Salut! Prihatin Dengan Kondisi Pendidikan, 4 Remaja Ini Dirikan SLB Meski Tidak Digaji

Salut! Prihatin Dengan Kondisi Pendidikan, 4 Remaja Ini Dirikan SLB Meski Tidak Digaji

author photo
Berbuat kebaikan bisa dilakukan dengan cara apapun. Seperti salah satunya yang dilakukan oleh 4 remaja yang prihatin dengan lingkungan pendidikan di Ponorogo bagian selatan. Di sana ada banyak anak berkebutuhan khusus yang tidak bisa mengenyam pendidikan karena tidak adanya pendidik atau fasilitas yang khusus. Alhasil anak-anak itu pun dipaksa untuk bersekolah dengan anak normal sehingga tidak bisa mengikuti pelajaran dengan sebagaimana mestinya.

Salut! Prihatin Dengan Kondisi Pendidikan, 4 Remaja Ini Dirikan SLB Meski Tidak Digaji
Empat remaja dirikan SLB meski tidak digaji (Beritajatim.com)
Melihat kenyataan tersebut, empat remaja ini pun mendirikan Sekolah Luar Biasa (SLB) di Desa/ Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo. Keempatnya pun ikhlas mengajar meski tidak mendapat gaji.

Salah seorang remaja bernama Amar Ma’ruf yang menjadi guru secara telaten mengajari anak didiknya untuk melipat kertas yang berwarna warni. Ia pun mencoba bersabar sekuat tenaga karena terkadang anak-anak mudah mengamuk. Terlebih ketika tidak mendapatkan perhatian dari guru.

"Ya mau gimana lagi. Kan memang begini terus. Tapi mengasyikkan mengajar mereka," kata Amar, seperti dikutip dari Berita Jatim, Kamis (2/2/2017).

Dituturkan oleh Amar bahwa di Ponorogo Selatan tidak ada SLB sehingga anak dipaksa ikut sekolah dengan yang normal. Tak heran jika mereka akan terusir di tengah jalan meski pas pertama daftar begitu mudah.

Dengan tekat yang kuat, sekolah SLB yang didirikan keempat remaja itu mendapatkan apresiasi luar biasa dari masyarakat dan tercatat sudah ada 70 siswa yang mendaftar.

Meski demikian hanya 10 siswa saja yang aktif dikarenakan sebagian besar tinggal cukup jauh dan tidak ada transportasi.

"Siswanya kan dari Pacitan juga. Kadang tidak datang karena tidak ada yang mengantar," ujarnya.

Amar mengungkapkan bahwa pendirian sekolah tersebut tidak selalu berjalan dengan mulus karena ada beberapa hambatan. Salah satunya seperti sulitnya mendapatkan gedung untuk belajar dan diombang ambing oleh oknum perangkat desa.

"Sempat tidak diberi ruangan. Tapi ada yang baik hati memberikan kunci kantor UPTD. Walaupun bagian Selatan tidak bisa digunakan," katanya.

Bagi Amar gedung yang seadanya tidaklah menjadi persoalan karena yang penting adalah bisa menampung para siswa dan bisa menjadi tempat untuk memberikan keterampilan.

"Ya saya beri ketrampilan. Biar bisa digunakan nanti. Agar tidak dipandang sebelah mata oleh orang normal. ABK juga punya masa depan," pungkasnya.
Baca Juga: Lakukan Proyek Akhirat, Tukang Parkir Ini Bangunkan Sekolah Islam Gratis Untuk Anak Tak Mampu

Next article Next Post
Previous article Previous Post