KabarMakkah.Com – Pentingnya adab mutlak harus dimiliki oleh setiap generasi di tengah banyaknya serbuan media yang melunturkan nilai-nilai moral, kebangsaan dan ketuhanan.
Media dan peradaban Barat memang banyak memberikan kemudahan. Namun pada saat yang sama, problem kehidupan tercipta dari kecanggihan tersebut. Fritjof Capra merupakan seorang yang dengan tegas mengemukakan bahwa manusia saat ini menemukan dirinya masing-masing dalam keadaan krisis global yakni krisis kompleks dan multidimensional yang dapat mempengaruhi berbagai aspek mulai dari politik, sosial, ekonomi, spiritual serta moral. Sebuah krisis yang tidak pernah terjadi dalam catatan kehidupan manusia sebelumnya.
Pengaruh Barat tidak bisa langsung ditelan mentah-mentah dan mesti dilihat dengan kritis. Contoh kecilnya saja seperti dalam lingkup keluarga yang tidak bisa menggunakan peradaban Barat jika tujuannya membangun masyarakat yang bermoral dan beradab.
Wanita di Barat akan diberi kebebasan untuk melakukan apapun yang dia inginkan ketika dewasa. Namun di negara ini yang memegang ajaran ketimuran dan seiring dengan ajaran Islam, maka wanita tidak akan bisa lepas begitu saja. Ada tanggung jawab keluarga untuk menjaga hingga ia menikah.
Pengaruh komitmen ini tidak bisa langsung serta merta diterapkan ketika anak telah dewasa. Justru harus dilakukan dan diterapkan semenjak anak masih kecil hingga akhirnya ia dewasa. Sehingga keluarga dapat terhindar dari bahaya pengaruh buruk media ataupun peradaban Barat sejak dini.
Pendidikan adab mutlak diterapkan dan diajarkan untuk menjadikan anak tumbuh dengan kepribadian yang tak hanya cerdas secara akal namun memiliki akhlak yang luhur. Anak yang dihasilkan tidak akan memiliki pemikiran yang rancu dan menimbulkan berbagai masalah sosial di tengah masyarakat yang heterogen.
Pentingnya belajar adab menjadikan anak bisa beradab atau bersopan santun kepada Allah, RasulNya, orang tua, guru, teman, masyarakat dan tentu saja kepada dirinya sendiri. Dan itu terus disadari selama hidupnya. Salah satu kitab karya Imam Al Ghazali berjudul Bidayatul Hidayah bisa menjadi referensi untuk melaksanakan konsep dari pendidikan adab islam tersebut.
Ketiadaan adab atau The loss of adab disebut oleh Prof Syed Muhammad Naquib Al Attas ketika menjelaskan kebingungan dan kekeliruan pada tingkat kepemimpinan masyarakat yang terus menerus. Kebingungan adab tersebut lambat laun akan menghilangkan nilai dari adab dan melahirkan sikap buruk tanpa merasa bersalah.
Karenanya jika dibandingkan harus merespon berbagai pemberitaan yang tidak berbobot, lebih baik mulailah fokus untuk mendidik tentang adab kepada anak-anak. Dengan begitu anak-anak bisa menjawab tantangan zaman dengan keimanan yang kuat.
Dalam suatu riwayat diceritakan bagaimana Rasulullah menanamkan adab kepada generasi muda. Abdullah bin Abbas menceritakan:
“Suatu hari saya berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda, “Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andai pun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” (HR. Tirmidzi).
Seperti inilah anak-anak yang bisa diharapkan untuk bisa mewujudkan kesejahteraan masyarakat sekaligus menjadi pejuang yang mampu membela bangsanya dari perilaku Barat yang buruk. Dan jika memang ingin tercipta sebuah generasi yang mampu berguna baik dunia maupun akhirat, maka pentingnya adab harus disadari sejak dini dan segera diterapkan kepada generasi muda.
Media dan peradaban Barat memang banyak memberikan kemudahan. Namun pada saat yang sama, problem kehidupan tercipta dari kecanggihan tersebut. Fritjof Capra merupakan seorang yang dengan tegas mengemukakan bahwa manusia saat ini menemukan dirinya masing-masing dalam keadaan krisis global yakni krisis kompleks dan multidimensional yang dapat mempengaruhi berbagai aspek mulai dari politik, sosial, ekonomi, spiritual serta moral. Sebuah krisis yang tidak pernah terjadi dalam catatan kehidupan manusia sebelumnya.
Buruknya adab generasi sekarang |
Wanita di Barat akan diberi kebebasan untuk melakukan apapun yang dia inginkan ketika dewasa. Namun di negara ini yang memegang ajaran ketimuran dan seiring dengan ajaran Islam, maka wanita tidak akan bisa lepas begitu saja. Ada tanggung jawab keluarga untuk menjaga hingga ia menikah.
Pengaruh komitmen ini tidak bisa langsung serta merta diterapkan ketika anak telah dewasa. Justru harus dilakukan dan diterapkan semenjak anak masih kecil hingga akhirnya ia dewasa. Sehingga keluarga dapat terhindar dari bahaya pengaruh buruk media ataupun peradaban Barat sejak dini.
Pendidikan adab mutlak diterapkan dan diajarkan untuk menjadikan anak tumbuh dengan kepribadian yang tak hanya cerdas secara akal namun memiliki akhlak yang luhur. Anak yang dihasilkan tidak akan memiliki pemikiran yang rancu dan menimbulkan berbagai masalah sosial di tengah masyarakat yang heterogen.
Pentingnya belajar adab menjadikan anak bisa beradab atau bersopan santun kepada Allah, RasulNya, orang tua, guru, teman, masyarakat dan tentu saja kepada dirinya sendiri. Dan itu terus disadari selama hidupnya. Salah satu kitab karya Imam Al Ghazali berjudul Bidayatul Hidayah bisa menjadi referensi untuk melaksanakan konsep dari pendidikan adab islam tersebut.
Baca Juga: Begini Seharusnya Adab Kepada Orang TuaBerbagai adab sopan santun maupun adab dalam beribadah tertera dengan jelas. Bahkan adab terhadap aktivitas yang dilakukan sehari-hari pun ikut menyertai isi dari kitab tersebut. Namun yang lebih ditekankan dalam pembelajaran itu adalah bagaimana anak bisa terhindar dari pemikiran dan sikap yang buruk.
Ketiadaan adab atau The loss of adab disebut oleh Prof Syed Muhammad Naquib Al Attas ketika menjelaskan kebingungan dan kekeliruan pada tingkat kepemimpinan masyarakat yang terus menerus. Kebingungan adab tersebut lambat laun akan menghilangkan nilai dari adab dan melahirkan sikap buruk tanpa merasa bersalah.
Karenanya jika dibandingkan harus merespon berbagai pemberitaan yang tidak berbobot, lebih baik mulailah fokus untuk mendidik tentang adab kepada anak-anak. Dengan begitu anak-anak bisa menjawab tantangan zaman dengan keimanan yang kuat.
Dalam suatu riwayat diceritakan bagaimana Rasulullah menanamkan adab kepada generasi muda. Abdullah bin Abbas menceritakan:
“Suatu hari saya berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda, “Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andai pun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” (HR. Tirmidzi).
Seperti inilah anak-anak yang bisa diharapkan untuk bisa mewujudkan kesejahteraan masyarakat sekaligus menjadi pejuang yang mampu membela bangsanya dari perilaku Barat yang buruk. Dan jika memang ingin tercipta sebuah generasi yang mampu berguna baik dunia maupun akhirat, maka pentingnya adab harus disadari sejak dini dan segera diterapkan kepada generasi muda.