Muslim Indo Lebih "Arab" Daripada Orang Arab Sendiri.. Benarkah?

Muslim Indo Lebih "Arab" Daripada Orang Arab Sendiri.. Benarkah?

KabarMakkah.Com - Benarkah anggapan bahwa orang indonesia yang beragama islam lebih "arab" dan "islami" daripada orang arab sendiri? pertanyaan simple yang jarang diantara kita untuk memikirkannya dan saya rasa memang benar iya jawabnya dan begitulah realitanya. mari kita lihat berbagai fakta dan realitanya di bawah ini.


1. Muslim Indonesia lebih akrab menggunakan kata ummi abi abah dan semisalnya, padahal orang arab sendiri di jaman sekarang jarang menggunakan kata seperti itu, malah lebih sering menggunakan mama, baba..

2. Begitu juga dengan penggunaan kata akhi ukhti anta antum ana, sering kita mendengar percakapan dalam berbagai potongan kata yang diadopsi dari bahasa arab, padahal orang arab sendiri bisa dikatakan jarang menggunakan kata-kata fushah seperti diatas.

Masjidil Haram
Akhi Ukhti


3. Banyak muslim indonesia yang suka memberi nama anaknya dengan label arab, contohnya Al bukhori, Al habsyi dsb, bahkan ada yang mencampur-campurkan kata-kata bahasa arab sampai tiga atau empat suku kata kemudian dijadikan nama. alhasil artinya jadi berantakan. realitanya di arab sendiri nama yang setelah AL adalah nama qobilah atau nama nenek moyangnya.


Muslim Indo Lebih Arab Daripada Orang Arab
Muslim Indo Lebih Arab Daripada Orang Arab

4. Sikap orang arab terhadap non muslim dan barat baik-baik saja, tidak ada perlakuan diskriminatif seperti yang dilakukan oleh kaum muslim ekstrim dan radikal indonesia. yang biasanya mengobarkan semangat "Amerika Kafir" .. "Boikot produk Amerika" dan sebagainya.

Kenyataannya orang arab sendiri terutama orang saudi suka sekali dengan produk makanan dan minuman amerika, contohnya pepsi, cocacola, mcdonald dsb. bisa dikatakan itu adalah minuman wajib sehari-hari bagi orang saudi.



5. Banyak muslim Indonesia yang cenderung suka mengenakan pakaian gaya Arab. Mereka mengira pakaian yang mereka pakai itu pakaian Nabi Muhammad SAW.

Padahal, jubah itu bukan pakaian Rasulullah. Abu Jahal pun juga memakai jubah, karena itu pakaian adat (Arab). dan hal itu menegaskan bahwa Kanjeng Nabi sangat menghormati tradisi tempat tinggalnya.

Buktinya beliau memakai pakaian Arab. Nabi tidak membikin pakaian sendiri untuk menunjukkan bahwa dia Rasulullah. dan realitanya sekarang pun banyak orang arab yang sekarang suka memakai pakaian yang bukan jubah seperti setelan jas dan pakaian modern lainnya. untuk lebih jelasnya silahkan baca Apakah Memakai Jubah Itu Sunnah?

Muslim Indo Lebih Arab Daripada Orang Arab
Muslim Indo Lebih Arab Daripada Orang Arab
Gambar diatas adalah contoh bahwa Rakyat Indonesia kurang percaya diri dengan pakaian adatnya, Dalam acara pemilu orang indonesia kok malah pakai jubah? Semestinya yang tepat adalah memakai pakaian adat Indonesia.

6. Banyak pemuda arab yang tidak pandai dalam membaca alqur'an. di universitas-universitas yang terdapat di arab mayoritas mahasiswanya bisa dikatakan buruk dalam materi kuliah alqur'an. pemuda indonesia bisa dikatakan lebih jago membaca alqur'an daripada pemuda arab (terutama saudi).

Dosen pengampu mata kuliah alqur'an di timur tengah biasanya memaklumi hal ini dan memberi nilai lebih pada mahasiswa domestik. untuk lebih jelasnya silahkan tanya sama mahasiswa-mahasiswa indonesia yang kuliah di timur tengah.

Sedangkan di Indonesia banyak sekali orang yang mahir membaca Alqur'an, Pondok-pondok pencetak hafidz qur'an menjamur dimana-mana. Bahkan kemarin waktu "Musa" menang dalam lomba Hafidz Cilik, dia dicium tangannya sama Syaikh Sudais.

7. Setiap kamis sore malam jum'at, mayoritas muslim indonesia banyak yang berziarah qubur di kuburan orang tuanya ataupun kakek neneknya yang sudah meninggal.

Di arab sendiri bisa dikatakan hampir tidak ada orang yang mau ziarah kubur. apalagi sampai rutin tiap malam jum'at. Nah, yang ini orang indonesia lebih islami, Karena memang nabi memerintahkan untuk berziarah kubur.

Ziarah Kubur
Ziarah Kubur


8. Setiap malam jum'at saya banyak mendengar berbagai maulud dan bacaan sholawat di masjid-masjid maupun di musholla-musholla yang ada di indonesia. dan itu memakai pengeras suara. di arab memakai pengeras suara di masjid untuk selain adzan dan iqomah HARAM hukumnya. Mengenai hal ini masih jadi kontroversi apakah ini juga masuk dalam kategori "Arab" atau "Islami" ??

