Terkadang Kita Melihat Hidup Orang Lain Lebih Bahagia, Padahal..

Terkadang Kita Melihat Hidup Orang Lain Lebih Bahagia, Padahal..

author photo
Terkadang Kita Melihat Hidup Orang Lain Lebih Bahagia, Padahal Bisa Saja Dia lebih Sulit, Hanya Saja Dia Tidak Mengeluh

Hidup ini adalah anugerah yang diberikan Allah kepada setiap makhluknya. Namun dalam perjalanan hidup seseorang banyak hal dan kejadian yang kita hadapi. Ada masanya kita senang, susah, sedih, risau, bahagia, tertawa, menangis dan galau.

Setiap orang memiliki masalah yang berbeda-beda, dengan tingkat kerumitan yang berbeda pula, tergantung kondisi individu itu sendiri.

Terkadang Kita Melihat Hidup Orang Lain Lebih Bahagia, Padahal..


Pernahkah kita merasa lelah dengan kehidupan ini? merasa tidak ada jalan keluar atas masalah yang dihadapi? Jawabannya, mungkin sebagian besar menjawab 'iya'. Lalu ketika beban hidup ini, ketika masalah yang menerpa, atau ketika ada persoalan kecil saja yang terasa tak mengenakkan hati, terkadang kita mengeluh.. Mengapa begini, mengapa seperti itu, bagaimana bisa begini, mengapa tidak seperti orang lain, dan keluhan lainnya..

Ujian

Orang yang mengeluh biasanya karena dia mengalami sebuah persoalan. Dan setiap persoalan dalam hidup ini adalah cobaan atau ujian. Mengapa kita diuji, Allah menjelaskan dalam firmannya dalam Qs. Al-Ankabut : 2-3

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ’Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi ?Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (Qs. Al-Ankabut : 2-3)

Allah memberikan ujian kepada seseorang untuk menguji kadar keimanan orang tersebut. Adapun ujian yang dihadapi manusia bisa berbeda-beda, ada ujian keluarga, ujian anak, ujian harta, ujian ilmu, ujian penyakit, ujian karena siksaan orang kafir, dan ujian dalam beragama.

Terkadang kita merasa begitu berat ujian yang kita hadapi, malah tidak jarang kita merasa tidak sanggup menhadapi ujian tersebut. seharusnya sebagai seorang muslim kita yakin bahwa kita bisa melewati ujian tersebut, seberat apapun, karena Allah Maha Mengetahui sebesar apa kekuatan kita dalam menghadapi sebuah ujian. seperti firmannya dalam Qs. Al-Baqarah : 286 :
“Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”

Dan tidak boleh kita berputus asa dalam menghadapi ujian Allah, hal ini tertulis dalam Al Qur'an,

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman” (Qs. Al-Imran : 139)

Jadi, tidaklah Allah memberikan cobaan kepada makhluknya, kecuali kita sanggup melaluinya.

Mengeluh

Namun ketika kita sedang berada dalam masalah tersebut, seringkali kita mengeluh, terkadang kita membutuhkan seseorang yang bisa kita ajak bicara untuk berkeluh kesah atas persoalan yang kita hadapi.

Sebagian istri ada yang mengeluhkan kehidupannya tak bisa menerima penghasilan suaminya, atau mengeluh atas sifat dan sikap suaminya. Ia ingin hidup seperti Fulanah atau seperti salah seorang karib keluarganya.

Mungkin kita lupa bahwa Allah tidaklah menciptakan manusia sama rata. Allah menciptakan orang kulit putih dan orang kulit hitam, orang kaya dan orang miskin, orang kuat dan orang lemah.

Agar kita dapat menenangkan diri hendaklah kita fahami hadits berikut ini,

“Lihatlah orang yang dibawahmu dan jangan lihat orang yang diatasmu, hal itu lebih baik sehingga engkau tak menyepelekan nikmat Allah.” (HR Muslim)

Ingatlah selalu bahwa kebahagiaan bukan hanya terletak pada harta semata. Berapa banyak wanita yang memiliki suami kaya hartanya namun bakhil perasaan dan cintanya. Sementara yang lain memiliki suami yang fakir hartanya namun kaya perasaannya dan cinta kepada istri dan rumahnya.

Hendaklah seorang istri selalu ridha menerima suaminya yang mencintai dirinya. Kebahagiaan itu bukan hanya terletak pada makanan dan minuman, bukan berhias dengan pakaian mahal, perabotan mewah, emas perak dan kendaraan yang banyak. Namun kekayaan itu letaknya dalam dada dan hati yang tenang, penuh dengan cinta dan keimanan.

Lalu bolehkah kita mengeluh?

Mengeluh sejatinya perwujudan dari rasa tidak puas, tidak ikhlas menerima sebuah ketentuan yang terjadi, baik dari segi materi dan non materi. nKetika sakit berkeluh-kesah, macet mengumpat, banjir atau kekeringan mengambinghitamkan orang lain. Atau ketika ditimpa musibah menghardik Tuhan tidak adil, gaji kecil, belum punya rumah dan kendaraan pribadi acap menyalahkan suami (bagi para istri) atau anak-anak nakal dan bermasalah tidak jarang menyalahkan istri (bagi para suami). Ya, sebagian contoh kecil tersebut adalah manifestasi dari rasa tidak puas.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an yang artinya:

“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya” (Qs An-Nahl 18).

