Hagia Sophia Kembali Menjadi Masjid, Paus Fransiskus Tersinggung dan Mengaku Sangat Sedih

Hagia Sophia Kembali Menjadi Masjid, Paus Fransiskus Tersinggung dan Mengaku Sangat Sedih

author photo
Hagia Sophia Kembali Menjadi Masjid, Paus Fransiskus Tersinggung dan Mengaku Sangat Sedih


Paus Fransiskus ikut menanggapi soal keputusan Pemerintah Turki mengubah Museum Hagia Sophia kembali menjadi masjid. Ia mengaku tersinggung dengan keputusan itu.

"Pikiranku pergi ke Istanbul. Saya memikirkan Santa Sophia dan saya sangat sedih," kata Paus Fransiskus dalam di Lapangan Santo Petrus, dikutip dari Reuters, Minggu (12/7).

Paus juga mengutuk kebijakan Pemerintah Turki itu. Menurutnya, Turki harus mengembalikan sebagai museum.

Sebelumnya, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menegaskan pengembalian Hagia Sophia sebagai masjid merupakan hak kedaulatan negaranya.

Meski begitu, Hagia Sophia tetap terbuka untuk siapa saja, termasuk non-Muslim. Menurutnya, situs warisan dunia UNESCO ini adalah warisan bersama untuk seluruh umat manusia.

Hagia Sophia pertama kali dibangun sebagai katedral Kristen saat Kekaisaran Romawi Timur, tetapi diubah menjadi masjid setelah penaklukan Ottoman atas Konstantinopel pada 1453.

Kemudian diubah menjadi museum pada masa pemerintahan Mustafa Kemal Ataturk, pendiri sekularisasi Turki modern pada 1930-an.

Sebagai magnet bagi wisatawan di seluruh dunia, Hagia Sophia telah menarik 3,8 juta wisatawan pada 2019.

Apa Itu Hagia Sophia?


Hagia Sophia atau Aya Sofya (dari bahasa Yunani: Ἁγία Σοφία Bizantium Yunani [aˈʝia soˈfia]; bahasa Latin: Sancta Sophia atau Sancta Sapientia; bahasa Arab: آيا صوفيا; "Kebijaksanaan Suci") adalah sebuah bangunan bekas basilika, masjid, dan museum, di Istanbul, Republik Turki yang baru-baru ini, tepatnya pada bulan Juli 2020 kembali digunakan sebagai masjid.

Dari masa pembangunannya pada tahun 537 M sampai 1453 M, bangunan ini merupakan katedral Ortodoks dan tempat kedudukan Patriark Ekumenis Konstantinopel, kecuali pada tahun 1204 sampai 1261, ketika tempat ini diubah oleh Pasukan Salib Keempat menjadi Katedral Katolik Roma di bawah kekuasaan Kekaisaran Latin Konstantinopel.

Bangunan ini menjadi masjid mulai 29 Mei 1453 sampai 1931 pada masa kekuasaan Kesultanan Utsmani. Kemudian bangunan ini disekulerkan dan dibuka sebagai museum pada 1 Februari 1935 oleh Republik Turki.

Hagia Sophia Kembali Menjadi Masjid, Paus Fransiskus Tersinggung dan Mengaku Sangat Sedih
Sebuah lukisan Hagia Sophia karya Gaspare Fossati pada 1852[Gaspare Fossati/TRT]


Terkenal akan kubah besarnya, Hagia Sophia dipandang sebagai lambang arsitektur Bizantium dan dikatakan "telah mengubah sejarah arsitektur."

Bangunan ini tetap menjadi katedral terbesar di dunia selama hampir seribu tahun sampai Katedral Sevilla diselesaikan pada tahun 1520.

Bangunan yang sekarang ini awalnya dibangun sebagai sebuah gereja antara tahun 532-537 atas perintah Kaisar Rowami Timur Yustinianus I dan merupakan Gereja Kebijaksanaan Suci ketiga yang dibangun di tanah yang sama, dua bangunan sebelumnya telah hancur karena kerusuhan. Bangunan ini didesain oleh ahli ukur Yunani, Isidore dari Miletus dan Anthemius dari Tralles.

