Modesta, Mualaf Yang Dianiaya Keluarga Hingga Didoktrin Oknum Polisi

Modesta, Mualaf Yang Dianiaya Keluarga Hingga Didoktrin Oknum Polisi

author photo
Perjalanan hidup seorang mualaf tidak selalu mulus. Banyak rintangan yang harus mereka hadapi, mulai dari dijauhkan oleh keluarga hingga dianiaya ataupun dikurung berhari-hari.

Sama seperti yang dialami oleh seorang mualaf yang saat umat islam hendak mempersiapkan perayaan Idul Adha, ia justru harus merasakan penganiayaan oleh orangtua dan ketidakadilan dari aparat kepolisian yang beragama Kristen.

Modesta, Mualaf Yang Dianiaya Keluarga Hingga Didoktrin Oknum Polisi

Mualaf bernama Modesta (26 tahun) ini merupakan seorang karyawati Bank BCA yang menyatakan masuk islam empat hari sebelumnya lewat bimbingan mantan pendeta yang aktif di lembaga Mualaf Center Indonesia, Ko Hanny.

Dilansir dari Voa-islam, Selasa (13/9/2016) Ko Hanny menceritakan bahwa mualaf yang akrab disapa Desta itu sebelum disekap oleh keluarga lantaran hendak berpindah dari agama Kristen.

Singkat cerita, ia kemudian mendapatkan sejumlah sikap tidak adil dari polisi yang harusnya melindungi hak setiap warga negara. Polisi yang diketahui non muslim tersebut melakukan tindakan diskriminatif sebagai seorang pengayom masyarakat. Bahkan sang polisi membawa misionaris bernama Theresia untuk mengajak Desta kembali ke ajaran sebelumnya.

Berikut kronologis singkatnya.

Melalui layanan pesan Whatsapp, Desta sering melakukan kontak dengan Ko Hanny untuk membahas agama dan mengutarakan keinginannya bersyahadat. Desta kemudian membuat janji bertemu dengan Ko Hanny di Masjid Darussalam Kota Wisata Cibubur sebagai bentuk keseriusannya menjadi seorang muslim.

Ternyata hal tersebut diketahui pihak keluarga Desta sehingga gadis itu pun disekap dan ponselnya disita. Selain itu sajadah dan mukenanya diambil agar Desta tidak melakukan sholat.

Di dalam kamar, Desta mengalami perlakuan yang tidak manusiawi seperti dicakar, dicekik hingga dipukuli. Karena hal itu bibirnya pun bengkak dan luka, tangan terkilir, leher lecet dan pergelangan tangan lebam. Tak hanya pihak keluarga, tetangganya yang non muslim pun ikut menyeret Desta lantaran tahu bahwa ia hendak masuk islam.

Keesokannya Desta dipaksa untuk mengundurkan diri dari tempat kerjanya dengan diantar oleh ayahnya. Desta pun meminta bantuan temannya secara sembunyi-sembunyi untuk memotret lukanya dan disampaikan ke Ko Hanny agar segera mencarikan bantuan.

Keesokan harinya Desta yang masih disekap di lantai 2 didatangi oleh RT setempat yang non muslim dan memintanya untuk menandatangi surat pernyataan yang telah dibuatnya. Namun Desta menolak untuk menandatanganinya.

Maka datanglah seorang polisi non muslim yang langsung menghina Desta dan menganggapnya kerasukan setan lantaran mau masuk islam. Oknum polisi itu pun mengatakan bahwa Nabi Muhammad makan babi. Ia juga memfitnah Ko Hanny dan Abu Muhammad Jibril sebagai teroris dan ajarannya sesat serta akan dibasmi oleh kepolisian.

Selanjutnya RT tadi kemudian naik ke lantai atas dan mengajak Desta turun serta meminta menandatangi surat pernyataan tersebut di lantai bawah. Dalam keadaan terdesak, Desta pun menandatanginya namun dengan tulisan yang tidak sesuai KTP.

Setelah penandatangan tersebut, Desta kemudian diijinkan bekerja kembali oleh pihak keluarga. Kesempatan itu pun ia pergunakan untuk langsung menuju Masjid Darussalam setelah pulang bekerja guna menemui Ko Hanny dan menyatakan keislamannya.

Kini Desta pun tinggal bersama dengan komunitas Mualaf dan hidup dalam naungan islam serta tidak mengalami penderitaan lagi.

Baca Juga:



Next article Next Post
Previous article Previous Post