Dipecat Gegara Unggah Jumlah Gaji di Facebook, Guru Honorer Curhat Begini

Dipecat Gegara Unggah Jumlah Gaji di Facebook, Guru Honorer Curhat Begini

author photo
Dipecat Gegara Unggah Jumlah Gaji di Facebook, Guru Honorer Curhat Begini



Sedih dan tak percaya, begitulah yang dirasakan Hervina, salah seorang Guru Honorer di SD 169 Desa Sadar, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Bone yang merasa telah dipecat secara sepihak. 


Pemecatannya diduga lantaran unggahan status di facebook soal gajinya.


Hervina yang dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (11/2/2021) menceritakan semuanya. 


Hari itu, Hervina merasa senang, dana bos lama yang dinantinya akhirnya cair juga. Nilainya memang tak seberapa, hanya sebesar Rp 700 ribu. Tapi menjadi kesyukuran bagi Hervina karena akhirnya bisa membayar hutang. 


“Itu hari saya dikasih Dana Bos lama Rp 700 ribu selama 4 bulan. Saya minta terima kasih banyak saja. Saya bilang terima kasih pak aji (Suami Kepala Sekolah SD 169 Desa Sadar) Dana Bosnya Rp 700 ribu. Untuk bayar hutang Rp 500 ribu,” cerita Hervina. 


Hervina membuat sebuah postingan di laman facebooknya bertuliskan “terima kasih bu aji pak aji dana bosnya….” dengan menyematkan foto sehelai kertas yang berisi rincian gajinya. Diposting 6 Januari 2021. 


Bu Aji dan Pak Aji adalah sebutan kepala sekolah dan suaminya. 


Meski tak memiliki maksud dan niatan buruk dalam postingannya, rupanya postingan itu menjadi petaka bagi Hervina. 


Di ponselnya, masuk sebuah pesan (whatsapp) yang ternyata dari Pak Aji. Isi pesannya adalah pemberitahuan pemecatan yang sangat mengagetkan bagi Hervina.


“Dia (pak aji) langsung whatsapp saya, bilang tabe kita cari saja sekolah lain yang bisa gaji kita lebih banyak. Istirahat saja mulai bulan ini 2021, begitu,” kata Hervina, terdengar sendu dari nada suaranya. 


Pengakuannya, pesan itu masuk karena Pak Aji telah membaca postingan di facebooknya. 


Kepada Pak Aji, Hervina membalas dengan permintaan maaf, namun tak mendapat balasan. 


Dengan berat hati dan terpaksa, Hervina seakan menerima situasi buruk yang menimpanya. 


Sebenarnya, maksud Hervina memposting itu adalah untuk berterima kasih, namun bukannya ditanggapi baik, justru berbuah pesan pemecatan. 


“Saya mau minta terima kasih sama pak aji dan ibu aji. Tapi dia tidak koment pak, kalau saya telepon tidak diangkat, saya whatsapp juga tidak dibalas,” akunya pasrah. 


Setelahnya, Hervina yang belum mendapatkan penjelasan atas pemecatannya, kembali mendapatkan kabar buruk lainnya.Ternyata posisinya mengajar telah digantikan. 


Kabar itu didengar Hervina dari rekannya. “Dia (rekannya) bilang itu hari kalau absen guru yang hadir bulan Januari 2021, jadi teman-teman bilang bagaimana dengan ibu Vina karena dia juga pernah masuk sekali? Terus direspon, bilang tidak usah. Suruh saja berhenti, dan suruh pak Mursalam (guru lainnya) masuk di kelas satu,” ungkapnya. 


Mendengar itu, Hervina benar-benar telah sadar bahwa dirinya memang telah dipecat. Selain karena penegasan dari kepala sekolah, kelas satu yang diisi oleh guru lainnya, adalah kelas tempat ia mengajar.


“Saya diberhentikan 6 Januari 2021. Pas itu malamnya saya posting status di facebook, langsung ada whatsappnya masuk”. 


Dengan nada suara yang terdengar semakin sendu, Hervina sangat menyayangkan pemecatannya. Bagaimana tidak? Dirinya mengaku telah mengabdi sejak tahun 2005 silam, yang berarti sudah 16 tahun lamanya. 


Ia mengenang, pada tahun 2005 lalu, Pak Aji adalah kepala sekolahnya. Saat itu dirinya diminta langsung oleh Pak Aji untuk mengajar. Permintaan itu disampaikan kepada orang tuanya. 


“Padahal waktu itu, dia (pak aji) yang datang di rumah. Panggi saja ngajar, kasih tahu orang tua saya untuk membantu di sekolah. Kebetulan itu hari cuma tiga orang guru yang mengajar di sekolah. Kepala sekolah saja dan dua orang guru honornya yang masih kuliah. Jadi kalau hari Sabtu dia kuliah, biasa saya sendiri yang mengajar,” kenang dia. 


Sebagai seorang guru di sebuah sekolah yang tenaga pendidiknya minim, Hervina menjalankan tugasnya dengan penuh tanggungjawab. Bahkan ia mengajar untuk banyak mata pelajaran, kecuali penjaskes, bahasa daerah dan agama yang memiliki guru tersendiri. 


“Itu waktu, sekarang saya tidak mengajar. Sudah tahu kalau saya diberhentikan,” pungkas wanita berusia 34 tahun itu mengakhiri ceritanya. 


Kisah ini kini mendapatkan banyak perhatian masyarakat. Pemerintah setempat juga telah mengetahuinya, dan bermaksud untuk kembali mencarikan Hervina sekolah terdekat untuk kembali mengajar.

Next article Next Post
Previous article Previous Post