Begini Cara Berbakti pada Orang Tua Setelah Mereka Meninggal

Begini Cara Berbakti pada Orang Tua Setelah Mereka Meninggal

author photo
Suatu hari Abdullah bin Zaid, Seorang perawi masyhur yang banyak meriwayatkan hadits dari Anas Bin Malik, Bermimpi melihat semua kuburan terbuka dan semua penghuninya keluar dari kuburnya. Masing-masing dari mereka dilihatnya membawa nampan yang berisi cahaya. Lalu ia melihat seorang laki-laki keluar dengan tangan hampa, wajahnya memelas dan ia tak membawa apapun di tangannya.

Cara Berbakti pada Orang Tua Setelah Mereka Meninggal


Melihat kejadian tersebut, Abdullah bin Zaid heran, kemudian bertanya pada laki-laki itu: Assalamualaikum wahai penghuni kubur, Apa yang telah terjadi padamu, mengapa kamu tidak membawa nampan yang bercahaya seperti mereka?

Mayat itu menjawab: Waalaikumsalam.. Mereka semua memiliki anak dan keluarga yang selalu mendoakan dan bersedekah atas nama mereka. Nampan yang bercahaya itu merupakan pahala doa-doa dan sedekah yang mereka kirimkan.

Sementara aku.. walaupun aku memiliki anak, namun anakku tak pernah mendoakanku.. apalagi bersedekah untukku. Oleh karena itu aku tidak mempunyai cahaya dan itu membuat aku malu pada teman-temanku.

Ketika Abdullah bin Zaid terbangun, ia segera bergegas untuk menemui anak dari mayat penghuni kubur tersebut dan menceritakan apa yang telah terjadi dengan orang tuanya.

Setelah Abdullah bin Zaid menyelesaikan cerita dalam mimpinya dan menasehatinya, maka berkatalah anak itu :

"Terima kasih wahai syeikh.. atas nasehatmu, mulai saat ini aku akan bertaubat dan tidak akan mengulangi perbuatanku dulu."

Sejak peristiwa itu, anak yang telah beranjak dewasa itu  selalu berdoa dan bersedekah untuk orang tuanya. Pada saat yang sama, selang beberapa tahun kemudian, Abdullah bin Zaid bermimpi hal yang sama, akan tetapi dia melihat laki-laki yang tiada membawa nampan, kini telah membawanya, bahkan cahayanya melebihi yang lainnya.

Mayat tersebut berkata: “Wahai Abdullah bin Zaid, Semoga Allah membalas kebaikanmu, karena nasehatmu, anakku pun selamat dari neraka, dan aku tidak malu lagi terhadap tetanggaku berkat doa dan sedekah yang selalu dikirimkan anakku kepadaku.”

Wallahu a’lam.

__________

Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,

أَنَّ سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ – رضى الله عنه – تُوُفِّيَتْ أُمُّهُ وَهْوَ غَائِبٌ عَنْهَا ، فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّى تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا ، أَيَنْفَعُهَا شَىْءٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا قَالَ « نَعَمْ » . قَالَ فَإِنِّى أُشْهِدُكَ أَنَّ حَائِطِى الْمِخْرَافَ صَدَقَةٌ عَلَيْهَا

“Sesungguhnya ibu dari Sa’ad bin ‘Ubadah radhiyallahu ‘anhu meninggal dunia. Sedangkan Sa’ad pada saat itu tidak berada di sisinya. Kemudian Sa’ad mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal, sedangkan aku pada saat itu tidak berada di sampingnya. Apakah bermanfaat jika aku menyedekahkan sesuatu untuknya?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Iya, bermanfaat.’ Kemudian Sa’ad mengatakan pada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Kalau begitu aku bersaksi padamu bahwa kebun yang siap berbuah ini aku sedekahkan untuknya’.” (HR. Bukhari)

Setidaknya, ada enam hal yang bisa kita lakukan untuk berbakti pada orang tua ketika mereka berdua atau salah satunya telah meninggal dunia:

1. Mendoakan kedua orang tua.

2. Banyak meminta ampunan pada Allah untuk kedua orangtua.

3. Memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia.

4. Menjalin hubungan silaturrahim dengan keluarga dekat keduanya yang tidak pernah terjalin.

5. Memuliakan teman dekat keduanya.

6. Bersedekah atas nama orang tua yang telah tiada.

Semoga bisa diamalkan. Selama orang tua masih hidup, itulah kesempatan emas untuk berbakti pada orang tua. Karena berbakti pada keduanya adalah jalan termudah untuk masuk surga. Subhaanallah..

Dari Abu Darda radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ

“Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan pintu itu atau kalian bisa menjaganya.” (HR. Tirmidzi)
Next article Next Post
Previous article Previous Post