Adalah Sally Giovani. Salah satu Muslimah inspiratif yang nekat menikah dengan kawannya semasa sekolah di usia yang sama. Kala itu, Banyak yang memicingkan mata, namun sekarang, dunia takjub melihat kesuksesan yang telah diraih oleh Sally dan suaminya.
Berada dalam lingkungan keluarga broken home, Pantang bagi Sally untuk menyerah pada keadaan. Kehidupan bersama ibunya yang single parent menjadi amunisi semangat bagi muslimah asal Cirebon Jawa Barat ini. Tepat setelah lulus sekolah menengah atas, ia mengambil keputusan besar dalam hidupnya; menikah di usia muda, yakni tujuh belas tahun.
Memulai Usaha
Dalam sebuah acara di televisi swasta, Sally Giovani menceritakan kisah hidupnya, Awalnya ia dan suami memulai bisnisnya dengan berjualan kain kafan. Terlihat aneh memang, tapi insting bisnisnya mengatakan bahwa ini adalah bisnis yang berprospek, Karena kain kafan sudah pasti dibeli, sangat dibutuhkan dan sangat sedikit pesaingnya.
Seiring waktu berjalan, sepasang suami istri ini merasakan dampak lesunya pasar kain kafan. Pasalnya memang tidak ada repeat order, jarangnya pembeli, dan kendala bisnis lainnya.
Sally dan suami akhirnya melakukan berbagai inovasi dalam bisnisnya. Ia berkeliling menawarkan kain kafan ke sekitar rumahnya. Karena saat itu ia memang tinggal dan menetap di sekitar para pengrajin batik.
Mengawali Semuanya Dari Nol
Sally menuturkan, sebagian besar bahan untuk membuat batik katun adalah kain kafan. Dia pun berkeliling memasarkan kain kafan kepada para pengrajin batik. Dari berkeliling ke orang-orang di sekitar itulah dia mendapat pelajaran yang sangat berharga.
Dia banyak bertanya pada pengrajin batik tentang jenis-jenis batik sampai cara membuatnya. Dari situlah, ia akhirnya bisa menguasai cara membuat berbagai jenis batik dengan tangan terampilnya.
Jualan Tidak Laku
Tahun 2007, Sally mencoba peruntungan dengan memasarkan batik kreasinya di Tanah Abang Jakarta. Sesampainya di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Ibu Kota ini, Sally harus gigit jari. Batiknya tidak laku.
Karena memang dasar orang kreatif, ia pun bertanya ke penjual-penjual yang batiknya laris. Dibelilah beberapa jenis, dibawa pulang ke Cirebon, dipelajari, dan dibuatlah motif yang agak mirip.
Suka Duka Perjuangan
Berhasil memodifikasi kreasi batik yang ia beli, Sally kembali datang ke Tanah Abang dengan penuh percaya diri. Batik buatannya pun laris manis diserbu pembeli.
Tidak hanya di Tanah Abang, Sally juga memasarkan batiknya di Pasar Baru, Bandung, dan berbagai kota di Indonesia termasuk Bali.
Dalam perjalanan memperjuangkan cita-citanya tersebut, Tak jarang dia dan suami harus tidur di mushalla, masjid, mandi di kamar mandi pom bensin, ketiduran di jalan, dan sebagainya.
Kesuksesan Luar Biasa
Sally Giovani dengan Trusmi Grup-nya dinobatkan oleh MURI (Museum Rekor Indonesia) menjadi miliuner muda Di usianya yang baru menginjak dua puluh dua tahun. Ketika itu, Sally telah memiliki pusat perbelanjaan seluas satu setengah hektar. Belum lagi sepuluh outlet yang tersebar di sepuluh kota besar negeri ini.
Dalam perusahaannya itu, Sally memiliki lebih dari delapan ratus karyawan. Jika digabung dengan semua pengrajin batiknya, jumlahnya sekitar seribu dua ratus lima puluh orang.
