Para jamaah haji Indonesia diingatkan agar memahami makna filosofi haji yang sebenarnya, yakni agar menjadi pribadi yang lebih baik dan menjadi manusia seutuhnya. Datang ke Tanah Suci setelah penantian sekian lama jangan diniatkan hanya untuk mencari gelar haji atau hajah.
Hal ini disampaikan dalam sebuah acara pengajian tim konsultan bimbingan Ibadah Daerah Kerja Makkah bersama para jamaah haji Indonesia dari kloter 6 embarkasi Surabaya (SUB 06), Kamis (25/8/2016). Ada sekitar ratusan jamaah haji lelaki dan wanita dari Indonesia yang memadati acara tersebut di Hotel Dar Hadi di kawasan Aziziyah, pemondokan mereka di Makkah.
Para jamaah haji ini berasal Bangkalan, Madiun, dan Surabaya. Mereka berkumpul untuk mendengarkan dengan khidmat tausiah dari Kasi Bimbingan Ibadah Tawwabuddin, Koordinator Konsultan Bimbingan Ibadah Prof. Aswadi, serta anggota konsultan lainnya.
Hal yang pertama harus ditekankan adalah pentingnya niat haji untuk memperbaiki diri dan membersihkan hati. Bukan mencari gelar untuk dibanggakan kepada kerabat, atau niat lainnya.
Dalam ceramahnya, KH Ihsanuddin Abdan menjelaskan proses perjalanan ibadah haji, mulai dari mengambil miqat dan niat di tempat pemondokan masing-masing, perjalanan menuju Arafah, Muzdalifah, Mina, hingga Tawaf Ifadah, Sai, dan Tahallul. Satu persatu proses haji kemudian dijelaskan oleh kyai yang juga pengasuh Ponpes Awaliyah Alawi Magelang ini. Saat wukuf di Arafah, Kyai Ihsan mengingatkan para jamaah haji untuk memanfaatkan momen tersebut guna memohon ampunan dan berdoa.
"Selama ini mungkin kita sering berbuat zalim kepada anak istri, keluarga, tetangga, dan lainnya. Saat itu kita mohon ampunan dan yakin kalau Alah mengampuni," ujarnya.
"Akui kezaliman dan ketidakberdayaan kita. Barangsiapa mengerti kezaliman dan kedlaifan kita, maka dia akan tahu bahwa Allah lah Yang Maha Segalanya," tambahnya.
Hal sama disampaikan oleh Prof. Aswadi. Menurutnya, wukuf berarti berhenti. Karenanya, Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya ini mengajak jemaah untuk melangitkan harapan kepada Allah agar diberi kemampuan meninggalkan yang tidak benar. Harapan lainnya adalah agar diberi kekuatan istiqamah sehingga bisa melaksanakan nilai-nilai Islam yang diajarkan Rasulullah sepanjang zaman.
"Setelah meminta kemampuan meninggalkan yang tidak benar dan melaksanakan yang baik harapan lainnya adalah supaya setiap kita dapat mengembangkan kebaikan kepada orang lain sehingga mereka yang saat ini sedang mengalami kesulitan mendapat kemudahan dari Allah," ujar Aswadi.
Sementara mengambil kerikil di Muzdalifah dimaknai sebagai mengambil penyakit di hati yang paling dalam. Setelah itu, kerikil berisi penyakit hati dibuang di jamarot. Dengan demikian, setelah ibadah haji selesai, insyaallah hati kita akan bersih dari sifat-sifat buruk.
"Ini juga merupakan momen penting untuk menjaga kebersihan dan ketulusan dan membuangnya dengan ridho Allah SWT," tambah Aswadi.
Karena itu, ia mengingatkan agar para jamaah melakukan ibadah haji dengan sungguh-sungguh. Doa yang disampaikan pun mesti benar-benar dihayati dan dilaksanakan setelah nanti kembali ke Tanah Air.
Penceramah lainnya adalah Sunandar Ibnu Nur, dosen UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta yang salah satu pointnya menekankan pentingnya kesadaran untuk berbuat baik sekecil apapun selagi masih ada kesempatan umur. Sebab, di hari kiamat nanti, kebaikan sebesar biji sawi bisa menjadi penentu timbangan seseorang dan itu tidak dapat diharapkan dari siapapun.
Proses bimbingan ibadah yang berlangsung hingga sekitar dua jam ini disambut antusias oleh jemaah. Mereka tampak duduk khusyuk mendengarkan ceramah yang disampaikan dan ikut bertanya dalam sessi tanya jawab.
Fauzan Albaz dari Bangkalan menilai bimbingan ibadah haji ini sangat positif, terutama bagi jamaah haji yang baru pertama kali menginjakkan kaki di tanah suci Makkah.
"Ini lebih positif, sehingga jamaah haji yang baru pertama kali berhaji menjadi lebih mantap," ujarnya.
Dalam sepekan terakhir, tim bimbingan ibadah haji bersama para konsultan secara simultan mengadakan kegiatan bimbingan ibadah di beberapa sektor pemondokan jamaah haji. Dalam sehari setidaknya ada tiga jadwal bimbingan, pagi, setelah dzuhur, dan setelah maghrib.
