Haram Bagi Suami Untuk Mencari-cari Aib Istrinya

Haram Bagi Suami Untuk Mencari-cari Aib Istrinya

author photo
Haram Bagi Suami Untuk Mencari-cari Aib Istrinya


Dalam sebuah hadits riwayat Imam al Bukhari dan Muslim, Rasulullah Shallallahualaihi wasalam melarang laki-laki yang bepergian dalam waktu yang lama, pulang menemui keluarganya di waktu malam. Hal itu karena dikhawatirkan laki-laki tersebut akan mendapati berbagai kekurangan dan cela istrinya.

Dan barangsiapa mencari-cari aib saudara sesama muslim, Allah akan mencari-cari aibnya. Barangsiapa dicari aibnya oleh Allah, niscaya Allah akan membongkarnya walaupun dia berada di ruang tersembunyi dalam rumahnya.

Dan ingatlah sabda Rasulullah shalallahualaihi wasalam,

"Janganlah seorang suami yang beriman membenci istrinya yang beriman. Jika dia tidak menyukai satu akhlak darinya, dia pasti meridhai akhlak lain darinya." (HR Muslim)

"Dan orang orang yang menuduh istri mereka berzina, padahal mereka tidak mempunyai saksi saksi selain diri mereka sendiri, maka kesaksian satu orang dari mereka adalah bersumpah empat kalli dengan nama Allah bahwa sesungguhnya dia adalah termasuk orang orang yang benar (dalam tuduhannya) dan kelima kalinya (ia mengucapkan) bahwa laknat Allah akan menimpa dirinya jika ternyata ia tergolong orang orang yang berdusta." (QS An-Nuur:6-7)

Ayat tersebut memberi ketentuan untuk melindungi istri dari tuduhan suami. Karena tuduhan itu dapat merusak kehormatan dan harga diri istri. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengaturan ketat agar suami tidak sembarangan menuduh istrinya berzina tanpa bukti yang dipertanggung jawabkan menurut syariat Islam.

Dari muawiyah Al-Qusrayiri, ia berkata: "Saya pernah datang kepada Rasulullah." Ia berkata lagi: "Saya lalu bertanya: Ya Rasulullah, apa saja yang engkau perintahkan (untuk kami perbuat) terhadap istri-istri kami?' Beliau bersabda: janganlah kalian memukul dan janganlah kalian menjelek-jelekan mereka'." (HR Abu Dawud)

Rasulullah melarang para suami menjelek jelekan atau merendahkan martabat istri. Suami dilarang menggunakan kata yang bernada merendahkan dan menghina martabat istri baik di hadapannya maupun dihadapan orang lain. Walaupun istri berasal dari keluarga yang lebih rendah status ekonominya dibanding dirinya.

Hendaknya seorang suami bersabar dan menahan diri dari kekurangan yang ada pada istrinya, juga ketika istri tidak melaksanakan kewajibannya dangan benar. Rasulullah shalallahualaihi wasalam bersabda,

"Bersikap baiklah kepada para istri. Karena mereka tercipta dari tulang rusuk. Dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atas. Jika kamu hendak meluruskannya niscaya kamu akan mematahkannya. Dan jika kamu biarkan maka dia akan tetap bengkok. Maka bersikap baiklah kepada para istri." (Muttafaqunalaih)

Hadits ini memiliki pelajaran yang sangat agung, diantaranya; meluruskan bengkoknya istri harus dengan lembut sehingga tidak mematahkannya, namun juga tidak dibiarkan saja, karena jika dibiarkan, dia tetap bengkok. Apalagi jika bengkoknya itu bisa menjalar menjadi kemaksiatan atau kemunkaran.

Usahakan berkomunikasi dengan lembut dan penuh kesabaran pada suami. Biasanya, masalah banyak muncul karena masalah komunikasi.

___

Suamiku tercinta.

Aku bersyukur kepada Allah atas pernikahan ini, atas rahmatnya yang mengirim engkau untuk menjadi pangeranku. Aku berdoa kepada Allah seraya berkhusnudzon kepada ayahku; sebagai bakti kepadanya; yang menyetujui kamu sebagai suamiku meski aku tak begitu mengenal siapa dirimu. Aku berlindung kepada Allah atas niat yang buruk, atas rencana yang jahat dan atas segala keburukan dari sebuah peristiwa. Aku berserah diri kepada Allah atas pilihanku dan bertawakal kepadaNYA

Suamiku sayang,

Aku yakin engkau suami sholeh yang dikirim oleh Allah untukku, Aku yakin kepadamu karena engkau adalah pilihan ayahku dan jawaban dari istikharahku. Aku berharap pernikahan ini adalah pernikahan ku satu-satunya dan engkau adalah suami dunia akheratku. Jika aku tidak sempurna dimatamu, ku minta tunjukan padaku bagaimana cara menjadi istri sempurna, apapun aku lakukan untukmu, asal tidak melanggar syariat yang dibenarkan.

