Dari Flu Burung hingga Corona, Kenapa China Banyak 'Lahirkan' Virus Baru?

Dari Flu Burung hingga Corona, Kenapa China Banyak 'Lahirkan' Virus Baru?

author photo
Dari Flu Burung hingga Corona, Kenapa China Banyak 'Lahirkan' Virus Baru?


Hingga saat ini, 8 Agustus 2020, Wabah virus corona baru di seluruh dunia dilaporkan sudah mencapai angka 19.607.761 kasus positif dan telah membuat 725.136 nyawa melayang.

Kemunculan virus corona baru yang diberi nama 2019-nCoV ini pertama kali terdeteksi pada akhir Desember 2019 lalu di kota Wuhan.

Sejak saat itu virus terus menyebar bahkan kasusnya kini telah dikonfirmasi muncul di banyak negara.

Virus yang pertama kali muncul di kota Wuhan China ini telah sukses membuat perekonomian dunia hancur.

Hingga saat ini dilaporkan beberapa negara maju telah mengalami resesi ekonomi akibat pandemi covid-19.

Diantaranya adalah Jerman, Prancis, Uni Eropa, Hongkong dan Singapura.

China sendiri memang diketahui beberapa kali menjadi daerah tempat kemunculan berbagai virus baru penyebab penyakit.

Contohnya saja virus severe acute respiratory syndrome (SARS), virus flu burung dan yang terbaru 2019-nCoV.

Kasus pertama SARS di dunia tercatat muncul dari Guangdong, China pada November 2002.

Penyebarannya terbilang cepat karena pemerintah China menutup informasi terkait wabah Virus SARS.

Negara pertama yang terjangkit wabah ini adalah Hongkong dan Vietnam.

Pemerintah China melaporkan adanya wabah kepda WHO, organisasi kesehatan dunia pada 10 Februari 2003 dengan 305 kasus yang terjangkit dan sudah ada lima korban jiwa.

Virus ini diketahui berasal dari Musang. Perpindahannya lantaran masyarakat Guangdong suka memburu Musang untuk dikonsumsi

SARS menyebar ke Hongkong diduga dari seorang dokter yang merawat pasien SARS di Guangdong.

Dokter yang terjangkit SARS ini datang ke Hongkong untuk bertemu keluarga dan seminar kesehatan. Setelah mendapat perawatan intensif dokter tersebut meninggal.

Penyebaran ke Vietnam diduga dari para tamu hotel yang mengikuti seminar, bersama sang dokter dan berinteraksi dokter tersebut.

Di awal-awal penyebarannya, kasus kematian akibat Virus SARS banyak terjadi kepada para keluarga yang terjangkit.

WHO mempublikasikan kasus SARS di Hongkong mencapai 1755 dengan koran meninggal mencapai 299. Untuk Vietnam 63 kasus dengan 5 korban meninggal.

China sebagai negara endemik Virus SARS terdapat 5327 kasus dengan jumlah kematian mencapai 348.

Virus H5N1, flu burung pertama kali terdeteksi pada angsa di China pada 1996. Setahun kemudian virus ini berpindah ke manusia dan ditemukan petama kali pada 1997.

Laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menjelaskan lebih dari 700 kasus H5n1 terinfeksi ke manusia yang didapat pada negara-negara di Asi. Negara di Asia yang paling tinggi melaporkan kasus Virus Flu Burung pada manusia yakni Indonesia, Vietnam dan Mesir.

Sama seperti SARS dan Virus Corona, Flu Burung juga menyebar ke negara lain.

Laporan pertama infeksi Flu Burung pada manusia di benua Amerika terjadi di Kanada pada 8 Januari 2014. Pasien pertama Flu Burung merupakan wisatawan yang baru ke Kanada dari China.

Sebagian besar kasus Flu Burung yang menjangkit manusia karena kontak langsung atau dekat dengan unggas yang sakit atau mati karena terinfeksi virus.

Mengapa sepertinya China menjadi 'hotspot' virus baru?


Vaksinolog lulusan University of Siena, dr Dirga Sakti Rambe, MSc, SpPD, menjelaskan kemungkinan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.

"Penyakit-penyakit ini berasal dari binatang yang ditransmisikan ke manusia disebut zoonotic disease," kata dr Dirga.

Ia menjelaskan, bahwa interaksi hewan dengan manusia di China sendiri tidak aman. kemudian faktor kebersihan juga sangat berpengaruh vital, mengingat banyak pasar hewan di China yang mencampur adukkan antara hewan mati dan hidup sehingga menjadi tidak higienis.

"Di China banyak sekali model interaksi antara manusia dengan hewan yang tidak aman. Contohnya kalau kita ke China, pasar binatangnya, itukan bebas sekali campur segala macam hewan hidup mati diperjualbelikan. Tidak bersih. Sangat gampang tertular," lanjut pria yang sehari-hari praktik di OMNI Hospitals Pulomas ini.

Selain itu, China juga memiliki populasi penduduk tinggi.

Artinya ketika virus dari hewan bermutasi bisa menjangkit manusia, penyakit akan mudah menular karena populasi penduduk yang padat dan mobilitas tinggi.

"Itu bisa menjelaskan kenapa kok banyak (penyakit -red) yang dari China," pungkas dr Dirga.
Next article Next Post
Previous article Previous Post