Gereja ini dipersembahkan kepada Kebijaksanaan Tuhan, sang Logos, pribadi kedua dari Trinitas Suci, pesta peringatannya diadakan setiap 25 Desember untuk memperingati kelahiran dari inkarnasi Logos dalam diri Kristus. Walaupun sesekali disebut sebagai Sancta Sophia (seolah dinamai dari Santa Sophia), sophia sebenarnya pelafalan fonetis Latin dari kata Yunani untuk kebijaksanaan. Nama lengkapnya dalam bahasa Yunani adalah Ναὸς τῆς Ἁγίας τοῦ Θεοῦ Σοφίας, Naos tēs Hagias tou Theou Sophias, "Tempat Peziarahan Kebijaksaan Suci Tuhan".

Pada 1453 M, Konstantinopel ditaklukkan oleh Utsmani di bawah kepemimpinan Sultan Mehmed II, yang kemudian memerintahkan pengubahan gereja utama Kristen Ortodoks menjadi masjid. Dikenal sebagai Hagia Sophia dalam ejaan Turki, bangunan yang berada dalam keadaan rusak ini memberi kesan kuat pada penguasa Utsmani dan memutuskan untuk mengubahnya menjadi masjid.

Berbagai lambang Kristen seperti lonceng, gambar, dan mosaik yang menggambarkan Yesus, Maria, orang-orang suci Kristen, dan para malaikat dihilangkan atau ditutup. Berbagai atribut Keislaman seperti mihrab, minbar, dan empat menara, ditambahkan. Hagia Sophia tetap bertahan sebagai masjid sampai tahun 1931 M.

Kemudian bangunan ini ditutup bagi umum oleh pemerintah Republik Turki dan dibuka kembali sebagai museum empat tahun setelahnya pada 1935. Pada tahun 2014, Hagia Sophia menjadi museum kedua di Turki yang paling banyak dikunjungi, menarik hampir 3,3 juta wisatawan per tahun.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Budaya dan Pariwisata Turki, Hagia Sophia merupakan tempat di Turki yang paling menarik perhatian wisatawan pada 2015.

Pernah Menjadi Museum


Usai runtuhnya Kesultanan Utsmani pada November 1922 M dan digantikan oleh Republik Sekuler Turki. Presiden pertamanya, Mustafa Kemal Atatürk memerintahkan penutupan Hagia Sophia pada 1931 M untuk umum, dan dibuka empat tahun setelahnya pada 1935 M sebagai museum. Karpet untuk ibadah shalat dihilangkan, plester dan cat-cat kaligrafi dikelupas, menampakkan kembali lukisan-lukisan Kristen yang tertutupi selama lima abad. Sejak saat itu, Hagia Sophia dijadikan salah satu objek wisata terkenal oleh pemerintah Turki di Istambul.

Penggunaan Hagia Sophia sebagai tempat ibadah dilarang keras oleh pemerintah Turki yang berhaluan sekuler.

Namun perintah itu melunak ketika pada 2006, pemerintah Turki mengizinkan alokasi khusus untuk sebuah ruangan doa Kristen dan museum Muslim staf dan sejak tahun 2013,[48] muazin mengumandangkan adzan dari menara museum dua kali saat siang hari.

Pada masa belakangan, wacana mengembalikan Hagia Sophia menjadi tempat ibadah semakin ramai diperbincangkan. Pada tahun 2007, politikus Yunani, Chris Spirou mencanangkan gerakan internasional untuk memperjuangkan Hagia Sophia kembali menjadi Gereja Ortodoks Yunani.

Di sisi lain, beberapa seruan dari beberapa pejabat tinggi, khususnya Wakil Perdana Menteri Turki, Bülent Arınç, menuntut Hagia Sophia untuk digunakan kembali sebagai masjid pada November 2013.

