Niatkan Ibadah, Selama 10 Tahun Kakek Ini Menambal Jalan Berlubang Secara Sukarela

Niatkan Ibadah, Selama 10 Tahun Kakek Ini Menambal Jalan Berlubang Secara Sukarela

author photo
Niatkan Ibadah, Selama 10 Tahun Kakek Ini Menambal Jalan Berlubang Secara Sukarela
Kakek Abdul Sukur (Foto: Merdeka.Com)
Niatkan Ibadah, Selama 10 Tahun Kakek Ini Menambal Jalan Berlubang Secara Sukarela

Bagi pengguna jalan, melewati jalan yang mulus dan tidak berlubang merupakan sebuah kenyamanan yang senantiasa diharapkan. Akan tetapi seiring waktu dan perubahan kondisi cuaca, terkadang jalanan pun mengalami penurunan kualitas sehingga tak jarang jalanan akan berlubang atau rusak.

Meski telah ada petugas yang mengelola jalur kendaraan tersebut, tapi ada saja kendala sehingga jalanan pun dibiarkan terlantar tanpa ada penanganan.

Karena hal tersebut seorang kakek bernama Abdul Sukur berinisiatif menambal jalan berlubang tanpa mengharap imbalan sedikit pun. Sudah 10 tahun warga Jalan Tambak Segaran Barat Gg I/27 Surabaya ini melakukannya di malam hari agar tidak mengganggu arus lalu lintas.

Dilansir dari Merdeka, Rabu (13/05/2016), kakek yang akrab disapa Pak Dul memiliki pekerjaan utama sebagai seorang penarik becak. Di dalam kondisinya yang jauh dari kata sejahtera, ia masih sempat memikirkan nasib orang lain yang melewati jalan berlubang. Alhasil setelah mengais rezeki, ia pun mencari jalanan berlubang sejak malam hingga dini hari.

Setelah mengetahui jalan mana saja yang memerlukan perbaikan, kakek berumur 65 tahun ini kemudian mencari bongkahan aspal bekas ataupun batu kerikil di sekitar Jalan Tambak Adi dan Pasar Atom. Ia pun melengkapi diri dengan palu berukuran sedang guna memecah bongkahan aspal bekas tersebut.

Dalam sekali angkut, Pak Dul bisa membawa 3 kuintal aspal menggunakan becaknya. Untuk meratakan agar sama dengan jalanan, Pak Dul kemudian menempanya hingga datar.

“Sudah 10 tahun saya nambal jalan berlubang. Kasihan kalau lubangnya tidak ditambal, banyak orang jatuh kalau melintas. Apalagi lubangnya dalam-dalam dan tidak segera diperbaiki pemerintah,” ungkapnya yang masih menggunakan bahasa Jawa.

Adapun jalanan yang senantiasa diperbaiki oleh Pak Dul diantaranya seperti Jalan Gembong, Tambak Rejo, Bunguran, Semut dan yang lainnya.

Ketika ditanya tentang imbalan yang diterima, Pak Dul melakukan hal itu sebagai lahan ibadah dan tidak mengharapkan pemberian manusia.

“Niat saya ibadah, tidak mengharap apa-apa, saya Lillahi Ta’ala. Saya akan tetap melakukannya sampai kapan pun selama masih ada jalan yang berlubang dan membahayakan orang. Pagi sampai jam 10 malam saya cari makan, setelah itu cari gragal (batu kerikil) untuk nutup jalan yang lubang. Jam 2 dini hari saya pulang,” tuturnya.

Pak Dul yang seringkali disapa Mbah Wek oleh para rekan seprofesinya juga sering membantu orang-orang sekemampuannya.

“Saya niat ibadah, saya bisanya cuma nolong dengan tenaga saya. Diminta bantu dorong mobil mogok ya saya lakukan. Setelah itu dikasih (uang) Alhamdulillah, tidak ya Alhamdulillah. Yang penting saya tidak minta-minta,” ungkapnya.

Setiap harinya dari hasil mengayuh becak, Pak Dul hanya bisa membawa pulang uang 30 ribu. Jika ramai, ia bisa membawa hingga 50 ribu dan tak sedikit pun ada ratapan atas apa yang Allah rezekikan kepadanya.

“Rezeki sudah ada yang ngatur,” ucap kakek inspiratif tersebut.

Sebelumnya kisah Pak Dul diunggah oleh seorang netizen bernama Himan Utomo dalam akun Facebooknya. Saat itu Himan sedang menunggu istrinya yang bekerja di sekitar tempat Pak Dul tengah meratakan jalan.

Sembari menawarkan rokok, Himan kemudian memulai percakapan.

“Bapak dari Dinas Kota kah kok meratakan jalan dan cuma memakai becak? Bukankah Dinas Kota memiliki fasilitas?"

Dengan tegas Pak Dul mengatakan bahwa ia hanyalah seorang tukang becak biasa. Heran dengan jawaban Pak Dul, Himan kemudian bertanya tentang siapa yang menyuruh Pak Dul dan digaji berapa. Namun sekali lagi jawaban Pak Dul mengejutkan Himan.

“Saya tidak kerja sama siapa-siapa dan tidak digaji siapa-siapa,” ucap pak Dul.

Kekaguman Himan pun semakin besar ketika mendengar ucapan Pak Dul yang menyatakan bahwa apa yang dilakukannya semata-semata bentuk pengabdian sebagai warga Surabaya.

“Tidak apa-apa mas, ini sudah menjadi hobi saya setiap malam. Setelah mencari rezeki dengan menjadi tukang becak, malamnya saya selalu mencari bongkahan batu aspal, buat nutup jalan yang berlubang. Ya hitung-hitung pengabdian saya sebagai warga kota Surabaya,” pungkasnya.

Baca Juga:


Semoga kebaikan kakek asal Surabaya ini dibalas oleh Allah di dunia dan di akhirat. Aamiin
Next article Next Post
Previous article Previous Post