Suamiku sayang,

Ketika ayahku menyetujui aku menikah denganmu, sebenarnya aku kasihan kepadamu, sebab engkau belumlah sekuat ayahku dan setegar dirinya dalam menghadapi sikap dan tingkah lakuku, engkau bagiku seperti pemuda nekat yang datang berjuang dengan tangan kosong tapi aku yakin, ketulusanmu dan kesucian niatmu semoga membuat ridha Allah mengaliri pernikahan kita.

Suamiku sayang,

Sebagaimana sabda nabi bahwa kaum wanita seperti tulang rusuk yang bengkok, maka jika engkau ingin meluruskan aku, luruskanlah dengan kasih sayang dan dalam kondisi yang nyaman, karena jika engkau meluruskan aku dalam kondisi emosi dan tidak nyaman, aku tak yakin bahwa Allah akan membantumu melaksanakan maksudmu, bahkan engkau akan menderita karena hal itu.

Suamiku,

Perlu engkau ketahui, sebagaimana atsar dari Aisyah yang menyatakan bahwa perkawinan itu ibarat perbudakan bagi kaum perempuan, maka seyogyanya para wali mencarikan suami yang benar untuk anak atau saudara perempuannya. Maka jika bagimu kau inginkan pernikahan seperti itu, maka aku rela melakukannya, asal engkau bisa membantuku mengangkat derajatku ketempat yang lebih tinggi, agar aku bisa layak masuk syurga karenanya, bukankah dalam islam sangat mudah bagi wanita memperoleh tiket ke syurga, ia hanya butuh ridha Allah dan ridha suaminya.

Suamiku,

Aku ingin bercerita kepadamu tentang kemuliaan suatu niat, terutama niat dalam sebuah pernikahan, dimana pernikahan itu akan berkah atau tidaknya tergantung niat awal dari masing-masing pasangan.

Pernahkah engkau mendengar kisah tentang Ummu Sulaim? sahabat wanita yang dimasa hidupnya telah dijamin oleh Allah masuk syurga, engkau pasti pernah mendengarnya, kalaupun lupa aku akan mengingatkannya tentang itu.

Ummu Sulaim, seorang sahabat wanita yang maharnya merupakan mahar terindah sepanjang sejarah, maharnya adalah syahadat suaminya meskipun suaminya sebelum itu; ingin memberikan segudang emas dan perak jika ia mau menikah dengannya, tetapi semua ditolaknya. Ia hanya menginginkan keislaman suaminya.

Dari niat yang tulus dan benar itu, melahirkan rumah tangga yang kuat dan dipenuhi keberkahan, keduanya saling menjaga agar senantiasa keluarga mereka dipenuhi keimanan. Suatu ketika anak bungsu mereka meninggal dunia, malamnya suaminya Abu Thalhah baru saja pulang berdagang, tahukan engkau bagaimana ummu sulaim menenangkan suaminya, dijamunya suaminya dengan makanan yang nikmat, serta diberinya pelayanan yang menenangkan jiwa dan raga suaminya, setelah selesai diajaknya suaminya berdialog tentang amanat atau titipan yang harus dikembalikan jika sang empunya mengambilnya kembali.

Tahukah kamu suamiku,

Rasulullah pun mendoakan semoga mereka mendapat ganti keturunan yang lebih baik, dan benar saja, kelak benih yang tertanam malam itu melahirkan anak-anak para penghafal alquran dari generasi tabiin.

Suamiku,

Dari kisah ummu sulaim tadi, aku hanya menginginkan aku dan kamu meluruskan niat pernikahan ini, semoga dengan lurusnya niat kita, memudahkan langkah-langkah kita ke depannya.

Suamiku,

Jika engkau menginginkan seorang istri yang sholehah, ketahuilah aku bukanlah orang yang engkau maksud, justru aku ingin engkau membimbingku menjadi istri yang shalehah, aku tak mau menjadi istri seperti istri nabi Nuh atau nabi Luth, yang mempunyai suami sholeh, tetapi kesalehan suaminya tidak membawanya kepada kebaikan sama sekali.

Suamiku,

Ketika aku menyerahkan kemudi hidupku kepadamu, itu artinya adalah bahwa engkau menjadi pemimpin bagiku, dan bagi anak-anak kita nanti. Jadilah pemimpin yang baik dan adillah terhadap orang yang kamu pimpin. Berhasil atau tidaknya keluarga ini, selamat atau tidaknya bahtera keluarga kita, tergantung kepada dirimu sebagai nahkoda, aku sebagai istri hanya merupakan penumpang yang membantumu menavigasi arah perahu kita, tidak lebih dari itu.

Suamiku inilah yang bisa aku sampaikan kepada mu, tidak ada yang aku inginkan dari pernikahan ini melainkan kebaikan saja, siapapun dirimu, lebih atau kurangnya kamu, aku tak akan melihatnya, keberkahanlah yang aku inginkan dari pernikahan ini. Jika nanti engkau melihat banyak kekurangan pada diriku, itulah aku sebagai manusia biasa yang penuh salah dan dosa, dan jika nanti engkau melihat banyak kelebihan pada diriku, maka bersyukurlah kepada Allah atas nikmat yang diberikan kepadamu, semoga engkau tidak salah memilih aku sebagai pendamping mu.
Salam hormat dan takzim untuk suamiku,

Dari istrimu
Next article Next Post
Previous article Previous Post