Di Masjid Nabawi kaum muslimin berlomba-lomba bersedekah. Inilah Masjid Nabawi, layaknya pelabuhan dan tempat bersandar semua hati.
Namanya Abdullah, Dengan bahagia dan wajah ramah bocah berusia 10 tahun ini menyambut semua orang yang masuk Masjid Nabawi tepat di pintu utama, Gate 21,22.
Di tangan Abdullah saya tak bisa mengelak, dia menjabat erat tangan saya, bahkan sekedar memasukkan sandal ke tas saja sulit. Setelah saya menolak ajakan banyak orang untuk berbuka, habislah saya di tangan si Abdullah ini.
Saya terpaksa kembali masuk ke Masjid Nabawi, awalnya saya ingin mencari buka di halaman, karena di halaman masjid nabawi menunya lebih bermacam-macam, mulai nasi kebuli, daging, susu yoghurt, juice, dan aneka buah.
Berbeda dengan di dalam masjid, semua yang mengandung kuah dan nasi tidak boleh dibawa masuk. Menunya, kurma , Yogurt full cream, zamzam, teh, jahe serta kacang kacangan.
Di bulan Ramadhan, tradisi memberi ifthar (buka puasa) bagi siapa saja yang berpuasa benar benar terlihat. Bahkan sungguh mirip dengan persaingan untuk memuliakan tamu-tamu Allah Subhanahu Wata’ala.
Sudah menjadi kebiasaan penduduk Madinah membawa makanan berbuka puasa ke Masjid Nabawi, tak lama setelah shalat Ashar untuk dibagi-bagikan kepada para jamaah. Sebagian dari mereka meletakkan makanannya di pelataran masjid dan sebagian lain membawanya masuk.
Jamaah ifthar di Masjid Nabawi menikmati makanan mereka di ‘meja makan’ terpanjang di dunia. Mereka duduk lesehan berjajar dan saling berhadapan tanpa peduli suku bangsa, warna kulit atau bahasa. Semuanya duduk bersama.
Tenda-tenda yang dipasang di pelataran masjid menjadikan suasana lebih nyaman, karena payungnya mengurangi sengatan matahari yang terik. Hal ini membuat lokasi di sekitarnya menjadi tempat favorit jamaah untuk berbuka puasa.
“Saya sangat berterima kasih kepada Penjaga Dua Masjid Suci, Raja Salman, atas pelayanannya yang sangat baik, yang kami nikmati sejak pertama kali menjejakkan kaki di negeri ini,” kata Amin Al-Saddiq dari Pakistan, menyatakan kegembiraannya kepada Arab News (3/6/2017).
Amin menceritakan, betapa ia tidak bisa menahan air matanya ketika pertama kali melihat Ka’bah dan thawaf mengelilinginya.
“Mimpi saya untuk bisa mengitari Baitullah dan meminum air zam-zam yang penuh berkah sudah terpenuhi. Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pejabat Saudi yang telah menerima kedatangan kami dengan hangat dan atas bantuan yang diberikan kepada kami selama menunaikan ibadah umrah,” tambahnya.
Kebanyakan pengunjung yang berbicara kepada Arab News mengatakan, mereka lebih senang tinggal seharian di masjid daripada pulang ke hotel atau apartemen tempat menginap untuk tidur. Mereka lebih senang melakukan shalat lima waktu dan tarawih berjamaah di Masjid Nabawi.
“Kami ingin tetap dekat dengan Nabi,” ujar salah satu jamaah.
Dalam pernyataan di sebua media belum lama ini, Direktur Humas Presidensi Umum untuk Urusan Masjid Nabawi Al-Abdulwahid Hattab mengatakan pemerintah Saudi menyediakan sekitar 250 ribu paket makanan dan 13 ribu dispenser air zamzam untuk jamaah umroh selama Ramadhan.
Sementara Gubernur Makah al-Mukaramah, Pangeran Khaled Faishal mengatakan, dalam menjamu kaum muslimin untuk berbuka di Masjid al-Haram, pemerintah menyiapkan paket untuk 1,5 juta.
Seperti halnya di Masjid Nabawi, semua lapisan masyarakat Madinah dan pemerintah bahu membahu dalam berderma. Tak ada lagi warna kulit, tak ada suku, tak ada jabatan. Semua berlomba-lomba bersedekah dan memuliakan orang tak mampu dan mereka yang sedang berpuasa.
Inilah Masjid Nabawi, layaknya pelabuhan dan tempat bersandar semua hati.
Namanya Abdullah, Dengan bahagia dan wajah ramah bocah berusia 10 tahun ini menyambut semua orang yang masuk Masjid Nabawi tepat di pintu utama, Gate 21,22.
