Tak Lagi Bekerja Demi Rawat Istri Tercinta, Koestomo Si Tukang Sepatu: Saya Akan Terus Merawatnya

Tak Lagi Bekerja Demi Rawat Istri Tercinta, Koestomo Si Tukang Sepatu: Saya Akan Terus Merawatnya

author photo
Tak Lagi Bekerja Demi Rawat Istri Tercinta, Koestomo Si Tukang Sepatu: Saya Akan Terus Merawatnya


Koestomo (59), warga Dusun Bandung Krajan, Desa Bandung, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, tak tahu harus berbuat apalagi untuk kesembuhan anak dan istrinya.

Sebab, berbagai upaya pengobatan selama ini sudah ia lakukan. Namun, istri dan anak sulungnya tak kunjung sembuh dari sakit lumpuh yang dideritanya.

"Sudah berusaha ke mana-mana, tapi enggak ada perkembangan," kata Koestomo.

Lumpuh Sejak 2011


Diceritakan Koestomo, istrinya bernama Siti Rodiyah itu sudah mengalami kelumpuhan sejak 2001 lalu. Istrinya divonis menderita amyotrophic lateral sclerosis (ALS), penyakit sistem syaraf yang melumpuhkan otot-otot dan memengaruhi fungsi fisik.

Kemudian anak sulungnya bernama Dwi Ayu Prasetya (28) juga mengalami kondisi serupa. Dwi mengalami kelumpuhan sejak delapan tahun terakhir ini.

"Ikhtiarnya sudah ke mana-mana, tapi enggak bisa sembuh sampai sekarang. Sebelum sakit, anak saya sempat bekerja di toko roti," tutur Koestomo (21/9).

Mengingat kondisi keduanya membutuhkan perhatian lebih, sejak tujuh bulan terakhir ini ia memilih berhenti bekerja sebagai tukang sepatu. Profesi yang ia tekuni untuk memberi nafkah keluarga selama ini.

Hanya Andalkan Bantuan


Karena tidak ada penghasilan, Koestomo mengaku hanya mengandalkan bantuan saudara, tetangga, dan pemerintah.

Sebab, anak keduanya Rizky Subhi (23), diketahui hanya bekerja sebagai buruh serabutan dengan pendapatan harian yang tidak menentu.

Sedangkan anak terakhirnya Sevi Cahyani (19) sekarang masih duduk di bangku sekolah Madrasah Aliyah di Kecamatan Jogoroto.

"Saya enggak bisa berpikir apa-apa lagi. Bagi saya (merawat istri dan anak) ini adalah amanah yang harus dijalankan," tutur dia.

Bersyukur Terima Bantuan


Meski demikian, Koestomo mengaku bersyukur. Sebab, di tengah keterbatasannya itu masih banyak orang baik yang memperhatikannya.

Selain orang terdekat, ia juga mendapat bantuan dari pemerintah, seperti Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) dan Program Keluarga Harapan (PKH) untuk pendidikan.

"Untuk bantuan PKH ada, itu untuk sekolah anak saya. Karena saya tidak bisa memberi (biaya sekolah), makanya saya tidak mau ambil sama sekali. Biar semua untuk kebutuhan sekolah," kata Koestomo.

Mudah-mudahan cepat sembuh ya istri dan anaknya Pak Koestomo!
Next article Next Post
Previous article Previous Post