Namun, jumlah itu belum cukup. Sally yang kini belum genap berusia tiga puluh tahun, masih menyimpan cita-cita nan tinggi menjulang. “Saya ingin memiliki satu juta karyawan. Agar bisnis saya bisa bermanfaat bagi orang lain.” tutur Sally.
Kiat Sukses
Sally menjelaskan beberapa kiat bagi semua orang agar sukses, kiat pertama dalam bisnis adalah berani memulai. Ia mengharamkan dua kata kepada dirinya dan siapa pun yang ingin menjadi pebisnis sukses. Ialah ‘tapi’ dan ‘nanti’.
Jangan sampai berkata, “Aku pingin bisnis, tapi belum ada modal.” Atau, “Nanti sajalah bisnisnya. Usia juga masih muda. Masih belajar.”
Selanjutnya adalah, pantang menyerah. Terus berproses dan Jangan pernah berhenti. Belajar dari kegagalan untuk merumuskan langkah menuju sukses. Tentu dengan dibarengi kesungguhan di setiap proses dan doa yang tidak boleh berhenti.
Melebarkan Sayap
Sally menceritakan, bahwa bisnis batik trusmi ini langsung dikelola oleh dirinya dan suami. Ketika sudah tertata rapi dari segi manajemen hingga pemasaran, Sally mengaku bahwa suaminya ingin memulai bisnis yang berbeda.
Sang suami pun belajar di hal lain dan kini sudah terjun di dunia bisnis properti. Membuat perumahan, aparteman, dan jenis properti lainnya.
Dari kisah nyata kesuksesan Sally diatas, Hendaknya kita mengambil pelajaran, bahwa menikah bukanlah suatu hambatan sebagaimana disampaikan oleh banyak oknum yang tidak bertanggungjawab. Jika menikah dan menjalani hidup rumah tangga dengan benar, kesuksesan insyaallah adalah jaminannya.
Sally dan suaminya kini telah membuktikan. Betapa nekat menikah di usia tujuh belas tahun adalah cara nan jitu untuk menikmati keseruan, nikmat lahir dan batin, juga efektif dalam menggapai kesuksesan hidup.
Belum lagi pahalanya. Masya Allah.
Wallahu a’lam.
Nekat Menikah di Usia Muda, Sally dan Suaminya Kini Jadi Miliuner |
Berada dalam lingkungan keluarga broken home, Pantang bagi Sally untuk menyerah pada keadaan. Kehidupan bersama ibunya yang single parent menjadi amunisi semangat bagi muslimah asal Cirebon Jawa Barat ini. Tepat setelah lulus sekolah menengah atas, ia mengambil keputusan besar dalam hidupnya; menikah di usia muda, yakni tujuh belas tahun.
Memulai Usaha
Dalam sebuah acara di televisi swasta, Sally Giovani menceritakan kisah hidupnya, Awalnya ia dan suami memulai bisnisnya dengan berjualan kain kafan. Terlihat aneh memang, tapi insting bisnisnya mengatakan bahwa ini adalah bisnis yang berprospek, Karena kain kafan sudah pasti dibeli, sangat dibutuhkan dan sangat sedikit pesaingnya.
Seiring waktu berjalan, sepasang suami istri ini merasakan dampak lesunya pasar kain kafan. Pasalnya memang tidak ada repeat order, jarangnya pembeli, dan kendala bisnis lainnya.
Sally dan suami akhirnya melakukan berbagai inovasi dalam bisnisnya. Ia berkeliling menawarkan kain kafan ke sekitar rumahnya. Karena saat itu ia memang tinggal dan menetap di sekitar para pengrajin batik.
Mengawali Semuanya Dari Nol
Sally menuturkan, sebagian besar bahan untuk membuat batik katun adalah kain kafan. Dia pun berkeliling memasarkan kain kafan kepada para pengrajin batik. Dari berkeliling ke orang-orang di sekitar itulah dia mendapat pelajaran yang sangat berharga.
Dia banyak bertanya pada pengrajin batik tentang jenis-jenis batik sampai cara membuatnya. Dari situlah, ia akhirnya bisa menguasai cara membuat berbagai jenis batik dengan tangan terampilnya.
