Tangisan Perawat yang Menangani Pasien Corona, Awalnya Bergaji Rp 750 Ribu, Kini Rp 1,2 Juta

Tangisan Perawat yang Menangani Pasien Corona, Awalnya Bergaji Rp 750 Ribu, Kini Rp 1,2 Juta

Tangisan Perawat yang Menangani Pasien Corona, Awalnya Bergaji Rp 750 Ribu, Kini Rp 1,2 Juta


Seorang perawat asal Temanggung, Jawa Tengah, sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit untuk menjalani karantina mandiri di rumah.

Meski kondisinya telah membaik, namun ia tetap diminta untuk menjaga jarak dengan orang disekitar dan tidak melakukan aktivitas di luar rumah.

Saat dihubungi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo melalui sambungan telepon pada Sabtu (28/3/2020), ia mengaku sangat merindukan anaknya yang berusia dua tahun.

Pasalnya, sejak dinyatakan positif terjangkit Covid-19 hingga sekarang, ia mengaku belum pernah berjumpa dengan anaknya tersebut.

Hal itu dilakukan karena harus menjalani karantina agar tidak menularkannya kepada orang di sekitar.

"Anak saya dua tahun Pak, sejak saya dinyatakan positif dan dikarantina, sampai sekarang saya belum berjumpa. Kangen sekali rasanya Pak," katanya kepada Ganjar.

Untuk menebus rasa rindu kepada anaknya itu, ia mengaku hanya bisa menghubunginya melalui video call.

Namun demikian, ia seringkali merasa tak tahan untuk segera memeluk anaknya tersebut.

Terlebih setiap kali ditelepon, anaknya selalu menanyakan kapan dirinya akan pulang.

"Anak saya sekarang saya titipkan di rumah mertua di Magelang, suami saya kerja di Jakarta. Saat video call, anak sering tanya mama kapan pulang? Saya jawab mama masih kerja. Dia tahunya saya masih kerja," imbuhnya.

Kepada Ganjar, ia mengaku tertular Covid-19 saat menangani pasien di rumah sakit tempat dia bekerja.

Karena saat itu, antrean pasien cukup banyak dan rumah sakit tempat dia bekerja belum cukup siap untuk mengantisipasi adanya penyebaran Covid-19.

Sehingga petugas medis yang menangani pasien di IGD tidak ada yang dibekali dengan alat perlengkapan diri (APD).

Ia dinyatakan positif, setelah menderita demam dan sesak napas.

Saat dilakukan tracing, ternyata salah seorang pasien yang ia tangani di rumah sakit tersebut belakangan diketahui jika dinyatakan positif Covid-19.

Mendengar curahan hati perawat tersebut, Ganjar mencoba untuk memberikan semangat agar tetap kuat.

"Tetap semangat ya, banyak teman-teman yang selalu mendoakan dan mendukung para tenaga medis seperti panjenengan," kata Ganjar.

Curhatan Perawat Pasien Corona yang Bertaruh Nyawa


Sementara itu, salah seorang perawat yang bekerja di ruangan isolasi Nusa Indah RSUP Sanglah Denpasar yang sedang menangani pasien positif virus corona atau Covid-19, mengeluhkan pendapatan atau gaji dibawah UMR yang diterimanya setiap bulan.

Perawat yang tidak ingin namanya disebutkan itu mengatakan, gaji pokok yang mereka dapatkan sebesar Rp 1.280.000.

Awalnya mereka hanya mendapatkan gaji pokok sebesar Rp 780 ribu.

Namun, sejak bulan Februari tahun 2020, gaji pokok dinaikkan sebesar Rp 500 ribu.

"Jadi kami hanya dapat gaji pokok sebesar Rp 1.280.000 beserta uang makan kalau tidak salah antara sebesar Rp 340 ribu atau Rp 240 ribu dan jasa pelayanan.

Biasanya jasa pelayanan diberikan tergantung dari jumlah pasien. Namun jika kita ada yang cuti atau sakit selama sebulan hanya dapat gaji pokok Rp 1.280.000 " ujar perawat tersebut, Minggu (29/3/2020).

Ia menambahkan, padahal seluruh rumah sakit di daerah Bali gaji pokoknya sudah sesuai dengan upah minimum regional atau UMR.

Selama para perawat tenaga kontrak tersebut menangani pasien dengan kasus positif virus corona, tidak pernah diberikan insentif baik dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali maupun dari Kementrian Kesehatan.

Untuk persediaan APD di RSUP Sanglah, ia mengatakan bahwa stoknya masih tersedia.

Namun untuk stok sarung tangan panjang sudah habis.

"Hanya tersisa sarung tangan yang pendek saja maka dari itu para perawat menggunakannya hingga 4 lapis. Dan sebelum kita masuk ke ruangan isolasi Nusa Indah, kita selalu berdoa," ucapnya sambil menangis ketika diwawancarai Tribun Bali.

Perawat ini juga mengatakan, bahwa dirinya sudah 5 tahun bekerja sebagai perawat tenaga kontrak.

Namun, tidak ada pengangkatan.

Ia mengatakan, alasan dari pihak RSUP Sanglah tidak mengangkat perawat tenaga kontrak menjadi tenaga tetap dikarenakan tidak memiliki dana.

"Padahal katanya setelah 3 tahun bekerja sebagai tenaga kontrak akan diangkat menjadi tenaga tetap atau PNS. Dan alasan dari RSUP Sanglah tidak mengangkat kami tenaga kontrak dikarenakan kurangnya dana, menurut saya itu sangat tidak masuk akal," tambahnya.

Cek Peta Persebaran Covid-19 Kota Denpasar di Sini

Kini sudah ada peta persebaran Covid-19 khususnya di Kota Denpasar.

Kabag Humas dan Protokol Setda Kota Denpasar, I Dewa Gede Rai mengatakan, informasi tersebut bisa diakses di https://safecity.denpasarkota. go.id/id/covid19.

Selain itu juga diakses melalui media resmi mitigasi Covid-19 Kota Denpasar di laman covid19.denpasarkota.go.id pada menu "Peta Sebaran Covid-19 di Kota Denpasar"

"Infonya bisa dilihat di website covid19.denpasarkota.go.id dan di safecity.denpasarkota.go.id/ id/covid19," katanya.

Dari data yang dikutif di laman https://safecity.denpasarkota. go.id/id/covid19 per tanggal 29 Maret 2020 pukul 15.49 Wita diketahui jumlah ODP (Orang Dalam Pengawasan) yakni 91 orang.

Sedangkan jumlah PDP (Pasien Dalam Pengawasan) 2 orang serta jumlah yang positif yakni 2 orang. (*)
Next article Next Post
Previous article Previous Post