Hoax Sultan Brunei Ajak Boikot Hongkong karena Bela UAS, Kapolri Buru Penyebar Hoax Dengan Pasal Pidana

Hoax Sultan Brunei Ajak Boikot Hongkong karena Bela UAS, Kapolri Buru Penyebar Hoax Dengan Pasal Pidana

author photo
Hoax Sultan Brunei Ajak Boikot Hongkong karena Bela UAS, Kapolri Buru Penyebar Hoax Dengan Pasal Pidana


Kisruh penolakan berujung deportasi terhadap Ustad Abdul Somad oleh pihak imigrasi Bandara Internasional Hongkong dimanfaatkan untuk menyebar hoax. Orang yang tidak bertanggung jawab itu mencoba memancing di air keruh dengan mengajak memboikot produk Hongkong. Yang dicatut, Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei Darussalam.

Seperti diberitakan, Ustad Abdul Somad dijadwalkan untuk menghadiri undangan dari Tenaga Kerja Indonesia di Hongkong pada Sabtu (23/12) lalu. Namun, begitu menginjakkan kaki di bandara, pihak imigrasi menolak Ustad Abdul Somad untuk melewati pemeriksaan. Alasannya, ustad itu dianggap sebagai teroris sehingga harus dideportasi.

Berdasarkan pantauan Kabarmakkah.com, hoax tentang deportasi Ustad Abdul Somad banyak tersebar di media sosial seperti Facebook dan Twitter. Isinya beragam, tetapi memiliki judul dengan nada yang sama. Yakni, Sultan Hassanal Bolkiah membela Ustad Abdul Somad dan mengajak untuk memboikot produk dari Hongkong.

“Pada wawancara dengan media setempat, Sultan Hassanal Bolkiah menyayangkan sikap Hongkong dan juga pemerintah Indonesia yang terkesan menutup mata. Kalau Indonesia tidak bisa melindungi ulamanya sendiri, biar kami yang turun tangan. Akan kami boikot seluruh bisnis Hongkong di Brunei,’’ bunyi narasi dalam unggahan provokatif.

Tidak hanya itu, Sultan Brunei Darussalam itu juga dibuat seolah-olah menyerang muslim Indonesia. Dituliskan, dia menyebut sebagian besar Muslim kelihatannya cuma hanya label belaka di Indonesia. Beberapa ulama masih tetap saja jadi target fitnah serta penghinaan keji.

"Saya selalu memantau perkembangan dakwah Islam di Asia Tenggara. Banyak ulama-ulama mumpuni yang malah jadi sasaran fitnah. Kemaren Habib Rizieq Shihab, saat ini Ustadz Abdul Somad, besok siapa lagi," tulisnya sebuah media di tanah air dengan mengutip nama situs islamadina.com.

Namun, berita yang ditelan mentah-mentah oleh media itu bisa dipastikan hoax. Sebab, situs islamadina.com yang dijadikan rujukan ternyata tidak ada. Bahkan, nama domainnya saja dijual. Dari mana asal-usul pastinya Sultan Brunei Darussalam mengucapkan semua itu juga tidak disebutkan dengan jelas.

Kabarmakkah.com melakukan kroscek dengan saksama di akun Facebook sultan kaya itu. Memang, belum ada akun Facebook yang mengaku milik Sultan Hassanal Bolkiah dengan tanda verified. Meski demikian, sejak viral kasus ustad Somad hari Sabtu (23/12), akun Facebook dengan nama Sultan Hassanal Bolkiah tidak ada yang provokatif.

Bahkan, salah satu akun Facebook Sultan Hassanal Bolkiah yang memiliki 69 ribu pengikut sama sekali tidak menulis apa pun terkait Ustad Abdul Somad. Sejak hari itu hingga saat ini, di beranda Facebook hanya berisi status ajakan mendirikan salat 5 waktu saja.

Kabarmakkah.com juga menelusuri hubungan bisnis yang terjadi antara Kerajaan Brunei Darussalam dengan Hongkong melalui jasa penerbangan. Royal Brunei Airlines masih melayani penerbangan ke Hongkong seperti biasa. Tidak seperti pemberitaan yang menyebut Kerajaan Brunei Darussalam akan memboikot seluruh produk dan kerja sama bisnis dengan Hongkong.

Selain itu, tidak ada media lokal di Brunei Darussalam yang memiliki pernyataan itu. Bahkan, media mainstream luar negeri juga tidak memiliki kutipan itu. Fakta itu membuat pernyataan Sultan Hassanal Bolkiah yang mengajak untuk memboikot produk Hongkong karena deportasi Ustad Abdul Somad tidak bisa dipastikan kebenarannya.

Ancaman Bagi Pembuat Konten Hoax dan Penyebar Hoax

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengingatkan semua pengguna aktif media sosial akan ancaman Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Terutama bagi mereka yang gemar membuat dan menyebarkan berita bohong atau hoax.

