Mengenal Habib Husein Mutahar, Keturunan Rasulullah Yang Menjadi Pencipta Lagu Hari Merdeka, Syukur dan Himne Pramuka

Mengenal Habib Husein Mutahar, Keturunan Rasulullah Yang Menjadi Pencipta Lagu Hari Merdeka, Syukur dan Himne Pramuka

author photo
Mengenal Habib Husein Mutahar, Keturunan Rasulullah Yang Menjadi Pencipta Lagu Hari Merdeka, Syukur dan Himne Pramuka


Tokoh legendaris H. Mutahar yang dikenal sebagai pencetus pasukan bendera pusaka (Paskibraka) pertama adalah keturunan Rasulullah, Muhammad SAW.

Tokoh dengan nama lengkap Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad al-Mutahar itu akrab dipanggil Sayyid Husein Mutahar atau Habib Husein Mutahar.

“Sayyid” atau “Habib” adalah istilah yang dipakai untuk memanggil seorang lelaki yang berasal keturunan Nabi Muhammad.

Dikutip dari laman Majeliswalisongo, menurut Kyai yang menjadi pengurus ponpes An-Nawawi Berjan, Gebang, Purworejo, KH. Achmad Chalwani, Beliau (Habib Husein) merupakan paman dari ulama besar Semarang, Habib Umar Mutahar.

Mutahar ditugaskan Presiden Soekarno menyusun upacara pengibaran bendera kemerdekaan pertama Indonesia pada 17 Agustus 1946.

Dia juga yang mencetuskan pengibaran bendera dilakukan oleh pemuda-pemudi wakil dari setiap provinsi.

Pada upacara HUT Kemerdekaan pertama RI tersebut, dia menunjuk lima orang pengibar bendera yang berdomisili di Jogja. Lima pengibar bendera merupakan simbol dari Pancasila. Hingga tahun 1967, saat menjabat sebagai Direktur Jenderal urusan Pemuda dan Pramuka pada masa Presiden Soeharto, dia diminta mengonsep tata cara pengibaran bendera dengan lebih matang.

Pria kelahiran Semarang, 5 Agustus 1916 ini lalu membentuk 17 pasukan sebagai pengiring dan pemandu, 8 pasukan sebagai kelompok inti pembawa bendera, dan 45 pasukan sebagai pengawal. Pasukan-pasukan tersebuk adalah simbol hari kemerdekaan Indoensia, 17 Agustus 1945.

Selain berjasa pada dunia Paskibraka, pria yang meninggal pada 9 Juni 2004 silam ini berjasa menyelamatkan sang Merah Putih saat Agresi Militer Belanda II mengepung Gedung Agung, Jogja pada 19 Desember 1948.

Menurut laman Kemdikbud.go.id sebagaimana dikutip Solopos.com, Jumat (18/8/2017), Presiden Soekarno mengutus H. Mutahar untuk membawa bendera pusaka agar terhindar dari sitaan Belanda.

Pria yang memiliki 6 anak angkat laki-laki, dan 2 anak angkat perempuan ini, menyobek bendera mennjadi dua bagian agar tak dikenali Belanda.

Setelah pengungsiannya selama kurang lebih satu tahun di Bangka, pada pertengahan Juni 1949, dia menjahit bendera pusaka untuk dikembalikan pada Presiden Soekarno dan dikibarkan pada upacara peringatan kemerdekaan ke-4 di Gedung Agung, Yogyakarta.

Tak sampai di situ, Pria yang menguasai enam bahasa ini juga berjasa menciptakan lagu-lagu kebangsaan, diantaranya Hari Merdeka, Hymne Indonesiaku dan Dirgahayu Indonesiaku.

Mengutip dari laman Wikipedia, Sayyid Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad al-Muthahar atau yang lebih dikenal dengan nama H. Mutahar (lahir di Semarang, Jawa Tengah, 5 Agustus 1916 – meninggal di Jakarta, 9 Juni 2004 pada umur 87 tahun), adalah tokoh negarawan dalam masa-masa awal kemerdekaan Indonesia.

Namanya paling dikenal sebagai seorang komponis musik Indonesia, terutama untuk kategori lagu kebangsaan dan kepanduan.

Lagu ciptaannya yang populer adalah hymne Syukur (diperkenalkan Januari 1945) dan mars Hari Merdeka (1946).  Karya terakhirnya, Dirgahayu Indonesiaku , menjadi lagu resmi ulang tahun ke-50 Kemerdekaan Indonesia. Lagu kepanduan ciptaannya, antara lain "Gembira", "Tepuk Tangan Silang-silang", "Mari Tepuk", "Slamatlah", "Jangan Putus Asa", "Saat Berpisah", dan "Hymne Pramuka".
Next article Next Post
Previous article Previous Post