KabarMakkah.Com – Setiap pegawai akan bergembira di akhir bulan, namun akan galau saat gaji habis di tanggal muda. Pasti kebanyakan dari kita akan berkata bahwa gaji tersebut digunakan untuk berbagai keperluan mulai dari bayar ke warung, bayar listrik, biaya anak dan keperluan rumah tangga yang lainnya.
Kegalauan yang ada pada diri sebenarnya tidak perlu ada jika melihat beberapa hadist ini.
1. “Satu dinar yang engkau belanjakan di jalan Allah , satu dinar yang engkau belanjakan untuk membebaskan budak, satu dinar yang engkau belanjakan untuk orang miskin dan satu dinar yang engkau belanjakan untuk keluargamu, maka yang paling besar pahalanya adalah engkau belanjakan untuk keluargamu” (HR Muslim)
Jadi jika sebelum gajian kita memiliki niat yang tulus untuk bisa bersedekah kepada yang kurang mampu seperti kaum dhuafa, maka janganlah bersedih karena tidak bisa melakukannya. Ingatlah bahwa bersedekah untuk keluarga adalah lebih baik dari semuanya.
Bahkan Imam Nawawi berkata bahwa nafkah untuk keluarga merupakan sesuatu yang utama dibandingkan dengan sedekah yang hanya bersifat sunnah.
2. “Dinar yang paling utama yang dibelanjakan oleh seorang lelaki adalah dinar yang ia belanjakan untuk keluarganya, dinar yang ia belanjakan untuk kudanya di jalan Allah (perlengkapan jihad), dinar yang ia belanjakan untuk sahabat-sahabatnya di jalan Allah” (HR Muslim)
Mak tak usah ada kegundahan atau kesengsaraan hati ketika gaji kita habis hanya untuk menafkahi keluarga saja. Dari hadist tersebut sedekah untuk keluarga disebutkan menjadi yang pertama dibandingkan dengan membiayai untuk jihad. Dengan kata lain sedekah yang seharusnya dimulai dari keluarga dahulu seperti yang disimpulkan oleh Abu Qilabah akan hadist tersebut.
3. “Apa yang engkau nafkahkan untuk makanmu, ia dinilai sebagai sedekah bagimu. Apa yang engkau nafkahkan untuk makan anakmu, ia dinilai sebagai sedekah bagimu. Apa yang engkau nafkahkan untuk makan istrimu, ia dinilai sebagai sedekah bagimu. Apa yang engkau nafkahkan untuk makan pembantumu, ia juga dinilai sebagai sedekah bagimu.” (HR Muslim)
Lihatlah bagaimana Islam memandang adil dalam sedekah sehingga uang untuk makan anak, istri dan pembantu disamakan juga dengan bersedekah.
Namun jangan salah artikan hadist tersebut dengan bersikap konsumtif dan bermewah-mewahan sendiri tanpa memperhatikan sekitar yang kelaparan. Hadist tersebut hanya ditujukan bagi mereka yang tidak mampu bersedekah untuk orang lain dan hanya bisa cukup untuk menafkahi keluarganya saja.
Jadi wahai para ikhwan... apakah masih ada kegalauan dalam diri kalian? Ingatlah sesungguhnya rahmat Allah begitu luas dan tak akan pernah salah karena semua telah Allah ukur.
Bersyukurlah... maka Allah akan menambahkan nikmatNya kepada kita semua.
Kegalauan yang ada pada diri sebenarnya tidak perlu ada jika melihat beberapa hadist ini.
1. “Satu dinar yang engkau belanjakan di jalan Allah , satu dinar yang engkau belanjakan untuk membebaskan budak, satu dinar yang engkau belanjakan untuk orang miskin dan satu dinar yang engkau belanjakan untuk keluargamu, maka yang paling besar pahalanya adalah engkau belanjakan untuk keluargamu” (HR Muslim)
Jadi jika sebelum gajian kita memiliki niat yang tulus untuk bisa bersedekah kepada yang kurang mampu seperti kaum dhuafa, maka janganlah bersedih karena tidak bisa melakukannya. Ingatlah bahwa bersedekah untuk keluarga adalah lebih baik dari semuanya.
Bahkan Imam Nawawi berkata bahwa nafkah untuk keluarga merupakan sesuatu yang utama dibandingkan dengan sedekah yang hanya bersifat sunnah.
2. “Dinar yang paling utama yang dibelanjakan oleh seorang lelaki adalah dinar yang ia belanjakan untuk keluarganya, dinar yang ia belanjakan untuk kudanya di jalan Allah (perlengkapan jihad), dinar yang ia belanjakan untuk sahabat-sahabatnya di jalan Allah” (HR Muslim)
Mak tak usah ada kegundahan atau kesengsaraan hati ketika gaji kita habis hanya untuk menafkahi keluarga saja. Dari hadist tersebut sedekah untuk keluarga disebutkan menjadi yang pertama dibandingkan dengan membiayai untuk jihad. Dengan kata lain sedekah yang seharusnya dimulai dari keluarga dahulu seperti yang disimpulkan oleh Abu Qilabah akan hadist tersebut.
3. “Apa yang engkau nafkahkan untuk makanmu, ia dinilai sebagai sedekah bagimu. Apa yang engkau nafkahkan untuk makan anakmu, ia dinilai sebagai sedekah bagimu. Apa yang engkau nafkahkan untuk makan istrimu, ia dinilai sebagai sedekah bagimu. Apa yang engkau nafkahkan untuk makan pembantumu, ia juga dinilai sebagai sedekah bagimu.” (HR Muslim)
Lihatlah bagaimana Islam memandang adil dalam sedekah sehingga uang untuk makan anak, istri dan pembantu disamakan juga dengan bersedekah.
Namun jangan salah artikan hadist tersebut dengan bersikap konsumtif dan bermewah-mewahan sendiri tanpa memperhatikan sekitar yang kelaparan. Hadist tersebut hanya ditujukan bagi mereka yang tidak mampu bersedekah untuk orang lain dan hanya bisa cukup untuk menafkahi keluarganya saja.
Jadi wahai para ikhwan... apakah masih ada kegalauan dalam diri kalian? Ingatlah sesungguhnya rahmat Allah begitu luas dan tak akan pernah salah karena semua telah Allah ukur.
Bersyukurlah... maka Allah akan menambahkan nikmatNya kepada kita semua.