Baca Juga: Jusuf Kalla: Kaset Qur'an Bikin Polusi Suara

mauludan
Mauludan


9. Di indonesia, di masjid-masjid maupun di surau-surau sang muadzin akan menyanyikan sholawat memakai pengeras suara sebelum iqomat atau sholat dimulai. di arab sendiri tidak ada hal yang demikian. Nah, di Arab sendiri tidak ada kayak ginian.

10. Ketika ada orang yang meninggal, di Indonesia biasanya diadakan tahlilan sampai 7 hari dari kematian. faktanya di arab sendiri tidak ada tahlilan. baik hari pertama.

Di arab sendiri ta'ziyahnya hanya sekali dan itu tidak ada tahlilan. cuma mengunjungi keluarga yang ditimpa musibah dan mendoakannya agar tabah dan bersabar.


Tahlilan
Tahlilan


11. Banyak orang islam indonesia yang "awam" suka memutar lagu-lagu berbahasa arab seperti magadir, habibi ya nurul aini.. hamawi ya mis mis dsb.. tidak sedikit diantara mereka yang menganggap bahwa itu adalah sholawat.

Tak jarang saya mendengar lagu-lagu itu di pengajian umum bahkan ada yang nekat memutar lagu itu di masjid. padahal lagu itu di arab sendiri bisa dikategorikan lagu dangdut koplo.

12. Satu hal yang mengindikasikan bahwa kaum muslim indonesia lebih "islami" daripada orang arab adalah berbagai komentar dari orang arab sendiri ketika musim haji.. Muslimin Indonesia adalah kaum muslim yang paling santun dan paling ramah sedunia.

Hal ini dibuktikan dengan kesopanan dan keramahan jamaah haji indonesia sewaktu berinteraksi dengan orang arab disana dan jamaah haji lainnya di seluruh dunia. suatu contoh jika jamaah haji indonesia mau berjalan di depan jamaah haji lain biasanya akan amit-amit dulu (menundukkan punggung dan tangan)

Contoh lainnya adalah ketika jamaah haji indonesia bertemu dengan jamaah haji lainnya.. hal pertama yang dapat dilihat adalah senyuman dari jamaah haji indonesia. bukankah senyuman orang islam untuk orang islam lainnya adalah shodaqoh seperti yang disabdakan oleh baginda nabi Muhammad SAW.


Kesimpulan

Menjadi Muslim berbeda dengan menjadi orang Arab, maka Islamisasi jelas-jelas berbeda dengan Arabisasi. Islam bukan ajaran Arab, walau Al Qur'an berbahasa Arab, dan Nabi Muhammad dari kaum Arab. Islam itu jalan hidup, prinsip hidup. Faktanya, turunnya Islam justru ditentang kaum Arab di masa itu, karena Islam datang mengubah tradisi, keyakinan, kebiasan jahil Arab.

Jadi bisa dikatakan, Arab belum tentu Islam, dan Islam tidak harus Arab. Yang jelas Islam itu pasti berdasar Al Qur'an As Sunnah Ijma' Qiyas dan Qaul Sahabat.

Islam itu ya Islam, tidak perlu ada pandangan "disana Islam Arab, disini Islam Nusantara", ini pandangan yang justru memecah-belah Islam. Islam itu ya Islam, Jangan dikotak-kotakkan menjadi Islam NU, Islam Wahabi, Salafi, Islam HTI, Muhammadiyah dll,

Adapun menjadi Muslim, tidak berarti meninggalkan budaya lokal, bila bertentang dengan Islam tinggalkan, bila tidak ya lanjutkan. Apa standar meninggalkan dan melanjutkan budaya setelah jadi Muslim? Ya aqidah, bila bertentang dengan aqidah, ya harus tinggalkan.

Misalnya seperti budaya membuka aurat, menyembah pohon, ya tinggalkan. Berbeda dengan arsitektur, aneka makanan (halal), ya lanjutkan. Islam masuk ke Cina, arsitektur masjid mirip pagoda, boleh saja, tapi sembahyang leluhur dengan hio, ya ditinggalkan, itu contohnya. Islam masuk ke Indonesia, maka batik tetap lestari, bahkan menyerap nilai Islam, boleh saja, tapi menyembah batu dan patung, dihapus.

Dalam Islam mudah saja, selama tidak dilarang syariat, amalkan saja, namun bila sudah ada larangan syariat, Islam yang diutamakan. Maka dalam Islam, semua produk (fisik atau non-fisik) selain aqidah, boleh saja diadopsi, teknologi juga termasuk "produk non-aqidah". Tapi produk aqidah, selamanya bukan bagian daripada Islam.

Kesimpulannya, belajarlah Islam, kaji terus Islam, jangan berhenti. Jadi Muslim, nggak harus surbanan, nggak harus jubah, yang jelas pikirmu, lisanmu, amalmu, harus berasas Islam. Jangan sampai kebalik, surbanan, sarungan, pecian, jubah, tapi pola pikirmu dan referensimu liberal, jauh dari Kitabullah Sunnah. Lebih bagus batikan, kemejaan, kaosan, celanaan, lalu setiap kamu mikir, lisan, amal, semua ada dalil Kitabullah dan Sunnah.

Semoga bermanfaat.
Next article Next Post
Previous article Previous Post