Masalahkan Biaya, Anak Penjual Es Tebu Ini Justru Masuk Fakultas Kedokteran Tanpa Biaya Sepeser Pun

Masalahkan Biaya, Anak Penjual Es Tebu Ini Justru Masuk Fakultas Kedokteran Tanpa Biaya Sepeser Pun

author photo
Masalahkan Biaya, Anak Penjual Es Tebu Ini Justru Masuk Fakultas Kedokteran Tanpa Biaya Sepeser Pun
Tias (kiri) bersama kedua kakak dan orang tuanya (ugm.ac.id)
Masalahkan Biaya, Anak Penjual Es Tebu Ini Justru Masuk Fakultas Kedokteran Tanpa Biaya Sepeser Pun

Penjual es tebu yang tinggal di Pontianak, Kalimantan Barat ini tidak menyangka bahwa anaknya bisa masuk kuliah Fakultas Kedokteran di Universitas Gadjah Mada. Pasalnya kondisi ekonomi yang dialaminya tidaklah memungkinkan untuk menyekolahkan sang anak hingga ke perguruan tinggi.

Namun ternyata anaknya yang bernama Ridha Wahyuningtias menjawab keraguan kedua orang tua yang bisa masuk universitas tersebut tanpa biaya sepeser pun setelah mendapatkan beasiswa.

Ridha Wahyuningtias atau akrab disapa Tias ini memang sejak dahulu senang dengan dunia keperawatan. Minatnya semakin kuat ketika mengikuti kegiatan pramuka dan belajar pertolongan medis.

“Dari dulu sering ikut kegiatan Pramuka, sempat belajar tentang pertolongan medis juga, lalu jadi tertarik dengan ilmu kesehatan dan ingin menjadi perawat,” ucapnya.

Sebelumnya memang keinginan Tias sempat dilarang oleh kedua orang tuanya karena mereka khawatir tak mampu membayar kuliah di tengah jalan. Namun setelah mendapatkan dukungan dari gurunya dan juga tekadnya yang kuat, akhirnya ia mendaftar kuliah di UGM karena memiliki program studi keperawatan yang cukup baik.

Tak hanya memberikan motivasi, sang guru juga memberikan informasi tentang beasiswa dan akhirnya Tias diterima menjadi mahasiswa jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM tanpa mengeluarkan biaya sedikit pun.

“Katanya disuruh daftar saja dulu, kalau untuk masalah biaya ada banyak jalan. Bisa cari beasiswa untuk kuliahnya,” tutur Tias.

Dilansir dari situs resmi UGM, larangan orang tuanya juga memiliki alasan lain yakni tak ingin anak-anaknya merantau. Terbukti dari dua kakaknya yang meski telah diterima di sebuah universitas bergengsi di pulau Jawa, kedua orang tuanya tetap melarang. Kedua kakaknya pun memilih kuliah di perguruan tinggi setempat.

“Saya hanya hanya khawatir kalau kuliah jauh-jauh nanti bayar kuliahnya bagaimana, biaya hidup bagaimana, mereka tinggal di mana, kalau kost pasti banyak mengeluarkan biaya. Jadi, saya bilang kuliahnya di sini saja, biar tidak susah, tinggal mencari cara untuk membantu biaya kuliah,” ucap ibu Tias, Sri Rosmiati.

Kehidupan orang tua Tias memanglah terbilang sederhana. Ayahnya yang bernama Jumadi merupakan seorang penjual es tebu sejak tahun 1992 dan biasa berjualan di alun-alun Kapuas.

Jumadi yang berdagang mulai pukul 3 sore hingga malam ini sebenarnya bisa menghidupi keluarganya. Hanya saja kini ia dan pedagang lainnya dilarang oleh pihak pengelola alun-alun. Alhasil keuntungannya kini tidak sebesar dahulu.

Meski demikian, Jumadi tetap berikhtiar dan memilih berjualan di tepi jalan Komodor Yos Sudarso, dekat RSUD Pontianak dan SPBU.

Memang jalan tersebut bukanlah jalan yang cukup ramai. Ia hanya mengandalkan para pengunjung SPBU dan RSUD serta pelanggan lamanya. Kehidupan yang sederhana tidak lantas membuat Jumadi dan istrinya membiarkan ketiga anaknya mengenyam pendidikan dasar saja. Ia ingin agar mereka bisa menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

“Kalau untuk kebutuhan lain, itu bisa dihemat-hemat. Yang penting anak-anak saya bisa sekolah,” tutur Jumadi.

Setelah mendapat kabar bahwa Tias masuk dan bisa kuliah gratis di UGM, Jumadi dan istrinya pun hanya bisa pasrah dan merelakan anaknya menuntut ilmu di pulau Jawa.

Baca Juga:


Semoga anak penjual es tebu ini bisa meraih cita-citanya. Aamiin
Next article Next Post
Previous article Previous Post