Kenapa Maulid Nabi Dirayakan di Indonesia, Tapi Dilarang di Arab Saudi?

Kenapa Maulid Nabi Dirayakan di Indonesia, Tapi Dilarang di Arab Saudi?

author photo

 

Kenapa Maulid Nabi Dirayakan di Indonesia, Tapi Dilarang di Arab Saudi?


Meskipun Maulid Nabi dirayakan secara besar-besaran hampir di seluruh daerah di Indonesia, ternyata di Arab Saudi yang merupakan tempat kelahirannya, Maulid Nabi justru diharamkan.

        

Kamis (29/10), seluruh umat Islam di penjuru dunia akan merayakan hari lahir Nabi Muhammad atau disebut juga Maulid Nabi. 


Meskipun Nabi Muhammad lahir pada 12 Rabiul Awal, namun tradisi Maulid Nabi tak hanya dirayakan pada saat itu saja. Umat Islam merayakan momen agung ini sejak 10 hari sebelumnya, bahkan beberapa selama satu bulan penuh. 


Karena saking identiknya, umat Islam di Indonesia sering menyebut bulan Rabiul Awal sebagai bulan Maulid atau Maulud. 


Maulid Nabi Dilarang di Arab Saudi


Tidak banyak yang tahu, meskipun Maulid Nabi dirayakan secara meriah di Indonesia, ternyata di Arab Saudi yang merupakan tempat kelahirannya, Maulid Nabi justru dilarang. 


Kerajaan Arab Saudi hingga kini melarang perayaan Maulid Nabi di seluruh masjid di negara itu, termasuk masjid paling suci, Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.


Kenapa negara Arab Saudi melarang perayaan Maulid Nabi Muhammad, karena sebagian besar ulama Arab Saudi seperti, Syaikh Abdul Aziz bin Baz berpendapat bahwa merayakan maulid bukanlah cara yang tepat untuk menunjukkan kecintaan kita kepada Rasulullah berbeda halnya dengan Ahlusunnah lebih mencintai Rasullah daripada ayah dan ibu mereka dan daripada diri mereka sendiri. Syaikh Abdul Aziz bin Baz, merujuk pada sabda nabi Muhammad yang berbunyi:


”Tidaklah (sempurna) iman salah seorang diantara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada orangtuanya, anaknya dan segenap umat manusia “. Dan perkataan Kholifah yang kedua. “ Umar bin Khattab Radhiallahu ‘anhu berkata kepada Rasulullah: “ Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku sendiri. “ maka Nabi Muhammad SAW bersabda, “ Tidak, demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, (tidak benar) sampai aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri. Ulama-ulama Saudi juga berkeyakinan bahwa seandainya Rasulullah mengajarkan untuk merayakan maulid ini, tentu kami akan merayakannya. Akan tetepi beliau tidak mengajarkannya tidak juga dari kalangan sahabat yang pernah merayakan maulid.


Secara umum, perayaan Maulid Nabi Muhammad tidak apa-apa dilakukan kapan saja. Akan lebih mengena, jika perayaan itu dilaukukan tepat pada bulan Rabiul Awal, karena Nabi dilahirkan pada bulan tersebut. Seperti contoh, Nabi Muhammad pernah berpuasa hari Senin, menurut beliau berpuasa di hari Senin dikarenakan hari Senin hari kelahiran beliau. 


Peringatan Maulid Nabi, menurut ulama Saudi adalah bidah yang mulai berkembang sejak tiga abad pertama kelahiran Islam ketika para sahabat dan tabiin masih hidup. 


Sebagian besar ulama di Arab Saudi berpendapat jika merayakan Maulid Nabi bukanlah cara yang tepat untuk menunjukkan rasa cinta kepada Rasulullah SAW. Selain itu tidak ada dalil pasti terkait anjuran Maulid Nabi.


Arab Saudi memang mengharamkan Maulid Nabi, namun ada beberapa kelompok muslim di negara itu yang tetap merayakannya meskipun secara diam-diam. 


Biasanya mereka merayakan Maulid Nabi di rumah-rumah atau gedung sewa bukan di masjid. Kondisi ini jelas sangat jauh berbeda dengan apa yang diyakini muslim Indonesia yang menganut ahlusunnah.


Indonesia salah satu dari negara Islam terbesar yang paling suka merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Ketika bulan Rabiul awal, masjid, mushollah serta majelis ta’lim beramai-ramai merayakan Maulid Nabi dengan berbagai macam cara seperti ; mendatangkan Ustad, kyai untuk berceramah seputar kelahiran Nabi dan perjuangan beliau menegakkan agama Islam, bersholawatan berjamaah.


Sesungguhnya, merayakan maulid Nabi Muhammad tidak cukup dengan mengadakan acara ceramah, sholawatan berjamah pada setiap bulan Rabiul Awal, bulan kelahiran Nabi Muhammad, melainkan dengan cara meneladani seluruh aspek kehidupannya merupakan salah satu usaha menghidupkan Nabi Muhammad pada diri sendiri. Menerapkan sifat ulul azmi Nabi Muhammad pada diri sendiri, jujur, adil, Amanah, Fathonah, dan tabligh (cerdas / pintar)

Next article Next Post
Previous article Previous Post