Kisah 3 Kakak-Beradik Yatim Piatu Yang Hidup Berharap dari Bantuan

Kisah 3 Kakak-Beradik Yatim Piatu Yang Hidup Berharap dari Bantuan

author photo
Kisah 3 Kakak-Beradik Yatim Piatu Yang Hidup Berharap dari Bantuan


Dilah Saputra(16), Nur Aida(11) dan Muhamad Ramadani(5) adalah tiga anak yatim piatu yang berdomisili di RT 5/RW 8, Flamboyan Bawah, Kelurahan Pahandut, Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah.

Tiga saudara kandung ini sudah empat tahun ditinggalkan orang tuanya. Saat itu Dilah masih sekitar 12 tahun, Aida sekitar 7 tahun, dan Adan baru berumur 1 tahun.

“Ibu meninggal tahun 2016 karena sakit,” kisah remaja 16 tahun tersebut tanpa memberitahukan sakit yang dialami ibunya.

Setelah ibunya tiada, Dilah dan kedua adiknya masih memiliki ayah yang hanya bekerja serabutan. Akan tetapi ketika ayah jatuh sakit, mimpi untuk terus bersekolah pupus. Ia rela untuk tidak bersekolah demi merawat dan menjaga ayahnya. Beberapa saat bergelut dengan sakit, akhirnya ayahnya meninggal dunia.

“Saat ayah sakit saya masih kelas 5 SD. Saat itu saya tidak izin ke sekolah karena rawat dan jaga ayah serta kedua adik saya yang masih kecil. Akhirnya ayah meninggal,” kisahnya yang kala itu masih punya niat bersekolah.

Kepergian kedua orang tua tentu sangat menyayat hati bagi siapa pun termasuk Dilah dan kedua adiknya. Sebagai anak sulung, Dilah harus bertanggung jawab untuk menghidupi kedua adiknya yakni Aida dan Adan yang masih kecil.

Muhamad Ramadani berusia 5 tahun saat duduk di pintu kontrakan sambil mengeluh lapar.

Sadar sebagai tulang punggung keluarga, remaja ini pernah memutuskan untuk bekerja pada salah satu perusahaan kecil di Kota Palangka Raya meski belum cukup umur. Saat bekerja ia diupah Rp 500 ribu sebulan.

“Awal-awal ayah dan ibu sudah tidak ada saya pernah kerja di Rajawali. Waktu itu saya membawa serta adik saya yang bungsu ke tempat kerja. Akan tetapi karena adiknya sering nakal akhirnya saya putuskan untuk berhenti kerja dan hanya merawat kedua adik saya,” ujarnya.

Setelah tidak bekerja lagi, Dilah hanya hidup dari sejumlah bantuan yang diberikan. Ada bantuan dari para tetangga berupa makanan. Ada juga bantuan dari pemerintah serta dari pamannya yang tinggal berdekatan.

“Kalau bantuan dari pemerintah untuk kami bertiga ada berupa sembako. Ada juga waktu adik bungsu masih kecil sering dirawat oleh mereka. Kalau untuk adik yang kedua di sekolah kadang diberikan buku-buku dan lain sebagainya,” ujarnya.

“Kalau untuk makan minum dan lain sebagainya biasanya dari paman dan juga para tetangga lainnya,” tambahnya sedih.

Sementara itu, berkaitan dengan biaya kontrakan, Dilah mengaku jujur bahwa sejak tahun 2019 lalu mereka tidak membayar kontrakan bulanan. Hal ini karena pemilik kontrakan pernah meminjam duit mereka yang diperoleh dari hasil bantuan dan juga pemberian dari pamannya.

“Dari tahun 2019 kebetulan yang punya kontrakan meminjam duit kami 8 juta sehingga kami tidak bayar. Nanti kalau dia sudah bayar kembali duit kami baru kami minggat atau seperti apa. Sistemnya gadai,” ujar pria tersebut tanpa menyebutkan nama pemilik kontrakan.

Berbagai bantuan dari berbagai pihak sangat mereka syukuri. Dilah sebagai anak tertua mengaku berpikir keras untuk bisa mewujudkan hidup sukses bersama adik-adiknya kelak agar bisa mengubah hidup menjadi lebih baik.

“Kami sangat berterima kasih karena selama ini ada banyak orang yang mau membantu termasuk pak Gubernur. Saya semacam tidak bisa bersuara ketika melihat keprihatinan banyak orang ke kami bertiga. Semoga semuanya diberikan berkat berlimpah dan selalu diberikan rejeki,” ujarnya.

Sekadar informasi, pada momentum lebaran seperti saat ini ketiga yatim piatu yang berdomisili di daerah Flamboyan Bawah, Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah ini hanya bisa menjenguk makam ayah dan ibunya.

Hidup serba berkekurangan tidak bisa membuat mereka berkhayal banyak untuk membelanjakan sesuatu sebagaimana anak lainnya.

Saat salah satu dari ketiga anak yatim piatu tersebut sedang berada di bangku Sekolah Dasar. Ia bertekad terus bersekolah meskipun banyak kendala yang dihadapi.

Bagi kakaknya pendidikan Selain Aida, ada juga Adan yang saat ini berusia 5 tahun. Ia sebentar lagi akan masuk TK. Untuk biayanya akan disokong oleh pamannya yang tinggal berhadapan kontrakan dengan mereka.

Sumber: KUMPARAN
Next article Next Post
Previous article Previous Post