Agar Kuat Berhaji, Nenek Ini Siapkan 20 Pak Rokok dan Sekilo Kopi Bubuk

Agar Kuat Berhaji, Nenek Ini Siapkan 20 Pak Rokok dan Sekilo Kopi Bubuk

author photo
Berita Haji - Ada ada saja tingkah para jamaah haji dari Indonesia, Seorang calon haji perempuan yang sudah nenek-nenek asal Desa Galungan, Kecamatan Wlingi, Blitar, Jawa Timur, yakni Ponirah (85), mempersiapkan rokok dan kopi untuk berangkat haji ke Tanah Suci.

"Ini perjalanan dari Surabaya - Jeddah selama sepuluh jam, saya masih kuat nggak merokok, tapi sampai di bandara Jeddah sini langsung merokok," katanya setiba di Madinatul Hujjaaj, Bandara Khusus Haji Jeddah.

Ponirah, 85 Tahun, Jamaah Haji Asli Blitar


Tidak seperti orang pada umumnya, perokok sejak 25 tahun lalu itu mengaku sehat berkat rokok dan kopi yang dikonsumsi sampai saat ini.

"Saya mampu menghisap rokok sampai satu bungkus dan satu gelas kopi murni dalam sehari," kata nenek yang didampingi putranya bernama Roni Kani Mahfud (62) untuk menunaikan ibadah haji.

Menurut calon haji dari Kloter 40 itu, hasrat merokok itulah yang membuatnya segar bugar sampai saat ini.

"Ya waktu itu memang ingin merokok sampai sekarang," kata ibu dari sembilan anak yang merokok sejak menopause itu.

Bahkan, ia tidak hanya suka merokok, tapi juga minum kopi hitam setiap harinya. "Itu sudah seperti makanan setiap hari. Makan cuma dua sendok saja, lalu ngopi sama ngerokok," katanya.

Nenek dari tiga cucu itu mengaku sehari bisa menghabiskan satu pak rokok. Saat ini, hasrat merokoknya sudah agak berkurang, dibandingkan dengan sebelumnya yang bisa lebih dari satu pak.

Untuk persediaan di Arab Saudi, anaknya, Roni, mengatakan dirinya menyiapkan 20 pak rokok untuk ibunya. "Saya sama ibu hanya diperbolehkan membawa 20 pak. Rokoknya juga rokok buatan Blitar, jadi produk lokal," tambah Roni.

Dalam peraturan penerbangan, setiap penumpang hanya diperbolehkan untuk membawa rokok dalam jumlah maksimal 20 pak, sedangkan lebih dari itu diindikasikan tindak perdagangan ilegal.

Roni menjelaskan ibunya dalam keseharian hanya berjualan tape ketan di pasar. Meski begitu, kondisi fisik Ponirah terlihat cukup baik. Dia masih kuat berjalan, bicaranya jelas, ingatannya lumayan kuat, dan giginya masih cukup utuh.

Sampai usianya yang kini 85 tahun, belum ada yang berani meminta Ponirah untuk berhenti, meski ada beberapa dari anak Ponirah mencoba menasehati untuk tidak merokok, namun nenek Ponirah tidak pernah menggubrisnya.

"Jika tidak merokok, rasanya badan terasa lemas," tutur Roni menirukan ungkapan ibunya sembari senyum.

Meski tidak bisa membaca dan menulis, Ponirah mampu mendidik anaknya sampai perguruan tinggi, bahkan salah satu dari sembilan anaknya ada yang menjadi dosen pada salah satu perguruan tinggi.
Next article Next Post
Previous article Previous Post