Kesedihan Pedagang Pasar: Dagangan Tak Laku, Ingin Pulang Kampung Dilarang

Kesedihan Pedagang Pasar: Dagangan Tak Laku, Ingin Pulang Kampung Dilarang

author photo
Kesedihan Pedagang Pasar: Dagangan Tak Laku, Ingin Pulang Kampung Dilarang


Di tengah ganasnya virus corona atau Covid-19 yang mewabah di Indonesia, Mamus (48) terpaksa mengikat pinggang sekencang-kencangnya.

Karena selain sepi pembeli, dagangan yang disajikan pun tak jarang kerap membusuk.

Pria asal Darma, Kabupaten Kuningan itu merupakan pedagang buah di Pasar Baru Bekasi. Dia sudah dua bulan ini tidak bisa mencari keuntungan dari hasil jualnya itu.

Sampai-sampai dirinya berniat untuk pulang ke kampung halaman. Namun niatnya itu harus terhenti karena ada larang dari Pemerintah Pusat dan Daerah agar tetap di wilayah masing-masing sampai pademi corona ini teratasi.

Meski tak menghiraukan imbauan pemerintah, dirinya pun sempat berencana pulang. Tetapi demikian, bus yang dia tuju ketika itu tidak beroperasi di Terminal Kota Bekasi, yang pada akhirnya dirinya harus kembali ke kontrakan.

"Sudah telepon keluarga mau pulang. Tapi pas sampai terminal, bus sedang tidak beroperasi," kata dia seperti dilansir Okezone, Selasa (7/4/2020).

Dia mengaku, saat ini masih terpikirkan untuk pulang kampung, sekalipun kondisi ekonominya hanya cukup untuk kebutuhan makan sehari-hari.

"Masih, cuma kadang takut juga nanti di kampung malah menularkan meski pun saya gak ada gejala-gejala flu, batuk dan demam. Tapi bingung, takut gak bisa ke Bekasi lagi," jelasnya.

Padahal, lanjut dia, keluarga di kampung halaman sangat mencemaskan dirinya. Terlebih, semenjak status Kota Bekasi ditingkatkan menjadi darurat bencana corona, keluarga meminta dirinya segera pulang.

"Tapi gimana, bus-bus aja jarang operasi, saya gak dapet busnya. Sekalipun kemarin katanya bus-bus tetap operasi," kata dia.

Saat ini, kata pria yang tinggal di Kampung Mede RT06/02 itu, kantong saku tidak memadai untuk pulang kampung. Apalagi, uang modal untuk berdagang pun kurang karena terpakai menutupi kerugian setiap harinya.

"Sudah menipis, gimana mau pulang juga jadi bingung. Mau makan apa nanti di kampung," bebernya.
Next article Next Post
Previous article Previous Post