Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Wonogiri menemukan sebanyak 7 orang sakit pada dua hari pantauan keberangkatan dan kepulangan pemudik di Terminal Tipe A Wonogiri.
Dua hari pemantauan dilakukan pada Selasa - Rabu (24-25/3/2020) ini.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Wonogiri, Adhi Dharma mengatakan, pihaknya memang melakukan pemantauan screening kesehatan penumpang dan crew bus angkutan umum (Bus) AKAP/AKDP untuk kedatangan dan keberangkatan dari terminal bus tipe A Wonogiri.
"Untuk penumpang dan crew bus yang sakit, data langsung terkirim ke UPTD Puskesmas untuk dilakukan pemantauan lebih lanjut," terang Adhi Darma, Rabu (25/3/2020).
Dari pantauan Selasa (24/3/2020) ada kedatangan dari Jakarta dan sekitarnya masuk Wonogiri.
Pemantauan hari itu, dilakukan mulai pukul 15.00 sampai 23.00 WIB.
Diketahui ada 44 armada dengan jumlah penumpang 834 orang dan jumlah crew bus sebanyak 126 orang.
Jadi total orang yang masuk ke Wonogiri ada 960 orang.
Sementara yang terpantau sakit dengan demam, batuk, pilek sebanyak 7 orang terdiri dari 6 penumpang dan 1 crew bus.
Selain itu, pemantauan keberangkatan juga dilakukan pada Rabu (25/3/2020) mulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB.
Ada 40 Armada yang akan berangkat ke berbagai daerah dengan jumlah penumpang 342 orang.
Sementara crew bus ada 109 orang, terpantau total keberangkatan dari terminal Tipe A Wonogiri Jadi 451 orang.
"Kerangkatan ini tidak terpantau ada yang sakit," papar Adhi.
Kata Kemenhub
Sementara itu, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melaporkan adanya masyarakat yang melakukan mudik ke berbagai daerah, meski pemerintah telah mengeluarkan imbauan untuk tidak melaksanakan mudik.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi mengatakan, pelaksanaan mudik lebih cepat tersebut terlihat dengan meningkatnya jumlah penumpang di berbagai terminal sejak tanggal 20 hingga 22 Maret 2020.
Menurut dia, tindakan itu terjadi akibat melambatnya roda perekonomian Jakarta yang diakibatkan merebaknya Virus Corona.
Hal tersebut mendorong pekerja khususnya di sektor informal untuk pulang ke kampung halaman masing-masing.
"Ini terjadi mudik sebelum waktunya karena memang terjadi penurunan kegiatan di Jakarta. Sekarang kan kita ada penurunan dari berbagai aspek kegiatan ekonomi. Sehingga pekerja dari sektor informal, yang kita amati dari tanggal 20-22, ada beberapa terminal tipe A yang mengalami lonjakan penumpang yang datang dari Jabodetabek," tutur Budi dalam video conference, Jumat (27/3/2020)
Untuk merespons fenomena tersebut, Budi telah berkoordinasi langsung dengan pemerintah daerah terkait, agar dapat melakukan berbagai tindakan pencegahan penyebaran Virus Corona.
"Untuk melakukan pengecekan dan kemudian mengidentifikasi terhadap masyarakat yang baru datang dari Jabodetabek, jadi apakah mereka masuk PDP (pasien dalam pantauan) atau ODP (orang dalam pantauan)," ujar Budi.
Jawa Tengah disebut sebagai provinsi dengan wilayah yang mengalami peningkatan kedatangan terbanyak.
"Ada beberapa di Jawa Tengah yang ada lonjakannya, di Wonogiri, Purwokerto, Solo dan beberapa tempat lain. Mapping-nya memang banyak yang cenderung balik ke daerah masing-masing," katanya.
Sementara itu, Staf Khusus Menteri Perhubungan Adita Irawati mengatakan, peristiwa mudik prematur ini telah mengakibatkan meningkatnya jumlah ODP Virus Corona di beberapa daerah, sebagai salah satu contohnya Sumedang, Jawa Barat.
"Baru saja kami terima laporan di Sumedang ODP meningkat karena dapat limpahan mudik dari Jabodetabek. Ini tuh belum puncaknya, maka kalau enggak ada pelarangan kita khawatir ini akan makin luas Covid-nya dan menambah zona merah," tutur Adita.
Lebih lanjut, agar peristiwa mudik prematur ini tidak terus berlangsung, pemerintah akan segera mengeluarkan keputusan terkait rencana larangan pelaksanaan mudik Lebaran 2020.
Rencananya, keputusan mengenai larangan mudik ini akan dibahas dalam rapat terbatas yang dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo.
"Kami semua dari eselon I merekomendasikan untuk pelarangan mudik bagi masyarakat," ucap Budi.