Sambangi Gereja Algonz Surabaya, Gus Nuril: Keluarga yang Kudus Tidak Terzalimi Aksi Radikal

Sambangi Gereja Algonz Surabaya, Gus Nuril: Keluarga yang Kudus Tidak Terzalimi Aksi Radikal

author photo

 

Sambangi Gereja Algonz Surabaya, Gus Nuril: Keluarga yang Kudus Tidak Terzalimi Aksi Radikal


Harmonisasi kerukunan antarumat beragama  dalam momentum perayaan Natal  tahun ini ditunjukkan oleh Nuril Arifin Husein (Gus Nuril). Jalinan silaturahmi dilakukan bersama umat Katolik di Surabaya. 


Gus Nuril mendatangi Paseban Paroki Gereja Katolik St. Aloysius Gonzaga, di kawasan Sukomanunggal Surabaya, Minggu siang (27/12/2020). 


Kedatangan Gus Nuril disambut oleh Vikep Surabaya Barat, RD Skolastikus Agus Wibowo bersama anggota komisi B DPRD Surabaya John Thamrun.


Gereja Algonz menjadi simbol kerukunan antarumat beragama selama ini. Khususnya memiliki ikatan emosional yang kuat dengan Nahdlatul Ulama (NU). 


Tonggak kerukunan tersebut ditunjukkan dengan kehadiran Alm KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, semasa menjabat sebagai Presiden RI di tahun 1999 silam. 


Dalam kunjungannya, Gus Nuril menekankan pentingnya penguatan kerukunan dan toleransi antarumat beragama. 


"Ini menjadi kewajiban bersama. Supaya tidak terzalimi oleh gerakan-gerakan radikalisme yang sudah mulai harus diwaspadai," ujarnya. 


Dia menekankan bahwa dalam momentum Natal, menjadi landasan utama bahwa Tuhan menciptakan keluarga yang kudus dan tidak terzalimi aksi radikal melalui kelahiran Almasih Sang Penghapus dosa. 


"Insya Allah kondisi aman dan kenyamanan dirasakan umat yang merayakan," kata Gus Nuril. 


Pernyataan ini diamini oleh Romo Agus Wibowo atau yang biasa disapa Gus Wo. 


"Ini perayaan Natal yang istimewa. Terutama bersama sahabat saya Gus Nuril. Pertemuan silaturahmi ini semoga tetap terjalin," ungkap dia.


Terpisah, adanya pertemuan antarkedua tokoh berbeda agama ini direspons hangat oleh anggota DPRD Surabaya, John Thamrun. 


Dia menjelaskan bahwa meski berbeda keyakinan rasa persaudaraan antara umat Muslim dan Nasrani serta Katolik tetap terjaga. 


"Karena perbedaan agama dan keyakinan ini tidak menjadi jurang pemisah antarsesama manusia. Terutama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," pungkasnya.

Next article Next Post
Previous article Previous Post