Pada bulan Ramadhan 1437 H / 2016, pemerintah Turki memulihkan beberapa fungsi Hagia Sophia sebagai masjid kembali selama bulan Ramadhan. Ayat dari kitab suci Al Quran akan dibacakan di Hagia Sophia setiap harinya pada bulan suci Ramadhan. Pembacaan dimulai sejak awal Ramadhan dan juga disiarkan secara langsung di saluran religi Turki TRT Diyanet, Selasa (07/06/2016).

Hari Senin, pemerintah Turki mulai menyiarkan pembacaan Al Quran dan makan sahur, pada televisi nasional langsung dari Hagia Sophia, yang sebelumnya difungsikan sebagai museum sejak sekularisasi Turki oleh Mustafa Kemal.

Langkah ini menuai kecaman dari beberapa pihak. Dalam pernyataan bersama, para pemimpin partai oposisi Yunani mengatakan bahwa langkah Ankara adalah tindakan provokatif.

"Menunjukkan rasa tidak hormat terhadap orang Kristen Ortodoks di seluruh dunia dan tidak sejalan dengan program Eropa-Turki," bunyi pernyataan bersama itu, seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (8/6/2016).

Kembali diubah Menjadi Masjid pada Juli 2020


Erdogan memutuskan untuk kembali mengubah Hagia Sophia menjadi masjid pada 10/7/2020.

Ibadah umat Muslim akan mulai digelar di salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO pada 24 Juli mendatang.

Pengumuman tersebut disampaikan setelah Majelis Negara Turki mengumumkan pembatalan keputusan kabinet 1934 dan kembali memfungsikan Hagia Sophia menjadi masjid. Selama ini Hagia Sophia berstatus sebagai museum.

Sejak lama, Erdogan telah berulang kali menyerukan agar bangunan bersejarah tersebut menjadi sebuah masjid. Pada 2018 lalu, Erdogan bahkan sempat membacakan ayat-ayat Alquran di Hagia Sophia.

Hagia Sophia Kembali Menjadi Masjid, Paus Fransiskus Tersinggung dan Mengaku Sangat Sedih


Meski ditetapkan sebagai masjid, Erdogan tetap menjamin bahwa Hagia Sophia akan terbuka untuk semua pengunjung, termasuk non-Muslim. "Pintu Hagia Sophia akan tetap terbuka untuk pengunjung dari seluruh dunia," tulis ajudan Erdogan, Fahrettin Altun dalam akun Twitter-nya.

Tempat yang menjadi daya tarik bagi wisatawan di seluruh dunia itu pertama kali dibangun sebagai gereja di zaman Kekaisaran Byzantium. Namun, bangunan tersebut diubah menjadi masjid setelah Sultan Muhammad al Fatih merebut Istanbul dari Kekaisaran Byzantium pada 1453.

Namun, pemerintahan Turki di bawah kepemimpinan mendiang Presiden Mustafa Kemal yang beraliran nasionalis-sekuler, bangunan tersebut kembali berubah status menjadi museum.

Penolakan dan Kecaman


Keputusan Erdogan mendapat kecaman dari berbagai pihak di seluruh dunia, di antaranya Amerika Serikat dan Rusia. yang diketahui menjalin hubungan dekat dengan Turki dalam beberapa tahun terakhir.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Alexander Grushko menyesali keputusan tersebut melalui sebuah pernyataan di Moskow pada Sabtu (11/7). "Katedral itu berada di wilayah Turki. Tapi, tanpa pertanyaan lagi, itu [Hagia Sophia] adalah warisan semua orang," ujarnya.

Yunani juga dengan cepat mengutuk keputusan tersebut sebagai tindakan provokasi, diikuti dengan kekecewaan yang diungkapkan oleh Prancis.

Tak hanya itu, Dewan Gereja Dunia, yang mewakili 350 gereja di dunia, juga telah menuliskan pernyataan kekecewaan terhadap Erdogan atas keputusannya kembali memfungsikan Hagia Sophia sebagai masjid.

Next article Next Post
Previous article Previous Post