Dalam mitologi Nusantara tuyul adalah makhluk gaib yang digambarkan berwujud anak kecil atau orang kerdil dengan kepala gundul dan bergigi runcing.
Tuyul biasanya dipelihara oleh orang yang melakukan pesugihan dan dipekerjakan untuk mencuri uang tanpa terlihat oleh si korban.
Karena Tuyul adalah makhlus halus hanya orang – orang tertentu saja yang bisa melihat tuyul dan menangkapnya.
Seperti yang dituturkan oleh KH. Khusen Ilyas ulama sepuh kharismatik pengasuh Ponpes Al Misbar Karangnongko Mojokerto, bahwa Tuyul itu macam – macam rupanya, ada yang wujud anak kecil ada pula yang wujudnya seperti hewan.
Beliau mengisahkan pengalaman seorang warga asal Jogoroto Jombang yang datang mengadukan jika setiap malam suami – istri ini selalu kehilangan uang dan kejadian ini terus terjadi hingga berbulan – bulan. Kyai Khusen lalu mengijazahkan amalan yang harus dilakukan sendiri tiap malam.
Ijazah amalan untuk menangkal dan menangkap tuyul sebagai berikut :
Tawasul :
Fatihah kepada Rasulullah SAW
Fatihah kepada Mbah Sayyid Muhammad Al Bakir (syekh Subakir)
Fatihah kepada kedua orang tua
Fatihah kepada yang babat (pembuka) tanah desa
Fatihah Ila hadroti Man Ajazani (kepada yang mengijazahkan amalan)
Kemudian dibacakan :
سُبْحَانَ مَنِ احْتَجَبَ بِجَبَرُوْتِه عَنْ خَلْقِه فَلاَ عَيْنَ تَرَاهُ لاَ ضِدَّ وَلاَ نِدَّ سِوَاهُ
Kyai Khusen kemudian berpesan kepada sang korban pencurian tuyul ini agar tidak menerima uang tebusan dari si majikan Tuyul berapapun yang dia tawarkan.
“Kalau anda diberi kesempatan Allah bisa menangkap tuyul kalau ditebus jangan mau, sebab jika tuyul itu ditebus misalnya 1 juta maka yang menebus tiap malam bisa menghasilkan 1 juta, begitu juga jika ia menebus 1 milyar tiap malam ia bisa dapat 1 milyar dari tuyul itu, Tapi kalau tidak ditebus, atau diberikan cuma –Cuma tidak bakal dapat hasil sampai bengkrut atau melarat sendiri,”ungkap Kyai Khusen.
Akhirnya benar terjadi, beberapa hari kemudian ketika orang itu tengah shalat isya tiba – tiba dilewati anak kecil, lalu kaki anak kecil itu lalu ditangkap dan diikat pada tiang.
Lain lagi kisah warga pacet yang datang mengadukan persoalan yang sama lantas Kyai Khusen menijazahkan amalan yang sama sambil disuruh menyiapkan Cumblung (sejenis baskom) diisi air dan dikasi “yuyu’(kepiting kecil) terus dibacakan amalan doa itu tadi.
Walhasil suatu hari sang pemilik rumah mendapati ada anjing kecil warna putih yang bermain - main di cumblung berisi air dan yuyu itu tadi sehingga ia lupa akan tugas yang dibebankan majikannya.
Setelah beberapa hari ditangkap, datang seseorang yang menawarkan satu miliar untuk menebusnya, oleh pengangkap lalu diberikan cuma – cuma, dan diceritakan oleh Kyai Khusen bahwa orang yang dulu datang menebus anjing kecil ini (majikan) beberapa bulan kemudian jatuh melarat.
Wallahhu A’lam Bisshowab.***