Saat Mau Dimasukkan Liang Kubur, Saya Baru Sadar Tulisan di Peti Itu Bukan Nama Bapak Saya

Saat Mau Dimasukkan Liang Kubur, Saya Baru Sadar Tulisan di Peti Itu Bukan Nama Bapak Saya

author photo
Saat Mau Dimasukkan Liang Kubur, Saya Baru Sadar Tulisan di Peti Itu Bukan Nama Bapak Saya



Petugas Public Safety Center (PSC) Kota Malang yang bertugas memakamkan jenazah pasien Covid-19 salah membawa peti dari Rumah Sakit Umum Daerah Saiful Anwar (RSSA). 


Kasus jenazah yang tertukar ini berujung kepada pemukulan petugas yang dilakukan keluarga jenazah. 


MNH, anak dari pasien Covid-19 yang meninggal itu mengaku kecewa mendapati peti jenazah ayahnya tertukar dengan orang lain. 


Menurut MNH, keluarganya sempat menshalati jenazah itu saat tiba di pemakaman. Saat itu, keluarganya belum mengetahui ternyata peti jenazah itu keliru. 


"Saat peti ini mau dimasukkan ke liang kubur, saya baru sadar karena posisi saya memang agak tinggi dari peti. Jadi saya lihat tulisan di peti itu bukan nama bapak saya," kata MNH di Mapolresta Malang Kota, Jumat (29/1/2021). 


Pemakaman kloter keempat

 

MNH mengaku memukul salah satu petugas PSC karena kesal yang memuncak. Ia tak habis pikir petugas membawa peti jenazah yang salah. 


Kejadian itu bermula ketika dirinya menelepon pihak PSC untuk penyelenggaraan jenazah ayahnya yang meninggal karena Covid-19 di RSSA Kota Malang pada Kamis (28/1/2021). 


Ia menanyakan pihak PSC tentang jadwal pemakaman ayahnya. Saat itu, petugas menjawab ayahnya akan dimakamkan pada kloter keempat. 


"Terus saya tanya kira-kira itu jam berapa. PSC tidak bisa memastikan, lalu saya pulang dulu sambil menunggu konfirmasi selanjutnya," kata MNH. 


Sekitar pukul 12.27 WIB, MNH mendapat telepon dari petugas PSC. Petugas meminta MNH dan keluarganya bersiap karena kloter pemakaman ketiga telah berangkat. 


MNH bersama sepupunya berangkat ke RSSA Kota Malang untuk menunggu penyelenggaraan jenazah. 


"Saya sama sepupu berangkat berdua ke rumah sakit untuk menunggu. Sebagian (keluarga) ke makam," katanya. 


Tak lama menunggu di rumah sakit, ambulans pun datang. Tetapi, petugas justru memakamkan jenazah pasien Covid-19 lain. 


Petugas beralasan ingin menyelesaikan pemakaman jenazah yang dikbur di TPU Sukun. MNH mengatakan, ayahnya akan dimakamkan di TPU Kasin. 


"Saya diloncatin satu dulu enggak apa-apa. Tapi selanjutnya bapak saya," katanya. 


Tak kunjung mendapat giliran

 

Setelah pemakaman jenazah di TPU Sukun selesai, petugas malah berencana memakamkan jenazah lain. MNH yang mendengar rencana itu protes. 


Ia meminta petugas memakamkan jenazah ayahnya. Ia pun menjelaskan kondisinya saat itu kepada petugas. 


"Saya jelaskan kalau saya habis ditelepon oleh call center untuk persiapan, harusnya bapak saya. Tapi kok kenapa bapak saya tidak diangkat malah diloncatin lagi," katanya. 


Namun, protes itu justru memicu ketegangan antara dirinya dan petugas PSC. 


"Ada petugas yang mungkin karena capek mereka emosi. Dia menganggap seakan-akan saya melawan petugas," kata dia. 


Padahal, MNH mencoba menjelaskan seharusnya giliran jenazah ayahnya yang dimakamkan. 


"Tapi mereka mengatakan bahwa bukan bapak saya yang diberangkatkan, bapak saya nanti," tambah dia. 


Ketegangan berlanjut ketika MNH mengancam akan membawa jenazah ayahnya secara mandiri. Petugas tersinggung mendengar ucapan itu. 


Gesekan pun mulai terjadi. Salah satu petugas menabrak sepupu MNH. 


"Salah satu dari petugas ini menabrak kakak (sepupu) saya. Saya mencoba untuk memisahkan," katanya. 


Ia pun heran proses pemakaman jenazah ayahnya menjadi berbelit-belit. 


"Bapak saya meninggal kok urusannya berbelit. Saya coba mendinginkan kakak saya. Saya bilang nggak apa-apa diangkat saja," kata MNH. 


MNH dan petugas menemui jalan tengah, jenazah ayahnya akhirnya dibawa ke TPU Kasin. 


Setibanya di TPU, keluarga telah menyalati jenazah sebelum dimakamkan. Saat hendak diturunkan ke liang lahat, MNH mendapati nama di peti jenazah berbeda. 


Ia pun memberi tahu keluarganya, peti jenazah yang dibawa petugas ternyata keliru. 


"Saya bilang ke keluarga bahwa ini bukan bapak saya. Di situ timbul kekacauan lagi antara keluarga saya dan petugas," jelas dia. 


Terpancing emosi

 

MNH berusaha mencari koordinasi petugas PSC. Tetapi, ia tak menemukannya. 


"Kami terpancing emosi, kakak saya menabrak salah satu petugas. Tidak lama, karena saya spontanitas emosi, saya memukul salah satu petugas," jelasnya. 


Meski begitu, ia membantah ada keluarga yang memegang petugas tersebut. 


"Perlu saya luruskan, tidak ada orang memegang terus saya pukuli tidak ada. Jadi pertama memang ditabrak oleh saudara saya, dipegang oleh orang-orang. Disusul oleh saya yang spontan memukul salah satu petugas itu," katanya. 


Sebelumnya, MNH (21) dan sepupunya, BHO (24), ditangkap Polresta Malang Kota akibat insiden pemukulan tersebut. 


Sementara itu, Koordinator Public Safety Center (PSC) 119 Dinas Kesehatan Kota Malang, Dhana Setiawan mengatakan, insiden tertukarnya jenazah itu merupakan ketidaksengajaan dari petugas. 


Menurutnya, petugas di lapangan sedang tidak fokus akibat capek. Ditambah, petugas dan keluarga jenazah sempat bersitegang. 

Next article Next Post
Previous article Previous Post