Masuk Surga Atau Neraka Tergantung Tetangga?

Masuk Surga Atau Neraka Tergantung Tetangga?

author photo
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Ada seseorang bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

'Wahai Rasulullah, si fulanah sering melaksanakan shalat di tengah malam dan berpuasa sunnah di siang hari. Dia juga berbuat baik dan bersedekah, tetapi lidahnya sering mengganggu tetangganya.'

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

“Tidak ada kebaikan di dalam dirinya dan dia adalah penduduk neraka.”

Para sahabat lalu berkata,

“Terdapat wanita lain. Dia (hanya) melakukan shalat fardhu dan bersedekah dengan gandum, namun ia tidak mengganggu tetangganya.”

Beliau bersabda,

“Dia adalah dari penduduk surga.” (Lihat Ash Shahihah 190)

Dalam riwayat lain, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Tidak beriman kepadaku orang yang tidur dengan kenyang sementara tetangganya lapar padahal dia mengetahui hal itu.” (HR. Al Bazzaar)

Masuk Surga Atau Neraka Tergantung Tetangga?


“Seorang yang senantiasa mengganggu tetangganya niscaya tidak akan masuk surga.” (HR. Muslim)

Dari berbagai hadits yang dijelaskan diatas, Maka sebagai orang yang beriman sudah sepatutnya berbuat baik pada tetangga. Bahkan amalan shalat sunnah, puasa, zakat, haji, dan kebaikan kita lainnya bisa tidak bernilai ketika kita memperlakukan tetangga dengan buruk.

Bayangkan, Rasulullah dengan mudahnya memberi pertanda bahwa seseorang itu ahli surga atau ahli neraka hanya dari cara mereka memperlakukan tetangga.

Lalu apa sajakah yang perlu kita perhatikan dari hubungan dengan tetangga:

1. Berbagi masakan untuk tetangga, terutama yang kekurangan dari segi ekonomi

“Wahai Abu Dzar, apabila engkau membuat suatu masakan, maka perbanyaklah kuahnya. Kemudian undanglah tetanggamu atau engkau dapat membaginya kepada mereka.” [Hadits nomor 114 pada kitab asli]. (Shahih) Lihat Zhilalul Jannah (1052), As Silsilah Ash Shahihah (1368): [Muslim: 45-Kitab Al Birr wash Shilah wal Adab, hal. 142-143. Muslim: 5-Kitab Al Masaajid, hal. 239]

Kita tidak bisa mengaku telah sempurna shalat dan keimanan kita jika tetangga masih kelaparan di saat kita merasa kenyang.

’Seorang yang beriman tidak akan kekenyangan sedangkan tetangganya dalam keadaan lapar.” (Shahih) Lihat Ash Shahihah (149)

2. Berdoa agar mendapatkan tetangga yang baik

’Allahumma inni a’uuzubika min jaaris-su`i fi daaril-muqaam fa inna jaarad-dun-ya yatahawwal.’ [Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari tetangga yang buruk di akhirat karena tetangga di dunia akan senantiasa berubah-ubah].” (HR. An Nasa’i: 50-Kitab Al Isti’adzah, 42-Bab Al Isti’adzah min Jaaris Suu’)

3. Memperlakukan tetangga sebagaimana saudara atau kerabat sendiri, yakni membantunya di kala kesulitan

“Telah datang kepada kami (para sahabat) suatu zaman di mana seorang itu (merasa) saudaranya sesama muslim lebih berhak untuk memiliki dirham dan dinar yang ia miliki. Namun sekarang, dinar dan dirham lebih dicintai oleh salah seorang di antara kita daripada saudaranya sesama muslim."

4. Memberikan pinjaman kepada tetangga yang meminta bantuan

“Berapa banyak tetangga yang akan memegang tangan tetangganya di hari kiamat sambil berkata, ”Wahai Rabb-ku orang ini menutup pintunya dariku dan dia enggan memberi apa yang ia miliki.” (Hasan Lighairihi, yakni hasan dilihat dari jalur yang lain)

Semoga Allah memberikan tetangga yang baik dan beriman pada kita, serta menjadikan diri kita sebagai seorang tetangga yang dikenal baik perangai dan ringan tangan dalam membantu.
Next article Next Post
Previous article Previous Post