Di Masjid Nabawi, semua lapisan masyarakat Madinah dan pemerintah bahu membahu dalam berderma |
Di tangan Abdullah saya tak bisa mengelak, dia menjabat erat tangan saya, bahkan sekedar memasukkan sandal ke tas saja sulit. Setelah saya menolak ajakan banyak orang untuk berbuka, habislah saya di tangan si Abdullah ini.
Saya terpaksa kembali masuk ke Masjid Nabawi, awalnya saya ingin mencari buka di halaman, karena di halaman masjid nabawi menunya lebih bermacam-macam, mulai nasi kebuli, daging, susu yoghurt, juice, dan aneka buah.
Anak-anak berlomba menyambut semua orang untuk masuk Masjid Nabawi dan menikmati makanan |
Berbeda dengan di dalam masjid, semua yang mengandung kuah dan nasi tidak boleh dibawa masuk. Menunya, kurma , Yogurt full cream, zamzam, teh, jahe serta kacang kacangan.
Di bulan Ramadhan, tradisi memberi ifthar (buka puasa) bagi siapa saja yang berpuasa benar benar terlihat. Bahkan sungguh mirip dengan persaingan untuk memuliakan tamu-tamu Allah Subhanahu Wata’ala.
Sudah menjadi kebiasaan penduduk Madinah membawa makanan berbuka puasa ke Masjid Nabawi, tak lama setelah shalat Ashar untuk dibagi-bagikan kepada para jamaah. Sebagian dari mereka meletakkan makanannya di pelataran masjid dan sebagian lain membawanya masuk.
Suasana di halaman masjid nabawi menjelang berbuka puasa |
Jamaah ifthar di Masjid Nabawi menikmati makanan mereka di ‘meja makan’ terpanjang di dunia. Mereka duduk lesehan berjajar dan saling berhadapan tanpa peduli suku bangsa, warna kulit atau bahasa. Semuanya duduk bersama.
Tenda-tenda yang dipasang di pelataran masjid menjadikan suasana lebih nyaman, karena payungnya mengurangi sengatan matahari yang terik. Hal ini membuat lokasi di sekitarnya menjadi tempat favorit jamaah untuk berbuka puasa.
Di pelataran Masjid Nabawi lebih bervariasi; mulai nasi mandi, aneka juice dan buah |
“Saya sangat berterima kasih kepada Penjaga Dua Masjid Suci, Raja Salman, atas pelayanannya yang sangat baik, yang kami nikmati sejak pertama kali menjejakkan kaki di negeri ini,” kata Amin Al-Saddiq dari Pakistan, menyatakan kegembiraannya kepada Arab News (3/6/2017).
Amin menceritakan, betapa ia tidak bisa menahan air matanya ketika pertama kali melihat Ka’bah dan thawaf mengelilinginya.
“Mimpi saya untuk bisa mengitari Baitullah dan meminum air zam-zam yang penuh berkah sudah terpenuhi. Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pejabat Saudi yang telah menerima kedatangan kami dengan hangat dan atas bantuan yang diberikan kepada kami selama menunaikan ibadah umrah,” tambahnya.
Kebanyakan pengunjung yang berbicara kepada Arab News mengatakan, mereka lebih senang tinggal seharian di masjid daripada pulang ke hotel atau apartemen tempat menginap untuk tidur. Mereka lebih senang melakukan shalat lima waktu dan tarawih berjamaah di Masjid Nabawi.
“Kami ingin tetap dekat dengan Nabi,” ujar salah satu jamaah.
Dalam pernyataan di sebua media belum lama ini, Direktur Humas Presidensi Umum untuk Urusan Masjid Nabawi Al-Abdulwahid Hattab mengatakan pemerintah Saudi menyediakan sekitar 250 ribu paket makanan dan 13 ribu dispenser air zamzam untuk jamaah umroh selama Ramadhan.
Sementara Gubernur Makah al-Mukaramah, Pangeran Khaled Faishal mengatakan, dalam menjamu kaum muslimin untuk berbuka di Masjid al-Haram, pemerintah menyiapkan paket untuk 1,5 juta.
Seperti halnya di Masjid Nabawi, semua lapisan masyarakat Madinah dan pemerintah bahu membahu dalam berderma. Tak ada lagi warna kulit, tak ada suku, tak ada jabatan. Semua berlomba-lomba bersedekah dan memuliakan orang tak mampu dan mereka yang sedang berpuasa.
Inilah Masjid Nabawi, layaknya pelabuhan dan tempat bersandar semua hati.