Saat Aisyah Memecahkan Piring di Depan Tamu, Ini yang Dilakukan Rasulullah

Saat Aisyah Memecahkan Piring di Depan Tamu, Ini yang Dilakukan Rasulullah

author photo
Coba anda bayangkan jika sebagai suami anda sedang menerima tamu. Tiba-tiba istri Anda ribut dengan seseorang yang membawa makanan ke rumah lalu memecahkan piringnya. Apa yang akan Anda lakukan? langsung marah? atau malah langsung menceraikannya?

Mayoritas lelaki mungkin akan memarahi istrinya karena telah membuat malu di depan para tamu. Atau mungkin mengumpatinya, atau bahkan memukulnya. Setidaknya ia merasa malu, kehormatannya sebagai publik figur tercemar oleh perilaku istrinya. Demikiankah?

Ini yang Dilakukan Rasulullah


Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengalami kejadian seperti itu. Seperti yang diceritakan dalam hadits riwayat Imam Bukhari.

Ketika itu, Rasulullah sedang menemui sejumlah tamu yang tidak lain adalah para sahabat dekat beliau. Tiba-tiba terdengar nyaring suara piring pecah. Ternyata Sayyidah Aisyah baru saja memukul piring berisi makanan yang dibawa oleh pembantu Zainab untuk disuguhkan kepada Rasulullah. Piring itu pecah dan kemudian makanan yang mau disuguhkan untuk tamu pun jatuh.

Menyaksikan hal tersebut, Rasulullah SAW tidak marah. Sebagai lelaki beliau tidak merasa harga dirinya turun. Beliau tidak merasa kehormatannya dipermalukan. Beliau tidak merasa khawatir disebut sebagai suami yang tidak mampu mendidik istrinya untuk mengendalikan emosi. Sama sekali tidak.

Kemudian Rasulullah SAW mendekati mereka dengan tenang, seperti tak terjadi apa-apa. Lalu beliau memunguti makanan dari kurma tersebut dan meletakkannya di sisa-sisa piring, kemudian membawanya untuk dimakan bersama para tamunya.

“Maaf… ibu kalian ini sedang cemburu,” terang Rasulullah kepada para sahabatnya. Tak lupa, beliau mengganti piring yang sudah pecah tersebut dengan piring baru yang utuh untuk dibawa kembali oleh pembantu kepada Zainab.

Demikianlah agungnya akhlaq Rasulullah. Khuluqun ‘adziim. Beliau tidak mempermasalahkan masalah, namun mampu menyelesaikan masalah. Beliau tahu waktu itu Aisyah sedang cemburu karena di hari giliran Aisyah, Sayyidah Zainab mengirim makanan untuk beliau. Maka Sayyidah Aisyah pun secara reflek memecahkan piring sebagai ekspresi kecemburuannya.

Dan Rasulullah memecahkan masalah dengan bijak. Beliau tidak memarahi Aisyah karena memarahi istri yang sedang marah malah akan menimbulkan sebuah masalah baru. Masalah semula tidak terselesaikan, justru suami istri terlibat pertengkaran. Akan tetapi, Rasulullah tidaklah melakukan itu.

Namun memecahkan piring orang lain tetap saja tidak dapat dibenarkan. Dan karenanya harus diganti. Karena itulah hadits ini dibahas panjang lebar oleh Alhafidz Ibnu Hajar Al Asqalani dalam kitabnya Fathul Baari, untuk mengambil istinbath jika seseorang memecahkan barang milik orang lain, haruskah mengganti dengan barang atau bisa dalam bentuk uang.

Sikap Rasulullah juga tetap kalem saja di hadapan para sahabat. Beliau tidak menyalahkan Aisyah karena menyalahkan istri di depan orang lain bukanlah tindakan yang terpuji. Orang yang melihatnya tentu akan mengetahui bahwa keluarga tersebut sedang dilanda masalah, sementara mereka belum tentu bisa membantu menyelesaikan masalahnya.

Sebagai seorang suami, mampukah kita menahan emosi layaknya panutan kita baginda Rasulullah saat istri kita tiba-tiba marah di depan tamu atau malah memecahkan piring seperti sayyidah Aisyah?
Next article Next Post
Previous article Previous Post