Curhat Kecele Peserta Pelatihan Kartu Prakerja Jokowi

Curhat Kecele Peserta Pelatihan Kartu Prakerja Jokowi

author photo
Curhat Kecele Peserta Pelatihan Kartu Prakerja Jokowi


Ahmad Syahtriono dan Ilham, dua peserta program pelatihan Kartu Prakerja, menyampaikan curahan hati. Mereka merasa kecele seperti ikut program pelatihan bodong selama darurat virus corona (covid-19).

Ahmad Syahtriono (25) mengaku sempat tergiur dengan iming-iming insentif sebesar 600 ribu per bulan dari program Kartu Prakerja.

"Lumayan," pikirnya ketika itu untuk menambal kebutuhan sehari-hari setelah dirumahkan dari pekerjaannya sebagai tenaga administrasi di salah satu situs belajar.

Niatnya pun diperkuat dengan fasilitas pelatihan yang diberikan oleh pemerintah secara cuma-cuma. Sebab, memang sudah dari lama ia berniat banting setir menjadi pengusaha dan melanjutkan usaha keluarga.

Setelah dinyatakan lolos dalam seleksi gelombang I Kartu Prakerja, Ahmad memutuskan untuk mengambil program pelatihan fotografi.

Ahmad memang sudah lama menyukai dunia fotografi, ia pun tak ragu menggunakan saldo sebesar Rp100 ribu untuk pelatihan di Skill Academy.

Setelah duduk di depan layar ponsel androidnya dan dinyatakan lulus pelatihan, pria yang tinggal di Sulawesi Tengah ini harus menelan rasa kecewa karena tak materi pelajaran baru.

"Menurut saya tidak jauh berbeda dengan video tutorial yang biasa saya tonton di Youtube atau artikel trik-trik fotografi di Google," katanya.

Pun begitu, Ahmad masih semangat teringat akan insentif yang akan segera cair. Namun malang, setelah menyelesaikan pelatihan sejak 24 April lalu sertifikatnya tak kunjung muncul di dashboard akunnya hingga tanggal 30 April.

"Sehingga saat saya mau membeli pelatihan lain tidak bisa karena keterangannya belum menyelesaikan kursus. Saya sampai menunggu dari tanggal 24 [April] hingga 30 [April] kemarin," terangnya.

Nasib dana insentifnya pun dia tidak diketahui. Ahmad mengaku telah mencoba berbagai cara dari menghubungi hotline kartu prakerja, mengirim email, hingga bertanya langsung di komentar akun Instagram Kartu Prakerja namun ia tak kunjung menerima jawaban.

Niat Ahmad mengincar uang saku sebesar Rp50 ribu per bulan juga lenyap. Ia mengaku tak menemukan fungsi survei seperti yang dijanjikan.

"Itu review ada di bagian mana saya enggak menemukan," katanya.

Sebelumnya, pemerintah menjanjikan memberikan insentif sebesar Rp600 plus uang saku Rp50 ribu per bulan selama empat bulan kepada peserta pelatihan Kartu Prakerja.

Dari pengalaman yang dimilikinya, Ahmad menilai pelatihan dalam bentuk online tidak tepat sasaran. Dari pengakuan sesama pendaftar lainnya pun, dia melanjutkan, kebanyakan peserta mendaftar karena tergiur insentif dan bukan materi pelatihan.

Belum lagi bagi mereka yang berada di daerah seperti Ahmad yang tak memiliki akses internet yang baik dan ponsel canggih. Kendala tersebut menghalangi mereka untuk mendapatkan insentif untuk menyambung hidup di tengah pandemi virus corona.

"Kalau online ilmunya bisa tidak sampai terus belum tentu tepat sasaran. Saya yakin peserta lain cuma mengejar insentif ketimbang pelatihan," ucapnya.

Demi Insentif Uang


Ahmad tak sendiri, peserta lainnya, Ilham (20) asal Bandung mengaku tertarik dengan program andalan Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu karena telah kehilangan pekerjaannya sebagai admin salah satu lapak online.

Setelah bergulat dengan jutaan peserta lainnya, usahanya berbuah hasil. Ilham pun memutuskan untuk memanfaatkan saldonya sekaligus dengan membeli paket pelatihan ojek online di skill academy senilai Rp1 juta.

"Sebenarnya kurang menyambung sama kerjaan saya. Tapi ternyata isinya bisa diterapkan. Materinya terlalu dasar seperti pelayanan pelanggan, bahasa Inggris, cara mengelola stres di tempat kerja, dan sebagainya," kata dia.

Meski mengaku dapat mempraktikkan pelatihan itu secara mudah, Ilham menegaskan tak mau menghabiskan uang satu juta rupiah untuk ikut pelatihan seandainya bukan program Kartu Prakerja. Pasalnya, uang sebesar itu tidak sepadan dengan pelatihan yang dinilainya sangat tidak berbobot, apalagi bermanfaat besar.

"Kalau ambil (pelatihan) di luar kemungkinan bisa ambil training yang lebih membuahkan hasil sih. Ini lebih ke karena enggak ada pilihan lain jadi mau tidak mau harus jalani training. Kurang efektif," ia menambahkan.

Ilham yang tak suka menunda-nunda kerja sekaligus menyelesaikan pelatihannya yang terdiri dari 6 variasi kelas itu dalam semalam suntuk pada tanggal 23 April lalu. Namun tak lebih mujur dari Ahmad. Dia pun tak kunjung mendapatkan sertifikat seperti yang dijanjikan.

Hingga saat ini usahanya mencari tahu soal kejelasan haknya belum membuahkan hasil. Ia menegaskan masih akan terus mencoba menghubungi pihak yang bersangkutan.

"Jangankan insentifnya, sertifikat yang didapat di platform saja belum ada satu pun yang muncul di dashboard. Padahal saya menyelesaikan pelatihan di hari yang sama dengan durasi kurang lebih tujuh jam," ujar Ilham dengan nada kesal.

Dari enam kelas yang telah diikutinya, Ilham dijanjikan total 12 sertifikat, dua lembar per kelas, satu sebagai bukti penyelesaian materi dan satunya lagi sebagai hasil pelatihan sesuai kelas yang diikuti.

Pengiriman sertifikat yang mandek bukan menjadi keluhan utama. Sebab jika pun ke-12 lembar sertifikat tersebut sudah di tangan, Ilham belum dapat menerapkan pelatihan yang didapatnya di tengah pandemi virus corona.

Ia pun berharap pemerintah dapat memperbaiki sistem serta meningkatkan pelayanan agar efisien mengingat banyak dari yang mendaftar program Kartu Prakerja saat ini mendaftar demi total insentif Rp2,4 juta.

Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi UKM Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sekaligus Ketua Tim Pelaksana Kartu Prakerja Mohammad Rudy Salahuddin menyebut pemerintah melalui pihak manajer pelaksana (PMO) sudah melakukan transfer dana untuk peserta gelombang I sejak pekan lalu.

Ia menyebut dari laporan beberapa Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi di daerah, salah satunya Disnakertrans di Kalimantan Tengah, mengaku kena semprot peserta karena dana insentif tak kunjung cair.

"Soal insentif yang belum dikirim ini, kami akan teruskan ke PMO karena ranahnya operasional. Kami akan verifikasi apakah masalah ini sudah ditangani PMO atau belum," ujar Rudy dalam diskusi virtual, Rabu (29/4).
Next article Next Post
Previous article Previous Post