Subhanallah, Begini Akhlak Mulia Habib Mundzir al-Musawa Kepada Biarawati di Belantara Papua

Subhanallah, Begini Akhlak Mulia Habib Mundzir al-Musawa Kepada Biarawati di Belantara Papua

author photo
Habib Mundzir bin Fu’ad al-Musawa merupakan salah satu murid terbaik Habib Umar Al Hafidz. Beliau adalah pendiri Majlis Rasulullah sehingga tercatat sebagai salah satu majlis dengan jumlah jamaah terbesar di negara Indonesia.

Subhanallah, Begini Akhlak Mulia Habib Mundzir al-Musawa Kepada Biarawati di Belantara Papua


Habib Mundzir al-Musawa merupakan sesosok ulama yang hatinya lembut. Beliau bukan hanya baik kepada kaum Muslimin, namun juga ramah dan santun kepada non-Muslim.

Dalam sebuah perjalanan dakwah di belantara Papua, beliau telah menunjukkan akhlak sebagai seorang dai yang lembut. Beliau rela mengorbankan kenyamanan yang berhak dinikmati demi menghormati jasa dan kebaikan seorang biarawati.

Hujan semakin deras mengguyur belantara bumi Cendrawasih. Hati sang Habib pun ikut dibanjiri air mata. Pikirannya tertuju kepada wanita di bak belakang mobil.

“Asri,” perintah sang Habib kepada sopir mobil bak terbuka, “hentikan mobil.”

Asri segera menepi setelah menemukan posisi yang tepat untuk menghentikan laju kendaraan di tengah hujan yang kian deras.

“Saya ingin pindah ke belakang, ibu itu yang sedang kehujanan.. Biarkan dia duduk di tempat saya (ini).” ujar sang Habib, setelah Asri menghentikan mobil.

Betapa berkecamuknya hati sang sopir. Ia tak tega melihat gurunya yang seorang habib itu berada di bak terbuka hingga diguyuri hujan dan diterpa angin. Asri berusaha untuk menolak keinginan sang Habib, Namun sang Habib tetap bersikeras pada pendiriannya.

“Meski non-Muslim, ia adalah seorang wanita (yang) cukup tua. Jangan sampai ia duduk di belakang dengan terpaan hujan.” terang sang Habib, suaranya lirih namun bergetar.

“Sedangkan aku,” lisannya terhenti, diiringi isak yang mulai jelas, “seorang da'i di Jalan Allah Ta’ala. Aku malu kepada Allah. Selayaknya aku berjalan kaki demi dakwah ini, Hati saya tercabik-cabik. Saya malu. Malu sekali.” ungkap sang Habib.

Beginilah seharusnya akhlak seorang Muslim. Ia lembut kepada sesama manusia dalam urusan muamalah. Ia juga menyayangi semua makhluk Allah Ta’ala dan berharap agar mereka kembali ke jalan Allah Ta’ala.

Habib Mundzir al-Musawa memang telah pergi, mendahului kita. Tapi teladan cintanya akan senantiasa abadi. Semoga Allah Ta’ala menerima semua amal shalih sang Habib. Aamiin. Wallahu a’lam.
Next article Next Post
Previous article Previous Post