Inilah Orang-Orang Yang Perniagaannya Tidak Akan Merugi Selamanya Dunia Akhirat

Inilah Orang-Orang Yang Perniagaannya Tidak Akan Merugi Selamanya Dunia Akhirat

author photo
Setiap manusia pasti menginginkan kesuksesan hidup. Ibarat seorang pedagang, targetnya mendapatkan keuntungan. Nah, karena hidup tidak hanya di dunia, maka keuntungan dunia serta akhirat layak untuk diperjuangkan. Dengan kata lain, hidup ini laksana berniaga. Berniaga dengan Sang Pencipta, Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Inilah Orang-Orang Yang Perniagaannya Tidak Akan Merugi Selamanya Dunia Akhirat


Ibadah yang dilakukan oleh seorang hamba, diibaratkan sebagai barang dagangan. Allah akan membelinya dengan surga jika barang dagangan alias ibadahnya berkualitas. Demikian perumpamaan yang tersebut dalam al-Qur’an.

"Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjuang di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga Adn. Itulah keberuntungan yang besar." (Terjemah QS al-Shaff : 10-12)

Ayat di atas menunjukkan beberapa amal yang akan mendapatkan keuntungan berniaga yang amat besar jika dilakukan yakni iman kepada Allah dan rasul-Nya serta berjuang di jalan Allah dengan harta dan jiwa. Allah membeli mereka dengan harga surga.

Sebagai seorang pedagang, manusia tentu tidak ingin mendapatkan kerugian. Bagaimana agar perniagaan kita tidak pernah  merugi?

Allah telah memberikan petunjuk dalam ayat berikut :

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi (29). Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri (Terjemah QS Faathir ayat 29-30)

Dalam hadits riwayat Ibnu Jarir dikisahkan, seorang sahabat, namanya Abdullah bin Rawahah RA bertanya kepada Rasulullah SAW. Apa saja kewajiban terhadap Tuhanmu dan dirimu yang kamu tetapkan atas diriku? Rasulullah SAW menjawab: “Aku telah menetapkan agar selalu beribadah kepada Tuhan dan tidak syirik dengan apapun. Sedangkan terhadapku, agar selalu menjagaku sebagaimanan kamu menjaga diri dan hartamu”. Ia bertanya lagi: Apa balasanku, jika aku melaksanakan semuanya? Rasulullah SAW menjawab: “Surga balasannya”. Ia lalu berkata: Itu merupakan jual beli yang menguntungkan. Kami takkan membatalkannya (Dr. Ahmad Hatta, MA., Tafsir Alqur’an Perkata, 2009).

Dari pemahaman terhadap ayat dan hadits di atas, orang-orang yang perniagaannya tidak akan merugi adalah :

Pertama, senantiasa membaca al-Qur’an. Tentunya tidak cukup hanya membaca dengan lisan, namun hatinya juga berusaha memahami yang dibaca serta tubuhnya berusaha mengamalkannya. Dengan demikian, al-Qur’an benar-benar dijadikan sebagai guide dalam hidupnya.

Kedua, mendirikan shalat. Shalat yang didirikan dengan sebenarnya oleh orang mukmin mampu mencegahnya dari perbuatan kemaksiatan. Artinya, ia terhindar dari dosa yang mengakibatkan kerugian serta celaka di akhirat.

Ketiga, berzakat dan berinfaq atas harta yang dimiliki. Islam merupakan agama yang sangat mempedulikan sisi sosial. Umat Islam senantiasa digalakkan untuk memberikan sebagian harta mereka kepada saudaranya. Karena di dalam harta kita, ada hak yang harus ditunaikan kepada orang yang membutuhkan.

Ketiga hal di atas merupakan kunci keberuntungan yang abadi, menjadi pilar amal seseorang yang telah mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Namun, mengapa masih banyak yang berat untuk menjalankan perniagaan menguntungkan ini? Padahal kalau kita renungkan kita sama sekali tidak memilki modal berniaga. Semuanya dari Allah, Allah yang memberi modal, Allah pula yang membeli.

Bagaimana tidak? Dengan modal kesehatan yang kita miliki, kita mampu menjalankan sholat, berpuasa serta mendatangi majelis ilmu untuk menggali ajaran Islam di dalam al-Qur’an dan al-Hadits. Dengan raga yang sehat, kita bisa mencari nafkah, sehingga rizki yang kita dapatkan bisa kita gunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, berzakat, bersedekah juga berziarah ke baitullah. Pertanyaannya, siapa yang memberi kita kesehatan?

Semoga tulisan singkat ini mampu memotivasi kita untuk senantiasa bersemangat dalam beribadah kepada Allah subhanahu wa Ta’ala, meraih ridhoi-Nya di dalam surga sebagai balasan yang amat menguntungkan.

Wallahu a’lam

Next article Next Post
Previous article Previous Post