Tim konsultan yang terdiri dari 6 orang pakar di sebar ke beberapa pemondokan untuk memberikan bimbingan secara terjadwal. Proses bimbingan haji ini akan terus berjalan mengingat ada lebih dari 100 pemondokan jemaah haji Indonesia di Makkah.
Hal ini disampaikan dalam sebuah acara pengajian tim konsultan bimbingan Ibadah Daerah Kerja Makkah bersama para jamaah haji Indonesia dari kloter 6 embarkasi Surabaya (SUB 06), Kamis (25/8/2016). Ada sekitar ratusan jamaah haji lelaki dan wanita dari Indonesia yang memadati acara tersebut di Hotel Dar Hadi di kawasan Aziziyah, pemondokan mereka di Makkah.
Para jamaah haji ini berasal Bangkalan, Madiun, dan Surabaya. Mereka berkumpul untuk mendengarkan dengan khidmat tausiah dari Kasi Bimbingan Ibadah Tawwabuddin, Koordinator Konsultan Bimbingan Ibadah Prof. Aswadi, serta anggota konsultan lainnya.
Hal yang pertama harus ditekankan adalah pentingnya niat haji untuk memperbaiki diri dan membersihkan hati. Bukan mencari gelar untuk dibanggakan kepada kerabat, atau niat lainnya.
Dalam ceramahnya, KH Ihsanuddin Abdan menjelaskan proses perjalanan ibadah haji, mulai dari mengambil miqat dan niat di tempat pemondokan masing-masing, perjalanan menuju Arafah, Muzdalifah, Mina, hingga Tawaf Ifadah, Sai, dan Tahallul. Satu persatu proses haji kemudian dijelaskan oleh kyai yang juga pengasuh Ponpes Awaliyah Alawi Magelang ini. Saat wukuf di Arafah, Kyai Ihsan mengingatkan para jamaah haji untuk memanfaatkan momen tersebut guna memohon ampunan dan berdoa.
"Selama ini mungkin kita sering berbuat zalim kepada anak istri, keluarga, tetangga, dan lainnya. Saat itu kita mohon ampunan dan yakin kalau Alah mengampuni," ujarnya.
"Akui kezaliman dan ketidakberdayaan kita. Barangsiapa mengerti kezaliman dan kedlaifan kita, maka dia akan tahu bahwa Allah lah Yang Maha Segalanya," tambahnya.
Hal sama disampaikan oleh Prof. Aswadi. Menurutnya, wukuf berarti berhenti. Karenanya, Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya ini mengajak jemaah untuk melangitkan harapan kepada Allah agar diberi kemampuan meninggalkan yang tidak benar. Harapan lainnya adalah agar diberi kekuatan istiqamah sehingga bisa melaksanakan nilai-nilai Islam yang diajarkan Rasulullah sepanjang zaman.
"Setelah meminta kemampuan meninggalkan yang tidak benar dan melaksanakan yang baik harapan lainnya adalah supaya setiap kita dapat mengembangkan kebaikan kepada orang lain sehingga mereka yang saat ini sedang mengalami kesulitan mendapat kemudahan dari Allah," ujar Aswadi.
Sementara mengambil kerikil di Muzdalifah dimaknai sebagai mengambil penyakit di hati yang paling dalam. Setelah itu, kerikil berisi penyakit hati dibuang di jamarot. Dengan demikian, setelah ibadah haji selesai, insyaallah hati kita akan bersih dari sifat-sifat buruk.
"Ini juga merupakan momen penting untuk menjaga kebersihan dan ketulusan dan membuangnya dengan ridho Allah SWT," tambah Aswadi.
Karena itu, ia mengingatkan agar para jamaah melakukan ibadah haji dengan sungguh-sungguh. Doa yang disampaikan pun mesti benar-benar dihayati dan dilaksanakan setelah nanti kembali ke Tanah Air.
Penceramah lainnya adalah Sunandar Ibnu Nur, dosen UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta yang salah satu pointnya menekankan pentingnya kesadaran untuk berbuat baik sekecil apapun selagi masih ada kesempatan umur. Sebab, di hari kiamat nanti, kebaikan sebesar biji sawi bisa menjadi penentu timbangan seseorang dan itu tidak dapat diharapkan dari siapapun.
Proses bimbingan ibadah yang berlangsung hingga sekitar dua jam ini disambut antusias oleh jemaah. Mereka tampak duduk khusyuk mendengarkan ceramah yang disampaikan dan ikut bertanya dalam sessi tanya jawab.
Fauzan Albaz dari Bangkalan menilai bimbingan ibadah haji ini sangat positif, terutama bagi jamaah haji yang baru pertama kali menginjakkan kaki di tanah suci Makkah.
"Ini lebih positif, sehingga jamaah haji yang baru pertama kali berhaji menjadi lebih mantap," ujarnya.
Dalam sepekan terakhir, tim bimbingan ibadah haji bersama para konsultan secara simultan mengadakan kegiatan bimbingan ibadah di beberapa sektor pemondokan jamaah haji. Dalam sehari setidaknya ada tiga jadwal bimbingan, pagi, setelah dzuhur, dan setelah maghrib.
Tim konsultan yang terdiri dari 6 orang pakar di sebar ke beberapa pemondokan untuk memberikan bimbingan secara terjadwal. Proses bimbingan haji ini akan terus berjalan mengingat ada lebih dari 100 pemondokan jemaah haji Indonesia di Makkah.