Alhamdulillah, Setelah Bertahun-tahun Ngontrak, Muslim Indonesia di Jepang Akhirnya Miliki Masjid sendiri.
Bangunan yang dijadikan Masjid di Chiba itu akhirnya berhasil dibeli, setelah sebelumnya para anggota Chiba Islamic Culture Centre (CICC) melakukan penggalangan dana.
Salah satu anggota Chiba Islamic Culture Centre (CICC) Dian Mertani, mengatakan dana yang terkumpul melalui website kitabisa.com mencapai Rp 3,1 miliar dari donator berjumlah 7.300. Alhamdulillah dengan izin Allah, dana tersebut terkumpul tepat sehari sebelum batas waktu pelunasan yang diberikan oleh pihak pemilik bangunan.
“Awalnya, jika tidak dilunasi maka DP yang sudah dibayarkan akan hangus, alhamdulillah akhirnya bisa lunas. Terima kasih dan kami juga menangis bahkan sujud syukur saat mendengar kabar gembira ini,” kata Dian.
Nantinya masjid tersebut tidak akan dipakai oleh anggota CICC saja, namun juga bisa digunakan oleh umat muslim yang lain—seperti dari Malaysia, Bangladesh, Pakistan, Ughyur, dan Arab Saudi dan lainnya.
“Mayoritas di antara mereka adalah mahasiswa S1 sampai S3, kemudian ada juga karyawan dan ibu rumah tangga,” ungkap Dian.
Memiliki masjid sendiri di negara lain, menyimpan rasa haru tersendiri. Kaum muslimin yang sebelumnya harus menyewa tempat itu selama bertahun-tahun, kini bebas menggunakan masjid tersebut.
Selain menggalang dana melalui situs kitabisa.com, ternyata teman-teman CICC juga menyebarkan poster dan berkeliling membawa kotak donasi.
“Bahkan kita juga mendapatkan pinjaman dari berapa dermawan dan terkumpul Rp 6,6 miliar,” ujarnya.
Penggalangan dana yang di post pada Facebook, tambah Alfatih Timur, telah menjadi viral. Dirinya juga tidak menyangka penggalangan dana tersebut akan mendapatkan sambutan baik oleh puluhan ribu netizen dari Indonesia.
“Postingan ini telah menjangkau jutaan audience yang akhirnya menjadi donatur. Selain memecahkan rekor sebagai campaign terbesar di website Kitabisa, kami juga sangat terharu karena ini adalah gotong royong manusia dari lintas suku, ras, negara hingga agama,” terang Alfatih.
Bangunan yang dijadikan Masjid di Chiba itu akhirnya berhasil dibeli, setelah sebelumnya para anggota Chiba Islamic Culture Centre (CICC) melakukan penggalangan dana.
Setelah bertahun-tahun ngontrak, akhirnya Muslim Indonesia di Jepang bisa memiliki masjid sendiri. Masjid di Chiba itu akhirnya dilunasi |
Salah satu anggota Chiba Islamic Culture Centre (CICC) Dian Mertani, mengatakan dana yang terkumpul melalui website kitabisa.com mencapai Rp 3,1 miliar dari donator berjumlah 7.300. Alhamdulillah dengan izin Allah, dana tersebut terkumpul tepat sehari sebelum batas waktu pelunasan yang diberikan oleh pihak pemilik bangunan.
“Awalnya, jika tidak dilunasi maka DP yang sudah dibayarkan akan hangus, alhamdulillah akhirnya bisa lunas. Terima kasih dan kami juga menangis bahkan sujud syukur saat mendengar kabar gembira ini,” kata Dian.
Nantinya masjid tersebut tidak akan dipakai oleh anggota CICC saja, namun juga bisa digunakan oleh umat muslim yang lain—seperti dari Malaysia, Bangladesh, Pakistan, Ughyur, dan Arab Saudi dan lainnya.
“Mayoritas di antara mereka adalah mahasiswa S1 sampai S3, kemudian ada juga karyawan dan ibu rumah tangga,” ungkap Dian.
Memiliki masjid sendiri di negara lain, menyimpan rasa haru tersendiri. Kaum muslimin yang sebelumnya harus menyewa tempat itu selama bertahun-tahun, kini bebas menggunakan masjid tersebut.
Selain menggalang dana melalui situs kitabisa.com, ternyata teman-teman CICC juga menyebarkan poster dan berkeliling membawa kotak donasi.
“Bahkan kita juga mendapatkan pinjaman dari berapa dermawan dan terkumpul Rp 6,6 miliar,” ujarnya.
Penggalangan dana yang di post pada Facebook, tambah Alfatih Timur, telah menjadi viral. Dirinya juga tidak menyangka penggalangan dana tersebut akan mendapatkan sambutan baik oleh puluhan ribu netizen dari Indonesia.
“Postingan ini telah menjangkau jutaan audience yang akhirnya menjadi donatur. Selain memecahkan rekor sebagai campaign terbesar di website Kitabisa, kami juga sangat terharu karena ini adalah gotong royong manusia dari lintas suku, ras, negara hingga agama,” terang Alfatih.