Dikira Hajjah, Eh Ternyata Haji

Dikira Hajjah, Eh Ternyata Haji

author photo
Dikira Hajjah, Eh Ternyata Haji


Salah seorang petugas haji yang tengah mengurusi jamaah di Bandara King Abdulaziz mendapati pemandangan ganjil di Plaza Gate D, Senin (6/8) sore itu. Nampak seorang jamaah mengenakan tunik batik namun rambutnya tak ia tutupi. Warna oranye menyala dan dibiarkan agak panjang di bagian atas.

Sang petugas mendatangi dan coba mengingatkan. “Bu hajjah, kalau mau ganti ihram kamar mandi perempuan ada di sebelah sana,” kata dia kepada sang jamaah.

Namun, begitu sang jamaah membalik muka ke hadapannya, ia tersentak. “Eh, maaf, pak. Iya, kalau laki-laki ganti ihramnya di sini saja,” kata petugas itu salah tingkah.

Akhirnya, jadilah jamaah bersangkutan berganti pakaian ihram dua lembar kain tak berjahit di lokasi tersebut. Bedanya dengan jamaah laki-laki lain, jamaah yang kemudian mengaku bernama Haji Ari bin Hadi (50 tahun) tersebut melingkarkan dengan lekat sebagian kain ihram bagian atas ke dadanya?

Jamaah ini pun punya cerita unik. Apakah itu? Haji Ari yang mendaftar haji di Kolaka, Sulawesi Tenggara, tanpa ragu mengatakan golongannya.

“Iya, golongan saya memang disebut waria,” kata dia saat ditemui di Bandara King Abdulaziz saat sedang mengantre menuju bus.

Wajahnya masih penuh bedak saat itu. Bibirnya pun bergincu. Serupa juga foto besar yang ia gunakan sebagai penanda koper. Ada wajah seorang pria dengan peci hitam namun berbedak tebal di situ.

Ia mengatakan, pergi naik haji dengan hasil membuka usaha salon rambut dan kecantikan serta rias pengantin di Soppeng, Sulawesi Selatan. Di Sulawesi Selatan, ada adat istiadat lama soal keberadaan para bissu. Transgender kultural ini ditugasi dalam upacara-upacara adat. Namun Haji Ari mengatakan, ia bukan bagian dari kelompok tersebut.

Tak hanya itu, ada alasan mengapa ia meminta dipanggil Haji Ari. Tahun ini ternyata bukan pertama kalinya ia ke Tanah Suci.

“Saya sudah empat kali ke sini,” kata dia mantap.

Haji Ari tak menjelaskan berapa banyak dari kesempatan itu ia berhaji atau sekadar berumrah. Tak ada rekan-rekan serombongannya di Kloter 24 Embarkasi Makassar yang bisa mengonfirmasi kebenaran klaim Haji Ari. Agaknya ia memang mendaftar di wilayah yang tak sehari-hari ia tinggali.

Bagaimanapun, hari itu Haji Ari membuat banyak mata menoleh.

“Siapa dia?” tanya para petugas Arab Saudi yang keheranan dengan sosok Haji Ari.

Petugas Daker Bandara PPIH Arab Saudi pun kebingungan menjawab. Mereka hanya bisa memikirkan kata-kata Arab yang menggambarkan golongan Haji Ari terlepas dari rerupa konsekuensi fikihnya. “Khunsa...khunsa…”.

Tak memedulikan bisik-bisik di sekitar, Haji Ari melangkah gemulai menuju bus. Bersama rombongannya menuju Kota Suci Makkah.
Next article Next Post
Previous article Previous Post