Kisah Nyata: Perjuangan Istri Korban Tragedi Crane Masjidil Haram

Kisah Nyata: Perjuangan Istri Korban Tragedi Crane Masjidil Haram

author photo
Berita Haji - Salah satu jamaah haji dari Bulukumba, Darwis Rahim Cogge (alm) adalah salah satu korban wafat para peristiwa robohnya crane di Masjidil Haram, Jumat (11/09) lalu. Almarhum berangkat bersama istri (Erni Sampe Dosen), mertua (Abdul Jalil), adik ipar (Fatmawati Abdul Jalil), dan tantenya (Rosdiana bin Haji Muluk).

Jumat (18/09), Tim Media Center Haji (MCH) berkesempatan silaturahim ke pemondokan Erni di Hotel Manazil Al Hayat Sektor 7 (703) lantai 7 yang berada sekitar 2 kilo meter dari Masjidil Haram. Saat itu, Erni tampak duduk di depan lift hotel bersama teman wanitanya tersebut.

berita haji
Erni Sampe Dosen, Istri Almarhum Korban Tragedi Makkah


Warga Kabupaten Bulukumba itu sempat berkisah tentang saat-saat crane menimpa suaminya. Erni bercerita kalau dia bersama suaminya Darwis, ayahnya Abdul Jalil, adiknya Fatmawati Abdul Jalil, dan tantenya Rosdiana bin Haji Muluk baru tiba di Tanah Suci, Jumat (11/09) sekitar pukul 01.00 Waktu Arab Saudi (WAS). Setelah beristirahat sejenak di pemondokan, mereka bersama-sama melaksanakan umroh qudum pada pukul 02.00, diteruskan salat Subuh berjamaah, baru kembali ke pemondokan.

Sekitar jam 11.00 WAS, Darwis bersama mertuanya kembali ke Masjidil Haram untuk Salat Jumat. Keduanya bertahan di sana hingga Erni dan keluarganya menyusul untuk Shalat Asar berjamaah di Masjidil Haram. Awalnya mereka salat Ashar di lantai 3 Masjidil Haram, lalu turun ke lantai 2 untuk shalat sunah. Mereka kembali turun ke tempat tawaf (mathaf) untuk salat sunah di Multazam.

Maksud hati, mereka berlima ingin sholat Magrib berjamaah di Masjidil Haram, hingga sekitar pukul 17.10 WAS, hujan mulai membasah. Darwis (alm) yang saat itu baru selesai salat sunnah langsung berlari untuk berdoa atas turunnya hujan sebagai berkah.

Perlahan, angin kencang menyertai rintik hujan yang semakin deras dan lebat. “Tiba-tiba saja di sekitar menjadi gelap seolah seperti pesawat terbang jatuh,” ungkap Erni.

Seiring dentuman suara keras, Erni yang saat itu berhadapan dengan suaminya dalam jarak yang tidak terlalu jauh melihat benda yang menghantam suaminya. Erni saat itu sadar dan masih melihat suaminya mengangkat kedua tangan untuk berdoa sebelum crane jatuh. Posisi dirinya dengan sang suami memang berhadapan. Erni sendiri tidak sadar ada benda yang menimpa dirinya sehingga melukai kepalanya dan mengeluarkan darah saat itu, begitu juga dengan kakinya yang tertimpa puing-puing kecil.

Dengan luka yang dialaminya, Erni yakin bila sang suami tertimpa crane dan menjadi korban. Ia tidak menghiraukan lukanya, di tengah kepanikan ia mencari sang suami, setiap korban yang akan dibawa melalui ambulans selalu dilihatnya. “Saya sadar saat itu dan langsung mencari suami saya. Saya yakin dia kena. Saya berlari-lari mengelilingi sekitar Masjidil Haram melihat setiap orang yang sedang membawa korban,” ungkapnya.

Selama tiga hari sejak kejadian, Erni tidak pernah putus asa mencari jenazah sang suami. Ia keluar masuk rumah sakit ditemani petugas untuk mencari sang suami. Bahkan ia pun mengelilingi setiap klinik yang ada di sekitar Masjidil Haram.

Meskipun butuh berhari-hari mencari sang suami, wanita asal Desa Salassae tersebut tidak pernah berputus asa. Ia yakin bila dirinya pasti menemukan pria yang selama ini mendampinginya. “Ada banyak orang meninggal di sana (tempat penyimpanan jenazah) tapi tidak ada identitas,” ucapnya.

Pada hari ketiga baru lah ia dihadapkan pada sesosok jenazah yang diyakini suaminya. Meskipun sebagian mukanya tidak lagi sempurna, tetapi Erni mengenali wajah sang suami, rambut, bentuk wajah, dan badannya. Memang tidak ada yang melekat identitas di tubuh Darwis seperti tas jemaah atau pun gelang identitas saat Erni melihat jenazahnya.

Erni tetap tegar meskipun kehilangan suaminya di Tanah Suci. Ia baru menjemput jenazah sang suami, Kamis (17/09) dini hari untuk disalatkan di Masjidil Haram. “Saya melihat saat suami dimandikan, kemudian saya ikut mengantarkan jenazah, dan sudah dimakamkan kemarin malam,” ungkapnya.

Sejak Darwis hilang, Erni sudah menghubungi keluarganya di kampung halaman untuk melaksanakan salat atas kepergian sang suami. Kini dirinya harus tetap mewujudkan cita-cita sang suami berasama tiga anaknya.

Bangun Masjid

Pemerintah Arab Saudi menjanjikan akan memberikan santunan sebesar 1 juta riyal untuk korban meninggal dunia dan luka yang mengakibatkan cacat seumur hidup atas jatuhnya crane di Masjidil Haram. Serta 500 ribu riyal untuk korban luka lainnya.

Erni bersama keluarganya yang pergi ke Tanah Suci menjadi korban jatuhnya crane. Tapi ia tidak mengetahui adanya santunan tersebut. Begitu juga adiknya Fatmawati yang hingga kini masih merasakan kepalanya sakit akibat terkena puing-puing pecahan bahan bangunan. “Kami ke sini hanya ingin ibadah dan tidak pernah buka internet, jadi kami tidak tahu ada santunan tersebut,” katanya.

Sementara Erni mengatakan, bila memang ada santunan untuk suaminya, dia akan mewujudkan keinginan suaminya membangun masjid di Desa Salassae, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba. “Saya akan usahakan mau mewujudkan cita-cita suami untuk membangun masjid di kampung. Kalau ada uang santunan itu, mau digunakan untuk membangun masjid di kampung,” kata Erni.

Ia pun ingin bila tahun depan dirinya bisa kembali ke tanah suci bersama dua anaknya. Selain itu, Erni pun akan memanfaatkan uang santunan dari raja saudi untuk membiayai anak-anaknya bersekolah.

Erni memang menjadi korban. Ia mengalami luka di kepala, tetapi saat ini kondisinya sudah pulih dan sudah bisa beribadah. Begitu juga dengan Fatmawati, keadaannya berangsur-angsur membaik meakipun masih ada dokter yang selalu mengecek kesehatannya. “Kepala saya masih sakit, tapi sudah lumayan baik,” katanya.
Next article Next Post
Previous article Previous Post