun Klelesan, masih tetangga Gumukrejo.

Orangtua Notomiharjo tinggal di Desa Kranggan, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, sekitar 25 km dari Boyolali.

Keluarga besarnya Lurah Desa Kranggan. Bapaknya, pakdenya, juga kakeknya pernah memimpin Desa Kranggan.

Sujiatmi dan Widjiatno menikah di usia muda, pada 23 Agustus 1959.

Kala itu Sujiatmi berusia 16 tahun, sedangkan Widjiatno berumur 19 tahun.

Di masa itu, wanita berusia 16 tahun sudah banyak yang menikah.

Selamat jalan Ibu Sudjiatmi, Teriring doa, Allahummaghfirlaha warhamha wa 'afiha wa'fuanha.
Next article Next Post
Previous article Previous Post