Innalillahi, Gurun Sahara dan Arab Saudi Memutih akibat Hujan Salju, Ini Penjelasan NASA

Innalillahi, Gurun Sahara dan Arab Saudi Memutih akibat Hujan Salju, Ini Penjelasan NASA

author photo
Innalillahi, Gurun Sahara dan Arab Saudi Memutih akibat Hujan Salju, Ini Penjelasan NASA



Kawasan Gurun Sahara, Aljazair diselimuti salju membuat banyak orang geger.


Sebab seharusnya pada bulan Januari, salju tidak ada di kawasan gurun tersebut.


Soal munculnya fenomena langka tersebut, Nasa memberikan penjelasan.


Dikutip oleh Kabarmakkah.com dari Middle East Monitor, Jumat (22/1/2021), fenomena ini terjadi akibat tekanan tinggi udara denga suhu sangat rendah.


Kemudian terkonsentrasi di wilayah gurun lalu bereaksi dengan tingkat kelembaban yang tinggi hingga menimbulkan salju.


Seorang juru bicara kantor cuaca dan perubahan iklim Inggris menjelaskan cuaca dingin di dataran Eropa yang ada di utara gurun Sahara diduga menjadi penyebab munculnya es.


Gurun Sahara mencakup sebagian besar wilayah Afrika utara dan telah mengalami perubahan suhu serta kelembaban selama beberapa ratus ribu tahun terakhir.


Meski wilayah Sahara sangat kering, peneliti memprediksi dalam waktu 15.000 tahun, Sahara akan kembali hijau.


Tak hanya gurun Sahara, butir-butir es juag terjadi di Ain Sefra yang merupakan gurun di Aljazair.


Suhu di sana bahkan turun hingga minus 3 derajat Celsius pada Rabu (13/1/2021).


Ain Sefra dikenal sebagai The Gateway to the Desert, berada sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut, dikelilingi oleh pegunungan Atlas.


Pemandangan serupa juga terjadi di Arab Saudi.


Warga di kawasan Aseer berbondong-bondong keluar rumah untuk melihat fenomena langka saat padang pasir diselimuti es berwarna putih.


Suhu di Arab Saudi juga turun drastis hingga mencapai minus dua derajat celsius.


Perubahan iklim ini berdampak pada kehidupan, mulai dari bencana kenaikan suhu air laut akibat es di Kutub Utara dan Selatan mencari.


Kemudian kenaikan suhu global hingga muncul gelombang panas dan mengakibatkan kebakaran hutan serta kerusakan habitat makhluk hidup.


Ahli Meteorologi NASA, Lesley Ott mengatakan saat ini telah terlihat bukti adanya perubahan iklim secara drastis yang sebelumnya telah diprediksi.


“Tahun ini telah menjadi contoh yang sangat mencolok tentang bagaimana rasanya hidup di bawah beberapa efek perubahan iklim yang paling parah yang telah kami prediksi,” kata Lesley Ott.


Tanda Kiamat Semakin Mendekat?



Dalam buku ‘Miracles of Al-Qur'an & As-Sunnah’, para ilmuwan menemukan bahwa Arab mengalami tujuh 'periode hujan' selama 30 ribu tahun terakhir, dengan delapan periode kekeringan berada di antaranya. Saat ini adalah 'periode hujan' kedelapan.

Kajian mengenai iklim mengacu pada fakta bahwa Arab akan memasuki 'periode hujan' baru. Pada awal mulanya akan ditandai dengan munculnya es salju di bagian utara Bumi ke arah selatan, yang disertai dengan penurunan suhu yang luar biasa selama musim dingin.

Selama musim hujan, Arab ditutupi dengan padang rumput hijau dan mengalir sungai-sungai, daerah cekungan berubah menjadi danau. Demikian juga dengan tanah di sana, yang semula gersang menjadi banyak kehidupan dan makhluk.

Fakta-fakta ditemukan dalam beberapa dekade terakhir, sedangkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengungkap hal ini sejak sekira 1.400 tahun yang lalu, “Tidak akan tiba hari Kiamat hingga tanah Arab kembali hijau penuh dengan tumbuhan dan sungai-sungai".

Peneliti menemukan fakta-fakta ilmiah dalam beberapa dekade terakhir pada abad ke-20. Peneliti menemukan bahwa dahulu Arab memiliki padang rumput dan sungai. Berdasarkan penelitian mengenai iklim, kemudian Arab akan memiliki sungai dan padang rumput sekali lagi.

Buku ‘Miracles of Al-Qur'an & As-Sunnah’ menjelaskan, Bumi melewati sejarah panjang perubahan siklus iklim yang bisa terjadi secara bertahap maupun tiba-tiba. Sebagai contoh, lebih dari satu setengah abad lalu, para ilmuwan menyadari bahwa Bumi melewati periode glasial yang menutupi tanah, mulai dari salah satu kutub atau keduanya menuju khatulistiwa.

Ilmuwan mengembangkan beberapa teori untuk menjelaskan bagaimana Bumi mengalami siklus glasial. Teori ini didasarkan pada hipotesis bahwa radiasi matahari menurun secara periodik karena perubahan bentuk orbit Bumi mengelilingi matahari dan variasi di tingkat kemiringan sumbunya.

Selama periode glasial yang terjadi di darat, wilayah yang terletak di dekat lintang yang lebih tinggi berubah menjadi gurun es yang tandus di mana tanaman mati dan hewan melarikan diri. Sementara itu, daerah yang terletak di sabuk gurun, yakni dari Mauritania di barat hingga Asia Tengah di timur, berubah menjadi daerah dengan curah hujan tinggi.

Selama siklus hujan ini, semua lembah kering yang tersebar di padang pasir, terbentuk. Dahulu, mereka adalah sungai-sungai yang mengalir. Kemudian, menjadi kering dengan penurunan kuantitas air. Lembah kering tersebut tidak akan pernah bisa terbentuk oleh apa pun, kecuali air yang mengalir.
Next article Next Post
Previous article Previous Post