Belajar Syukur Dari Lelaki Buta

Belajar Syukur Dari Lelaki Buta

author photo
Pagi itu suasana masih cukup gelap. waktu masih menunjukkan pukul 5.00 WIB. Di sebuah halte bus di pinggiran kota Tangerang terlihat seorang laki-laki separo baya berkacamata hitam dan membawa sebuah tongkat tampak sedang menunggu bis. Aku pun segera duduk di samping lelaki itu.

Belajar Syukur Dari Lelaki Buta
Ilustrasi


Saat sebuah bis jurusan senen datang, lelaki itu segera naik bus di bantu oleh kondektur.Aku pun segera naik dan duduk di bangku kosong sebelah lelaki itu. Kuamati wajah lelaki itu. Ternyata dia seorang yang buta. Kucoba menyapanya, dan dia pun membalas dengan sangat santun. Setelah ngobrol kesana-kemari, kuketahui bahwa dia bekerja di sebuah klinik panti pijat di dekat stasiun Kota.

Setiap hari lelaki itu berangkat pada dini hari dan pulang pada malam hari untuk menghidupi keluarganya dengan rizki yang halal. Pantang baginya meminta-minta. Allahu akbar. Bagiku, laki-laki ini sudah menampar hati ini yang begitu mudah menyerah dalam mencari rizki dari-Mu.

Minggu ini aku datang ke sebuah pengajian Akbar di pusat kota. Saat pengajian sudah dimulai, kulihat ada tiga orang sedang memasuki pelataran masjid. Salah seorang dari mereka tergopoh-gopoh memasuki masjid. Subhanallah, ternyata lelaki itu adalah lelaki buta yang kujumpai di bus yang diantar oleh anak dan istrinya.

Kami pun tenggelam mendengarkan tausiyah dari ustadz penceramah yang sedang menceritakan kenikmatan-kenikmatan surga. Istana-istana indah, taman-taman surga yang lebih baik dari taman terbaik di dunia dan makanan yang luar biasa dahsyat rasanya serta kendaraan-kendaraan terbaik yang tidak akan pernah dijumpai di dunia. Saat sebuah sesi pertanyaan dimulai laki-laki itu dengan cepat mengacungkan diri dan bertanya:

"Wahai Ustad,saya tidak perduli dengan istana-istana megah di surga, tidak peduli dengan kendaraan-kendaraan terbaik.Yang saya ingin tahu adalah dapatkah aku melihat anak dan istriku yang ku sayangi jika aku masuk surga?"

Ustad pun menjawab: "Betul wahai saudaraku. Itu adalah janji Allah".

Mendengar jawaban itu seketika lelaki itu menarik anak dan istrinya seraya bersujud. Sesudah acara selesai kuhampiri lelaki itu. Aku pun bertanya: "Wahai Bapak, apa yang membuatmu bersujud?".

Lelaki itu pun menjawab : "Wahai sahabatku, jika ada secerah harapan untuk dapat melihat anak dan istriku yang kusayangi. Bagiku itu sudah berita yang aku sangat syukuri. Sejak lahir aku tidak pernah melihat bapak dan ibuku. Meskipun hanya diakhirat, aku akan ridha menunggunya".

Tak terasa air mata ini menetes. Betapa luar biasa nikmat melihat yang selama ini belum aku syukuri. Lelaki buta ini rela menunggu ratusan tahun bahkan mungkin jutaan tahun hanya untuk melihat, sedangkan mata ini berapa kali bermaksiat kepadamu. Batin ini pun berdoa lirih.

"Ya Allah, Ampunilah kami yang masih kurang mensyukuri nikmat-Mu. Terima kasih atas nafas yang masih Engakau hembuskan ke dalam jiwa dan raga ini . semoga Engkau masukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang bersyukur. Janganlah Engkau butakan hati kami. Ya Allah ya Rabb, peliharalah kami dari siksa api neraka."

Riswanto Warih Prabowo, Aktivis Dakwah Kampus ITB' 99
Next article Next Post
Previous article Previous Post