Kisah Mutaji, Pencari Rumput Yang Berjuang Sepenuh Tenaga Demi Berangkat Haji

Kisah Mutaji, Pencari Rumput Yang Berjuang Sepenuh Tenaga Demi Berangkat Haji

author photo
Didasari dengan niat yang kuat untuk melaksanakan ibadah haji, seorang pencari rumput di Ngaliyan Semarang yaitu Mutaji (58) akhirnya bisa melaksanakan harapan mulianya bersama sang istri, Munawaroh (57). Bukan dengan menabung uang, namun ia berhasil 'menabung' sapi dengan usahanya.

Kisah Mutaji, Pencari Rumput Yang Berjuang Sepenuh Tenaga Demi Berangkat Haji
Mutaji dan Istri


Ketika ditemui di gubuknya di Kampung Kliwonan, Ngaliyan, Kota Semarang, Mutaji dan Munawaroh menyapa para tamu dengan ramah. Pasangan suami istri tersebut terlihat sangat antusias dan gembira ketika menceritakan usaha mereka selama bertahun-tahun demi menunaikan haji.

Awalnya Mutaji hanya bekerja sebagai pekerja serabutan dan juga menjadi tukang angkat barang di pasar Ngaliyan, sedangkan istrinya belajar menjahit secara otodidak sampai akhirnya menerima orderan. Selama bertahun-tahun ia dan istrinya berjuang menghidupi tiga anaknya hingga mereka lulus sekolah dan menikah.

"Alhamdulillah, Sekarang anak-anak sudah menikah semua. Yang masih ikut di sini yang anak ragil (bungsu)," kata Mutaji ketika ditemui di rumahnya, Selasa (16/8/2016).

Melihat anak-anaknya yang sudah berpenghasilan dan mapan, tahun 2005 silam Mutaji dan Munawaroh mengutarakan keinginan mereka berhaji kepada anak-anaknya. Mereka mengatakan setuju dengan cita-cita Munaji dan akan bekerja keras demi membantu biaya haji mereka.

Mutaji kemudian memutar otak dan akhirnya memilih untuk mencari rumput. Bukan hanya itu, ia juga mencari modal ke tetangga yang hidup berkecukupan. hingga akhirnya Mutaji mendapatkan modal 8 sapi untuk diberi makan dengan rumput yang ia cari tiap hari hingga gemuk dan bisa dijual dengan harga lumayan.

"Pertama dimodali 8 ekor sapi, tapi itu bukan sapi saya. Saya cari rumput di dekat kawasan industri Wijaya Kusuma, sapinya juga di dekat sana," pungkasnya.

Mencari rumput untuk 8 sapi bukan hal yang mudah, Apalagi jika musim kemarau. Jarak yang ditempuh pun terbilang cukup jauh yaitu 4 km dengan menggunakan gerobak. Terkadang ia juga harus menginap di kandang untuk berjaga sesuai giliran dengan rekannya.

"Dulu pakai gerobak saja, terus ada tetangga yang motor lawas yang tidak terpakai, dibeli ibu Rp. 1 juta. Lagi pula saya semakin tua, fisik sudah tidak kuat," tutur Mutaji.

Namun Mutaji tidak kenal menyerah dan terus menjalani pekerjaannya dengan tujuan agar bisa menunaikan ibadah haji bersama istri. Sifat kerja kerasnya memang sudah "terlatih" sejak kecil, bahkan ia membangun rumahnya sendiri dengan seluruh tenaga dan uang hasil dia bekerja.

"Niat, saya kerja untuk haji. Minta pada Allah setiap malam," tegas kakek bercucu 5 itu.

Setelah 8 sapi tersebut dijual, ia mendapatkan keuntungan yang juga berupa sapi. Hal itu terus berlanjut hingga akhirnya Mutaji memiliki 5 ekor sapi sendiri di tahun 2010. Ketika itulah ia dan istrinya mendaftar haji ke kantor Kementerian Agama kota Semarang.

"Sapi kami jual dapat Rp 54 juta waktu itu. Terus daftar habis Rp 50 juta berdua, nah masih sisa Rp 4 juta," terang Mutaji.

Pasangan ini tetap terus bekerja keras untuk mencari uang saku dan melunasi kekurangan biaya haji nantinya. Ketika menceritakan perjuangannya pada para tamu, Mutaji berusaha menahan air matanya agar tidak menetes, ia terharu karena merasa sebagai orang yang SD saja tak lulus, Namun ternyata tetap bisa berhaji berkat doa dan perjuangan kerasnya selama bertahun-tahun.

"Saya berterimakasih kepada Allah. Saya akhirnya sudah punya biaya untuk berangkat haji. Jujur, Saya itu tidak pernah menabung uang sama sekali untuk berhaji, ya jalannya seperti ini," katanya.

Tidak hanya terharu karena akan berangkat ke tanah suci, Mutaji dan Munawaroh juga terharu karena anak-anaknya ikut membantu segala persiapan mereka.

"Saya sudah setahun ini berhenti bekerja dulu. Alhamdulillah badannya sudah tidak kurus seperti saat kerja. Kami selalu didukung anak-anak," lanjut Mutaji.

"Ini syukuran juga anak-anak yang biayai," imbuh Munawaroh.

Kini Mutaji dan Munawaroh sudah bersiap untuk melaksanakan ibadah Haji, mereka direncanakan berangkat 2 September 2016 mendatang dan masuk kloter 68. Semoga menjadi haji yang mabrur ya Pak Mutaji!
Next article Next Post
Previous article Previous Post