Jualan Tidak Laku
Tahun 2007, Sally mencoba peruntungan dengan memasarkan batik kreasinya di Tanah Abang Jakarta. Sesampainya di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Ibu Kota ini, Sally harus gigit jari. Batiknya tidak laku.
Karena memang dasar orang kreatif, ia pun bertanya ke penjual-penjual yang batiknya laris. Dibelilah beberapa jenis, dibawa pulang ke Cirebon, dipelajari, dan dibuatlah motif yang agak mirip.
Suka Duka Perjuangan
Berhasil memodifikasi kreasi batik yang ia beli, Sally kembali datang ke Tanah Abang dengan penuh percaya diri. Batik buatannya pun laris manis diserbu pembeli.
Tidak hanya di Tanah Abang, Sally juga memasarkan batiknya di Pasar Baru, Bandung, dan berbagai kota di Indonesia termasuk Bali.
Dalam perjalanan memperjuangkan cita-citanya tersebut, Tak jarang dia dan suami harus tidur di mushalla, masjid, mandi di kamar mandi pom bensin, ketiduran di jalan, dan sebagainya.
Kesuksesan Luar Biasa
Sally Giovani dengan Trusmi Grup-nya dinobatkan oleh MURI (Museum Rekor Indonesia) menjadi miliuner muda Di usianya yang baru menginjak dua puluh dua tahun. Ketika itu, Sally telah memiliki pusat perbelanjaan seluas satu setengah hektar. Belum lagi sepuluh outlet yang tersebar di sepuluh kota besar negeri ini.
Dalam perusahaannya itu, Sally memiliki lebih dari delapan ratus karyawan. Jika digabung dengan semua pengrajin batiknya, jumlahnya sekitar seribu dua ratus lima puluh orang.
Namun, jumlah itu belum cukup. Sally yang kini belum genap berusia tiga puluh tahun, masih menyimpan cita-cita nan tinggi menjulang. “Saya ingin memiliki satu juta karyawan. Agar bisnis saya bisa bermanfaat bagi orang lain.” tutur Sally.
Kiat Sukses
Sally menjelaskan beberapa kiat bagi semua orang agar sukses, kiat pertama dalam bisnis adalah berani memulai. Ia mengharamkan dua kata kepada dirinya dan siapa pun yang ingin menjadi pebisnis sukses. Ialah ‘tapi’ dan ‘nanti’.
Jangan sampai berkata, “Aku pingin bisnis, tapi belum ada modal.” Atau, “Nanti sajalah bisnisnya. Usia juga masih muda. Masih belajar.”
Selanjutnya adalah, pantang menyerah. Terus berproses dan Jangan pernah berhenti. Belajar dari kegagalan untuk merumuskan langkah menuju sukses. Tentu dengan dibarengi kesungguhan di setiap proses dan doa yang tidak boleh berhenti.
Melebarkan Sayap
Sally menceritakan, bahwa bisnis batik trusmi ini langsung dikelola oleh dirinya dan suami. Ketika sudah tertata rapi dari segi manajemen hingga pemasaran, Sally mengaku bahwa suaminya ingin memulai bisnis yang berbeda.
Sang suami pun belajar di hal lain dan kini sudah terjun di dunia bisnis properti. Membuat perumahan, aparteman, dan jenis properti lainnya.
Dari kisah nyata kesuksesan Sally diatas, Hendaknya kita mengambil pelajaran, bahwa menikah bukanlah suatu hambatan sebagaimana disampaikan oleh banyak oknum yang tidak bertanggungjawab. Jika menikah dan menjalani hidup rumah tangga dengan benar, kesuksesan insyaallah adalah jaminannya.
Sally dan suaminya kini telah membuktikan. Betapa nekat menikah di usia tujuh belas tahun adalah cara nan jitu untuk menikmati keseruan, nikmat lahir dan batin, juga efektif dalam menggapai kesuksesan hidup.
Belum lagi pahalanya. Masya Allah.
Wallahu a’lam.