Dakwah Menggunakan Sabun Mandi ala Ustadz Fadhlan

Dakwah Menggunakan Sabun Mandi ala Ustadz Fadhlan

author photo
Papua, merupakan satu-satunya propinsi di Indonesia yang menghasilkan emas terbesar di dunia. Bukan hanya emas, sumber daya alam lainnya pun melimpah ruah disana. Propinsi ini sebenarnya sangat kaya raya.

Dakwah Menggunakan Sabun Mandi ala Ustadz Fadhlan
Ustadz Fadhlan Saat Berdakwah (Foto: Daaruttauhiid.org)


Namun ternyata, kekayaan yang dimiliki oleh Papua belum bisa mengangkat derajat kehidupan warga disana. Mayoritas penduduk Papua masih hidup kekurangan, bahkan sebagian besar penduduk asli masih banyak yang tinggal di hutan-hutan.

Julukan sebagai salah satu daerah yang tertinggal sering disematkan pada propinsi Papua ini. Jika ada orang Papua yang memiliki keistimewaan, mereka kerap dijuluki sebagai mutiara hitam. Dan salah satu warga Papua yang layak memperoleh ‘gelar’ tersebut adalah Ustadz Fadhlan Garamatan.

Bertekad ingin mengubah kehidupan masyarakat Papua menjadi lebih baik melalui jalur dakwah, Ustadz Fadhlan tak segan-segan melakukan inovasi dakwah agar hati penduduk Papua tersentuh hatinya dengan Islam.

Dalam sebuah Kajian Asmaul Husna yang diadakan oleh Dompet Peduli Ummat (DPU) Daarut Tauhiid, pada Kamis (27/4). Ustadz Fadhlan menceritakan dakwahnya pada masyarakat Papua dengan menggunakan sabun mandi.

Sebelum mengenal agama Islam, orang Papua biasa mandi dengan melulurkan minyak babi ke badan mereka. Katanya untuk menghindari nyamuk dan udara dingin. Sejak ustadz fadhlan mengenalkannya dengan sabun mandi, kini warga Papua tak lagi menggunakan lemak babi.

Bukan hanya dakwah pakai sabun mandi, Ustadz Fadhlan juga mengenalkan busana islami pada warga Papua yang dulunya hanya memakai koteka (bagi yang pria).

“Awalnya kami kenalkan pada mereka celana kolor, mereka tertawa. Namun, ketika mereka memakainya dan lama-lama enjoy, malah akhirnya malu untuk melepasnya. Lalu kami bawakan cermin. Ketika masih telanjang, mereka takut melihat bayangannya sendiri. Setelah memakai celana dan baju, mereka merasakan perubahan dalam dirinya. Ternyata lebih bagus, dan akhirnya mereka masuk Islam,” kata jelas Ustadz Fadhlan seperti dikutip dari situs Daaruttauhiid.org

Tantangan yang dihadapi Ustadz Fadhlan bukian hanya terbatas pada kondisi alam papua, namun juga respon penduduk setempat yang masih kolot.

“Terkadang ada juga yang melemparkan tombak bahkan panah. Ya, itu sudah biasa kami alami. Itu belum seberapa dibandingkan perjuangan Rasulullah. Beliau bahkan diusir dari negerinya (Makkah), karena ketidaksukaan penduduknya menerima dakwah Rasul. Namun beliau tetap sabar. Karena itu pula, kami pun harus sabar,” pungkasnya.

Semoga ustadz Fadhlan senantiasa diberi kemudahan dan kelancaran dalam dakwahnya untuk meninggikan kalimat Allah di bumi Papua, Aamiin.
Next article Next Post
Previous article Previous Post