Tak hanya pembuat berita, pengguna media sosial yang menyebarkan berita bohong juga terancam sanksi pidana.

"Menyebarkan berita bohong itu ada undang-undang ITE. Baik mengunggah, termasuk membagikan berita bohong sebetulnya bisa dikenakan pidana," tegas Tito.

Terlebih, kata Tito, berita bohong itu berimbas buruk dan merugikan orang lain. Ancaman pidananya bisa lebih berat.

"Makanya saya sampaikan, tolong jangan sampai mengunggah berita yang belum tentu akurat. Karena kalau seandainya itu berbohong apalagi menimbulkan dampak yang merugikan orang lain dapat dilaporkan, ini menjadi kasus pidana berat," jelas Tito.

Cara Bertaubat dari Hoax

Salah satu yang dibenci oleh Allah adalah terlalu aktif menyebarkan berita yang belum jelas kebenarannya. Dalam hadis dari al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ كَرِهَ لَكُمْ ثَلاَثًا قِيلَ وَقَالَ ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ

Sesungguhnya Allah membenci 3 hal untuk kalian: [1] menyebarkan berita burung (katanya-katanya); [2] menyia-nyiakan harta; dan [3] banyak bertanya. (HR. Bukhari 1477 & Muslim 4582).

Terlebih ketika berita itu bisa bikin geger di masyarakat. Allah mencela orang yang suka menyebarkan berita yang membuat masyarakat ribut. Dalam al-Quran, Allah menyebut mereka dengan al-murjifuun (manusia pembuat onar).

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di Madinah, beberapa orang tukang penyebar berita terkadang membuat geger masyarakat. terutama berita yang terkait keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah mengancam, jika mereka tidak menghentikan kebiasaan ini, maka mereka akan diusir dari Madinah.

Allah berfirman,

لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْمُرْجِفُونَ فِي الْمَدِينَةِ لَنُغْرِيَنَّكَ بِهِمْ ثُمَّ لَا يُجَاوِرُونَكَ فِيهَا إِلَّا قَلِيلًا

Jika orang-orang munafik, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah tidak berhenti (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar. (QS. al-Ahzab: 60)

Sehingga, sebelum menyebarkan, pastikan berita anda benar. Hentikan kebiasaan buruk mudah menyebarkan berita. Tanamkan dalam diri kita, menyebarkan berita itu bukan prestasi… prestasi itu adalah menyebarkan ilmu yang bermanfaat, bukan menyebarkan berita.

Bagaimana ketika tidak sengaja menyebarkan berita dusta? Setelah disebarkan, baru diingatkan bahwa ternyata itu hoax.

Pertama, orang yang melakukan kesalahan tanpa disengaja, maka tidak ada dosa baginya, antara dia dengan Allah. Allah berfirman,

وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُمْ بِهِ وَلَكِنْ مَا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

“Tidak ada dosa bagimu terhadap kesalahan yang kalian lakukan tanpa sengaja, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. (QS. al-Ahzab: 5).

Namun jika itu merugikan hak orang lain, maka dia bertanggung jawab atas kerugian itu.

Ketika Nabi Daud menjadi penguasa, ada kasus, hewan ternak milik si A, masuk ke lahan pertanian milik si B dan merusak tanamannya. Akhirnya mereka meminta keputusan Nabi Daud. Beliau memutuskan, hewan si A harus diserahkan ke si B, sebagai ganti dari tanaman yang dirusak.

Sementara Sulaiman memiliki pemahaman berbeda. Beliau memutuskan, hewan si A diserahkan ke si B untuk diperah susunya sampai menutupi nilai kerugian tanaman yang dirusak. Dan Allah memuji keputusan Sulaiman. Allah menceritakan,

وَدَاوُودَ وَسُلَيْمَانَ إِذْ يَحْكُمَانِ فِي الْحَرْثِ إِذْ نَفَشَتْ فِيهِ غَنَمُ الْقَوْمِ وَكُنَّا لِحُكْمِهِمْ شَاهِدِينَ . فَفَهَّمْنَاهَا سُلَيْمَانَ

(ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu, maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat). (QS. al-Anbiya: 78 – 79)

Kedua, ketika sudah tersebar di forum, berikan penjelasan di forum yang sama bahwa berita itu dusta. Agar anda bisa lepas dari tanggung jawab.

Bagi mereka yang pernah menyebarkan kesesatan, kemudian bertaubat, dia berkewajiban untuk menjelaskan kepada masyarakatnya, tentang kesesatan yang pernah dia sebarkan.

Allah menjelaskan,

إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. al-Baqarah: 160).

Wallahu a’lam.
Next article Next Post
Previous article Previous Post