Jangan Malu Menagih Hutang, Ini Anjuran Hadits Nabi

Jangan Malu Menagih Hutang, Ini Anjuran Hadits Nabi

author photo
Jika ada orang yang belum membayar utang, apa yang biasanya Anda lakukan? Banyak dari kita membiarkannya, sambil menggerutu dalam hati.

Ya, mereka menggerutu karena orang yang berhutang belum saja bayar. Padahal, dari pada menggerutu, lebih baik langsung tagih saja. Namun sayang, banyak orang malu jika harus menagih utang.

Jangan Malu Menagih Hutang, Ini Anjuran Hadits Nabi


Tahukah Anda, bahwa menagih utang merupakan kewajiban. Mengapa? Sebab, boleh jadi orang yang berutang lupa terhadap utangnya. Dan Anda sebagai pemberi utang, wajib untuk mencatat utangnya.

Tentunya, ada waktu yang telah disepakati dalam pelunasan utang. Jika pada waktu yang telah ditentukan itu masih saja belum terlunasi, maka Anda jangan hanya menggerutu atau malah berdiam diri saja.

Karena dengan menagih utang, maka Anda telah membantu orang yang berutang itu dalam menunaikan kewajibannya.

Sejatinya, orang yang berutang memiliki tanggungjawab yang berat. Jika utang belum dilunasi hingga ajal menghampiri, maka itu akan menjadi penghalang bagi dirinya.

Sebagaimana dijelaskan dalam sabda Rasulullah, “Roh seorang mukmin yang meninggal dunia akan terus menggantung di dunia selama utangnnya belum dilunasi,” (HR. Tirmidzi)

Dalam menagih utang, Anda bisa melakukannya dengan cara yang baik. Sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah,

“Jika yang punya utang mempunyai iktikad baik, maka hendaknya menagih dengan sikap yang lembut penuh maaf. Boleh menyuruh orang lain untuk menagih utang, tetapi terlebih dulu diberi nasihat agar bersikap baik, lembut dan penuh pemaaf kepada orang yang akan ditagih,” (HR. Bukhari)

Kita pun harus ingat bahwa, “Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan kasih sayang-Nya kepada orang yang bermurah hati ketika menagih utang,” (HR. Bukhari).

Bahkan, sangat baik kalau kemudian mengikhlaskanya dan menyedekahkannya. Karena menyedekahkan utang terhadap orang yang menemui kesulitan atau kesukaran mengembalikannya, itu lebih baik. Sebagaimana Allah berfirman,

“Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui,” (QS. Al-Baqarah: 280).

Jika diperlukan, Anda juga boleh menagih dengan agak “keras”. Sebagaimana hadis dari Abu Hurairah, “Seseorang menagih utang kepada Rasulullah, sampai dia mengucapkan kata-kata pedas.

Maka para sahabat hendak memukulnya, maka Nabi berkata, ‘Biarkan dia. Sesungguhnya si empunya hak, berhak berucap. Belikan untuknya unta, kemudian serahkan kepadanya.’

Mereka (para sahabat) berkata, ‘Kami tidak mendapatkan, kecuali yang lebih bagus dan untanya.’ Nabi bersabda, ‘Belikan untuknya, kemudian berikan kepadanya.’ Sesungguhnya sebaik-baik kalian ialah yang paling baik dalam pelunasan utang,” (HR. Bukhari).

Jadi, jangan sampai Anda membiarkan orang lain lalai dalam membayar utangnya. Ingatkan dia terhadap utangnya dengan menagihnya. Jika orang yang berutang belum atau tidak mampu membayar utang, maka alangkah lebih baik bagi Anda untuk melunasinya.

Tapi, jika orang yang berutang itu mampu namun enggan membayar utang, maka Anda bisa menagihnya dengan agak keras, semata-mata agar ia mau memenuhi kewajibannya.


Next article Next Post
Previous article Previous Post