Pria Ini Akhirnya Benar-benar Taubat Setelah Kepalanya Terjebak Dalam Rok Seorang Wanita

Pria Ini Akhirnya Benar-benar Taubat Setelah Kepalanya Terjebak Dalam Rok Seorang Wanita

author photo
Sering kita mendengar cerita bahwa banyak sekali jamaah haji atau jamaah umroh yang mengalami pembalasan atas perbuatan buruknya (atau perbuatan baiknya) kala di tanah air.

Pria Ini Akhirnya Benar-benar Taubat Setelah Kepalanya Terjebak Dalam Rok Seorang Wanita
Ilustrasi


Contohnya ada orang yang waktu di tanah air suka menghujat orang, tahu-tahu di tanah suci mulutnya jadi mencong-mencong. Kisah nyata ada orang yang mendadak gila dan selalu menghitung batu dengan bilang bahwa itu uang, sebab dia di tanah air adalah seorang rentenir. Alkisah ada orang yang tidak bisa melihat ka'bah padahal dia sedang di area Mathaf (tempat thowaf). Kisah nyata tentang orang yang selalu tersandung setiap jalan dan bilang kok banyak batu padahal dia sedang di Masjidil Haram, dan sebagainya.

Beragam kisah yang disebutkan diatas itu adalah kisah nyata akibat perbuatan negatif. Ada juga kisah nyata yang menceritakan hal positif, semisal bagaimana seseorang yang sangat ingin mencium hajar aswad, dia serasa ditolong entah siapa, sepertinya malaikat yang datang dan beralih rupa, memudahkan jalan baginya, sementara keadaan berdesak-desakan. (ini biasanya kisahnya para artis yang baru pertama kali ke tanah suci)

Nah, kali ini ada kisah nyata yang unik, Diceritakan oleh salah satu pembimbing haji travel terkemuka di tanah air, tentang seorang Pria Yang Akhirnya Benar-benar Taubat Setelah Kepalanya Terjebak Dalam Rok Seorang Wanita Di Depan Ka'bah.

Banyak sekali dosa-dosa yang telah ia lakukan selama ini, selain suka main dengan wanita nakal, Pria ini ternyata juga menjadi seorang pejabat yang dzalim di daerahnya.

Saat sedang berhaji di Makkah dia sangat menyesali segala perbuatan buruknya, dia niat bertaubat sungguh-sungguh dan ingin mengembalikan hak rakyat yang dia ambil.

Ketika di depan Ka'bah, dia meratap-ratap pilu, menangis, dan bersujud lama, segala rupa macam doa dia baca dan dia rapal.

Namun ketika bangun dari sujudnya, mendadak dunia berubah! Jadi gelap, pengap, dan bau!

Bukan main takutnya sang koruptor tadi. Makin kencang lah tangisnya dan semakin takut dia. Berjuta-juta sesal keluar dari seluruh hatinya. Sujud makin panjang.

Dan setelah merasa lama dan hatinya lega dengan tangisan, dengan agak takut dia bangkit kembali. Pelan-pelan dibukanya matanya. Seketika dunia telah kembali seperti sedia kala. Terang benderang, Masjidil Haram dengan Ka'bah nan agung terlihat begitu indahnya, tak terperi kegembiraan pak koruptor tadi.

Padahal, tadi saat dunia berubah mendadak gelap, sebenarnya tanpa dia sadari, kala dia bangkit dari sujud pertama, dia masuk dalam rok seorang wanita Afrika yang sedang lewat di depannya.

Kisah nyata yang unik ini akhirnya membuatnya taubat, meskipun cuma masuk roknya seorang wanita Afrika bertubuh tinggi dan besar.

Namun yang menjadi catatan, apakah bertaubat, berbuat baik, merenungi segala dosa itu saat hanya sedang berada di tempat yang suci saja? Memang momennya bagus, tetapi tidak seharusnya seperti itu.

Begitu juga, masa' berbuat baik, merubah penampilan jadi lebih shalih hanya semisal pada bulan puasa saja? Atau hari-hari besar Islam? Ini sangat jamak kita temukan di dunia selebriti.

Lantas setelah itu, setelah keluar dari bulan puasa, atau sekembali dari Mekkah, kebiasaannya yang kurang baik, penampilannya yang mengumbar aurat, itu balik lagi. Sangat disayangkan sebab pertanda bahwa ibadah yang dilakukannya itu tidak berefek positif pada pelakunya.

Sebab ibadah yang diterima oleh Allah, bukan sekedar penggugur kewajiban, adalah ibadah yang memberikan dampak positif pada pelakunya. Andai semisal kita kok sehabis ibadah tingkat ketakwaan kita biasa-biasa saja, atau malah kelakuan kita semakin porak poranda, maka kita harus tahu bahwa ibadah kita tidak berefek apa-apa. Mesti menata niat.

Kadang aku pribadi sendiri heran. Kenapa seseorang yang melakukan perampasan terhadap hak rakyat, makan dengan rakus uang mereka, saat terkuak kasusnya buru-buru balik berbuat baik? Dan itu mesti dengan jauh-jauh ke tanah suci?

Seharusnya sebelum terbongkar, saat masih ditutupi Allah, dan saat dia sadar perbuatannya itu salah, segera bergegas membenahi kesalahannya dan mengembalikan sesuatu yang bukan haknya. Dan tidak harus ke tanah suci, tapi taubatlah di tempat.

Lalu apa faedahnya dia jauh-jauh ke Mekkah, menemui orang-orang sholih meminta doa agar permasalahannya di-clear-kan setelah perbuatan buruknya, atau persekongkolannya terbongkar dan ditelanjangi di depan rakyat?

Hanya itu pikiran sederhanaku saat bersalaman dengan salah satu ketua partai besar yang terlihat linglung sebab banyaknya kasus yang menimpa dia, padahal pak ketua ini terkenal dengan kecerdasan dan kecemerlangan karirnya saat masih mahasiswa. Apa entah karena "keluguannya" di dunia politik sehingga dimanfaatkan oleh teman-temannya, atau memang karena kerakusannya.

Satu pelajaran juga, bukti bahwa latar belakang seseorang yang sangat berkesan religius tidak selalu menjamin bahwa dia akan baik, selama tidak ada perlindungan Allah di sana.

Baca Juga: Pembimbing Haji Bingung Temannya Jalan Jinjit Di Depan Ka'bah, Ternyata Dia lakukan Ini Sebelum Ke Mekkah

Sebab apapun keadaan kita, perhitungan adalah tetap pada bagaimana akhir kita nanti. Bukan pada kita ini siapa, dari keluarga apa, belajarnya apa, kontribusinya apa. Tapi pada akhir yang baik, husnul khatimah, atau sebaliknya, Naudzu billah min dzalik.

Next article Next Post
Previous article Previous Post