Kisah Inspiratif: Jika Alami Ini, Derajat Anda Sama Seperti Malaikat │ Seorang laki-laki tengah berjalan dalam larutnya malam. Ia seakan tak tahu arah sehingga hanya mengikuti langkah nuraninya saja. Yang ia pikirkan hanyalah terus berjalan dan pantang untuk mundur.
Dalam keadaan yang sangat lapar, laki-laki tersebut melihat sebuah rumah yang seakan memiliki tanda bahwa rumah tersebut penuh dengan makanan yang melezatkan. Dan ketika didekati, pintu rumah tersebut tidaklah terkunci, bahkan sedikit terbuka. Muncullah optimisme untuk masuk ke dalam rumah dan mencari makanan yang bisa mengganjal perutnya yang tidak terisi sejak pagi tadi.
Ia kemudian masuk dan mencari-cari ke berbagai sudut rumah hingga langkahnya terhenti di sebuah meja makan dengan tudung saji yang sangat besar. Ketika dibukanya, aroma makanan sekaligus variasinya membuat air liur si laki-laki begitu tak tertahankan.
Namun saat hendak mengambil makanan yang sangat lezat tersebut, muncul ingatan akan petuah dari guru agamanya agar ia tidak menyentuh ataupun memakan makanan yang bukan miliknya. Dengan keimanan yang masih tersisa, ia pun menjauh dari meja makan tersebut dan segera melangkahkan kakinya untuk keluar dari rumah yang seperti tidak terdapat tanda kehidupan.
Akan tetapi belum jauh kakinya melangkah, ia melihat sebuah kamar yang terbuka dan dilihatnya ke dalam kamar tersebut. Betapa terkejut dirinya mendapati seorang wanita cantik yang sedang tertidur pulas. Naluri syahwatnya bangkit disertai dukungan setan yang berkata, “Segera gauli selagi ia tertidur pulas.”
Sungguh bukan main godaan yang dilancarkan kepada laki-laki tersebut. Berbagai gejolak antara keimanan dan godaan kian berseteru dalam dirinya. Laki-laki itu pun terdiam sejenak. Berbagai lintasan pikiran entah itu yang baik ataupun yang jahat terus membuat si laki-laki begitu stress.
Hingga akhirnya keimanan yang ia miliki mampu mendominasi serta mengalihkan syahwatnya saat itu juga. Ia teringat akan petuah gurunya yang tidak boleh menikmati sesuatu yang bukan miliknya.
Sang laki-laki pun berjalan gontai menuju sebuah masjid dan berusaha tertidur sembari menahan rasa lapar disertai syahwat yang menggelora hingga subuh hari.
Saat hari kian cerah dan matahari kian meninggi, seorang wanita datang menghadap kepada Rasulullah di masjid yang dijadikan tempat tidur oleh laki-laki tersebut. Sang wanita yang ternyata janda itu memberitahukan bahwa rumah yang ia tempati semalam ada yang mendatangi, namun tidak satu pun barang yang diambil.
Mengetahui hal ini, Nabi kemudian melihat laki-laki tersebut dan mendatanginya. Setelah diajak bicara dan ternyata si laki-laki belum menikah, maka Rasulullah pun menikahkannya dengan janda yang cantik tersebut.
Sungguh betapa kesedihan yang bercampur dengan kebahagiaan nampak dalam raut wajahnya. Air mata pun seakan tak mampu untuk dibendung meski berada dalam kumpulan sahabat beserta dengan wanita tersebut.
Setelah dirasa cukup stabil emosinya, ia mulai mengakui kepada Rasulullah dan di hadapan yang lainnya bahwa dirinyalah yang semalam masuk ke rumah wanita tersebut. Namun ketika hendak mengambil sesuatu, ia teringat kepada Allah dan takut akan adzabNya. Maka dengan pernyataan yang jujur tersebut, Rasul pun menikahkannya dengan sang janda.
***
Sahabat, mungkin diantara kita ada yang pernah mengalami hal tersebut dimana ketika ada kesempatan untuk melakukan suatu kejahatan ataupun kemaksiatan, kita urung melakukannya dikarenakan takut kepada Allah. Ketahuilah bahwa kesadaran itu telah membuat kita laksana malaikat, sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah dalam hadist qudsi, “Engkau bagiKu laksana para malaikatKu.”
