Berjalan Puluhan Kilometer Dengan Satu Kaki, Kakek Penjual Kurungan Ayam Ini Tidak Pernah Mengeluh

Berjalan Puluhan Kilometer Dengan Satu Kaki, Kakek Penjual Kurungan Ayam Ini Tidak Pernah Mengeluh

author photo
Banyak orang yang saat ini mudah mengeluh dengan apa yang didapatnya maupun yang menimpa dirinya. 

Padahal boleh jadi ada hikmah dalam setiap kejadian dan tentu ada sejumlah orang yang jauh lebih sulit kehidupannya namun tidak pernah mengeluh sedikit pun.

Contohlah seorang kakek bernama Kasiran (84 tahun) yang tetap semangat mengais rezeki meski harus hidup sebatang kara. Belum lagi kondisi fisiknya yang tidak normal seperti kebanyakan orang.


Berjalan Puluhan Kilometer Dengan Satu Kaki, Kakek Penjual Kurungan Ayam Ini Tidak Pernah Mengeluh

Warga Kota Metro itu tidak pernah mengeluh dalam menjalani kehidupan masa tuanya. Padahal ia harus berjalan berpuluh-puluh kilometer menjajakan kurungan ayam dari anyaman bambu buatannya sendiri. Bahkan sang kakek tak merasa lelah sedikit pun meski harus berjalan menggunakan satu kaki dan ditopang dengan sebuah tongkat.

“Berhubung dikasih Allah kekuatan, jadi gak ada rasa capek. Allah yang memberi keselamatan. Jadi menghilangkan semua rasa capek juga,” ucapnya.

Diungkapkannya bahwa keterbatasan fisik yang dideritanya bukanlah bawaan lahir, melainkan karena harus diamputasi oleh dokter.

“Kaki ini dulu tahun 2000 terkena musibah tertusuk bambu runcing. Sehingga harus diamputasi,” kenangnya.

Kakek Kasiran menuturkan bahwa kurungan ayam buatannya dihargai 50 ribu rupiah dan setiap hari kurungan atau kandang ayam tersebut selalu laku sehingga tidak pernah sekalipun dibawa pulang kembali.

Disebutkannya bahwa ia lebih senang mendapatkan uang dari hasil jerih payahnya ketimbang harus meminta-minta kepada orang. Ia pun tidak ingin menjadi beban orang lain karena setiap orang tentu memiliki beban hidup masing-masing.

“Kalau ada yang ngasih ya saya terima. Tapi kalau meminta saya tidak mau. Karena belum tentu orang yang saya minta itu tidak memiliki beban hidup juga,” lanjutnya.

Kakek Kasiran sudah hidup sendiri semenjak istrinya meninggal tahun 1980 lalu. Meski memiliki seorang putri, namun ia tetap memilih hidup sendiri di Kota Metro dan enggan menjadi beban anaknya beserta suami yang tinggal di Kabupaten Mesuji.

“Kalau ikut anak tidak bisa beraktivitas seperti sekarang. Dulu memang sempat ikut sama anak. Tapi itu hanya satu tahun saja. Saya kembali ke Metro lagi karena saya lebih suka hidup mandiri tanpa membebankan orang lain, termasuk anak saya sendiri,” ungkapnya.

Baginya memasak, mengurus rumah hingga mencari nafkah sendiri lebih disukainya daripada membebankan kepada orang lain.

”Masak sendiri, nyuci sendiri, dan bersih-bersih rumah juga sendiri. Tapi saya jauh lebih senang seperti ini,” ujarnya.

Yang terpenting ia yakin selama mau berusaha, maka Allah akan memberikan rezeki.

”Yang penting mau berusaha pasti ada rizki yang diberikan untuk kita. Dan alhamdulillah selama ini ada saja rizki yang saya dapat. Baik itu dari hasil penjualan kandang ayam maupun dari pemberian orang yang membagi sedikit rezekinya untuk saya,” ujarnya.

Baca Juga:



Next article Next Post
Previous article Previous Post