Kisah Haru di Balik Perjalanan Suami Istri Asal Malang yang Umroh Dengan Sepeda Pancal

Kisah Haru di Balik Perjalanan Suami Istri Asal Malang yang Umroh Dengan Sepeda Pancal

author photo
Kisah Haru di Balik Perjalanan Suami Istri Asal Malang yang Umroh Dengan Sepeda Pancal


Melaksanakan ibadah umroh memang menjadi suatu hal yang sangat didambakan bagi setiap umat Islam di seluruh dunia. Tentu saja, caranya berbeda-beda. Tergantung dari kesiapan fisik dan keuangan.

Namun, sebuah cara yang berbeda ditempuh oleh pasangan suami istri asal Malang yang bernama Hakam Mabruri dan Rofingatul Islamiah. Tentu saja, aksi umroh naik sepeda ini termasuk tak biasa sekaligus menantang.

Bagi Hakam dan istrinya, Ini bukanlah sekedar wisata rohani semata. Lebih dari itu, ada banyak makna dan pesan yang terselip di setiap kayuhan roda sepedanya.

Selama perjalanan, Hakam dan sang istri kerap menemui berbagai kendala. Namun, kesemua hal tersebut justru menjadi pemacu semangatnya hingga sukses mencapai Mekkah di Arab Saudi. Seperti apa kisah harunya? Simak ulasan berikut.

Siapkan sepeda khusus untuk perjalanan panjang

Bersepeda, rupanya telah menjadi bagian hidup dari seorang Hakam Mabruri. Oleh karena itu, dirinya pun merencanakan berangkat dengan mengayuh sepeda pancal.



Setelah berhasil meyakinkan sang istri yang juga hobi berpetualang, pria lulusan ilmu pertanian tersebut kemudian mengirimkan desain khusus berupa rancangan sepeda kepada sebuah pabrik. Langkah dan niat Kedua pasangan suami istri ini didukung penuh oleh berbagai LSM dan masyarakat. Tak lama, sepeda dengan dua kursi plus pedal dan pengangkut barang telah selesai dan siap untuk digunakan.

Andalkan teknologi dan menyiapkan strategi khusus

Karena bakal singgah di sebuah negeri asing, Hakam dan sang istri harus benar-benar mempersiapkan diri untuk menyesuaikan diri dengan kultur budaya yang berbeda. Ia juga melatih diri dengan menggunakan teknologi Global Positioning System (GPS) dan navigasi dari Google Maps. Ia juga mempelajari teknik memperbaiki sepeda jika rusak dan memasak makanan.

Perjalanan panjang melintasi berbagai negara

Perjalanan panjang Hakam dan sang istri, dimulai dari Malang menuju Jakarta. Dari sana, keduanya pun menyeberang Malaysia, Thailand, Myanmar dan India. Bahkan untuk menhindari konflik dari negara-negara Timur Tengah yang tengah bertikai, Hakam memutar rute menuju ke Yordania hingga mencapai India.

Perjalanan kemudian dilanjutkan kembali ke Mesir dan akhirnya sampai di Arab Saudi. Keduanya, menggunakan tenda untuk bermalam, memasak makanan sendiri dan menggunakan penyaring air untuk minum.

Sempat ditipu dan merasakan hidup bersama penduduk setempat

Saat tiba di India, Hakam dan sang istri sempat ditipu dan kehilangan uang sebesar $ 1000. Namun, hal tersebut tak menyurutkan tekadnya untuk tetap bertualang. Sang istri bahkan rela kehilangan 5 kg berat badannya karena harus beradaptasi dengan makanan setempat.

Tak jarang, Hakam juga kerap mendapatkan bantuan dari penduduk lokal. Terutama jika ia hendak memeriksa kondisi sepedanya seperti mengganti ban dan memperbaiki rantai. Keduanya bahkan sempat merasakan Idul Fitri di India. kemudian, pergi ke Amman, Yordania, dan merayakan Idul Adha di sana.

Filosofi dan makna dari perjalanan spiritualnya menggunakan sepeda

Selama perjalanan, Hakam dan sang istri merasakan banyak momen yang membuat keduanya senatiasa bersyukur. Sepeda yang ia gunakan, melambangkan harmoni dalam kehidupan pernikahan. Yakni, untuk mendorong roda kehidupan ke depan, pria dan istri harus membuat banyak kompromi dan penyesuaian. Dirinya yang duduk di depan dan tempat belakang untuk sang belahan jiwa, merupakan gambaran peran seorang imam, seperti yang diajarkan oleh Islam.

”Sepeda mengajarkan orang bagaimana dengan lancar menavigasi melalui pasang surut dalam kehidupan. Untuk naik ke atas mereka perlu bekerja lebih keras dan saat turun mereka harus menjaga segala sesuatu terkendali. Filosofi ini juga bisa diterapkan untuk menghadapi tantangan hidup,” katanya yang dilansir dari Saudi Gazette.

Keberhasilan Hakam bersama sang istri mencapai Mekkah dengan bersepeda, tentu menjadi prestasi tersendiri. Peristiwa bersejarah tersebut, seolah mengukuhkan anggapan. Bahwa sebuah niat dan cita-cita, bisa diraih dengan mudah lewat perjuangan dan kerja keras yang melelahkan. (Boombastis)
Next article Next Post
Previous article Previous Post