Semoga kita mampu menahan berbagai gejolak hawa nafsu entah itu yang berasal dari perut ataupun dari kem4luan sehingga Allah pun menurunkan keridhoannya kepada kita semua. Aamiin
Dalam keadaan yang sangat lapar, laki-laki tersebut melihat sebuah rumah yang seakan memiliki tanda bahwa rumah tersebut penuh dengan makanan yang melezatkan. Dan ketika didekati, pintu rumah tersebut tidaklah terkunci, bahkan sedikit terbuka. Muncullah optimisme untuk masuk ke dalam rumah dan mencari makanan yang bisa mengganjal perutnya yang tidak terisi sejak pagi tadi.
Ia kemudian masuk dan mencari-cari ke berbagai sudut rumah hingga langkahnya terhenti di sebuah meja makan dengan tudung saji yang sangat besar. Ketika dibukanya, aroma makanan sekaligus variasinya membuat air liur si laki-laki begitu tak tertahankan.
Namun saat hendak mengambil makanan yang sangat lezat tersebut, muncul ingatan akan petuah dari guru agamanya agar ia tidak menyentuh ataupun memakan makanan yang bukan miliknya. Dengan keimanan yang masih tersisa, ia pun menjauh dari meja makan tersebut dan segera melangkahkan kakinya untuk keluar dari rumah yang seperti tidak terdapat tanda kehidupan.
Akan tetapi belum jauh kakinya melangkah, ia melihat sebuah kamar yang terbuka dan dilihatnya ke dalam kamar tersebut. Betapa terkejut dirinya mendapati seorang wanita cantik yang sedang tertidur pulas. Naluri syahwatnya bangkit disertai dukungan setan yang berkata, “Segera gauli selagi ia tertidur pulas.”
Sungguh bukan main godaan yang dilancarkan kepada laki-laki tersebut. Berbagai gejolak antara keimanan dan godaan kian berseteru dalam dirinya. Laki-laki itu pun terdiam sejenak. Berbagai lintasan pikiran entah itu yang baik ataupun yang jahat terus membuat si laki-laki begitu stress.
Hingga akhirnya keimanan yang ia miliki mampu mendominasi serta mengalihkan syahwatnya saat itu juga. Ia teringat akan petuah gurunya yang tidak boleh menikmati sesuatu yang bukan miliknya.
Sang laki-laki pun berjalan gontai menuju sebuah masjid dan berusaha tertidur sembari menahan rasa lapar disertai syahwat yang menggelora hingga subuh hari.
Saat hari kian cerah dan matahari kian meninggi, seorang wanita datang menghadap kepada Rasulullah di masjid yang dijadikan tempat tidur oleh laki-laki tersebut. Sang wanita yang ternyata janda itu memberitahukan bahwa rumah yang ia tempati semalam ada yang mendatangi, namun tidak satu pun barang yang diambil.
Mengetahui hal ini, Nabi kemudian melihat laki-laki tersebut dan mendatanginya. Setelah diajak bicara dan ternyata si laki-laki belum menikah, maka Rasulullah pun menikahkannya dengan janda yang cantik tersebut.
Sungguh betapa kesedihan yang bercampur dengan kebahagiaan nampak dalam raut wajahnya. Air mata pun seakan tak mampu untuk dibendung meski berada dalam kumpulan sahabat beserta dengan wanita tersebut.
Setelah dirasa cukup stabil emosinya, ia mulai mengakui kepada Rasulullah dan di hadapan yang lainnya bahwa dirinyalah yang semalam masuk ke rumah wanita tersebut. Namun ketika hendak mengambil sesuatu, ia teringat kepada Allah dan takut akan adzabNya. Maka dengan pernyataan yang jujur tersebut, Rasul pun menikahkannya dengan sang janda.
***
Sahabat, mungkin diantara kita ada yang pernah mengalami hal tersebut dimana ketika ada kesempatan untuk melakukan suatu kejahatan ataupun kemaksiatan, kita urung melakukannya dikarenakan takut kepada Allah. Ketahuilah bahwa kesadaran itu telah membuat kita laksana malaikat, sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah dalam hadist qudsi, “Engkau bagiKu laksana para malaikatKu.”
Semoga kita mampu menahan berbagai gejolak hawa nafsu entah itu yang berasal dari perut ataupun dari kem4luan sehingga Allah pun menurunkan keridhoannya kepada kita semua. Aamiin