Ketika seseorang hanyut dalam keluhan, pancainderanya pun tak mampu lagi memainkan perannya untuk melihat, mendengar, mencium dan merasakan nikmat yang bertebaran diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala tak henti-hentinya. Hatinya serta merta buta dari mengingat dan bersyukur atas nikmat Allah yang tiada terbatas. Itulah sifat manusia yang selalu mempunyai keinginan yang tidak terbatas dan tidak pernah puas atas pemberian Allah kecuali hamba-hamba yang bersyukur dan itu hanya sedikit.

Bolehkah mengeluh kepada manusia?

Sebaiknya, mengeluhlah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena sesungguhnya semua kejadian sudah menjadi sebuah ketentuan-Nya dan hanya Dia-lah sebaik-baik pemberi solusi.

Tetapi dalam kondisi-kondisi di mana seseorang mengeluh (sharing) tentang masalahnya kepada orang yang ia yakini amanah dan dengan catatan untuk mendapatkan penyelesaian, maka dalam hal ini sebagian ulama memperbolehkan. Siapakah orang yang amanah itu?

Sahabat Nabi SAW, Umar bin Khattab r.a pernah berkata, "Waspadalah terhadap temanmu, kecuali teman yang amanah, dan teman yang amanah adalah yang takut kepada Allah".. Teman yang amanah, akan mampu menjaga apa yang kita keluh kesahkan, dan mampu memberikan pencerahan atau solusi yang baik, yang sesuai dengan tuntunan agama.

Ibnu Qayyim dalam ‘Uddatu Ash Shabirin menyatakan bahwa menceritakan kepada orang lain tentang perihal keadaan, dengan maksud meminta bantuan petunjuknya atau pertolongan agar kesulitannya hilang, maka itu tidak merusak sikap sabar; seperti orang sakit yang memberitahukannya kepada dokter tentang keluhannya, orang teraniaya yang bercerita kepada orang yang diharapkannya dapat membelanya, dan orang yang tertimpa musibah yang menceritakan musibahnya kepada orang yang diharapkannya dapat membantunya.

Maka dari itu bersabarlah ketika kita berada dalam ujian Allah Subhanahu wa Ta'ala, jikapun permasalahan yang kita hadapi begitu membebani pikiran dan perasaan kita, perbanyaklah istigfar, dzikir, dan mengeluhlah serta memohon kesabaran kepada Allah dalam setiap Sholat kita. Bersabarlah, karena setiap persoalan yang kita hadapi, sejatinya adalah wujud kasih sayang Allah agar kita bisa lebih mendekatkan diri kepada Nya, lebih bersabar, dan meningkatkan kadar keimanan kita, insyaAllah.

Salah satu perkataan Umar bin Khattab yang bisa kita renungkan.

"Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Aku memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezeki, tapi tidak menemukan rezeki yang lebih baik daripada sabar "

Marilah kita membina tekad untuk memberantas keluhan dan meningkatkan rasa syukur, karena Allah telah berfirman dalam QS Ibrahim :7 dan QS An Nahl : 18, yang artinya :

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Ibrahim ; 7)

Mengeluhlah Hanya Kepada Allah

Ketika sebuah kejadian yang tidak diinginkan menimpa seseorang, katakanlah ditimpa sebuah masalah yang berdampak menitikkan air mata, menyakitkan hati, membuat kepala berdenyut-denyut dan menjadikan seseorang itu merasa diberi ujian yang sangat berat dan tidak sanggup mengatasinya sendiri, sebuah tindakan manusiawi jika ia membutuhkan orang lain dalam penyelesaian masalahnya. Lalu, benarkah tindakannya jika ia mengeluhkan masalahnya kepada orang lain?

Rasulullah SAW pernah mengalami sebuah kondisi yang jauh dari yang beliau inginkan. Para kaum musyrikin mengabaikan seruannya dan juga mencampakkan Al-Quran. Mereka telah mengacuhkan Al-Quran dalam beberapa bentuk di antaranya: mereka tidak mau mengimani Al-Quran, mereka tidak mau mendengarkan Al-Quran, bahkan mereka menolaknya dan mengatakan bahwa Al-Quran adalah ucapan dan bualan Muhammad si tukang syair dan sihir. Kaum musyrikin juga berusaha untuk mencegah orang-orang yang berusaha mendengarkan Al-Quran dan dakwah Rasulullah SAW.

Dalam kondisi tertekan tersebut Rasulullah SAW mengeluh dan mengaduh hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala seperti yang terkandung dalam Al-Qur'an surat Al-Furqan 30, yang artinya:

“Dan berkatalah Rasul: Ya Tuhanku! Kaumku ini sesung­guhnya telah meninggalkan jauh Al-Quran”.

Begitu pula dengan yang terjadi pada Nabi Ya’qub dan Nabi Ayub, sebagaimana firman Allah dimana Nabi Ya’qup berkata, yang artinya, “Sesungguhnya aku mengeluhkan keadaanku dan kesedihanku hanya kepada Allah“ (QS. Yusuf : 86)

“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya” (QS. An-Nahl: 18)

" Rabbanaa laa tu’aakhidznaa in nasiinaa au akhtha’naa. Rabbanaa wa laa tahmil ‘alainaa ishran kamaa hamaltahuu ‘alaa alladziina min qablina. Rabbanaa wa laa tuhammilnaa maa laa thaa qatalanaa bihi. Wa’fu’annaa, waghfirlanaa, warhamnaa, anta maulaanaa fanshurnaa ‘alaa al-qaumi al-kaafiriin."

" Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat, sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir."

Next article Next Post
Previous article Previous Post